Jumat, 29 Oktober 2010

GUNUNG OH GUNUNG

GUNUNG OH GUNUNG

Type Gunung :
Type A : Pernah erupsi minimal 1x pasca th.1600
Type B : Tidak erupsi sesudah th.1600
Type C : Tidak ada catatan pernah meletus.

Status Bahaya (Kondisi Aktif) pada Type A :
Level I    : Masih normal
Level II   : Waspada (Ada peningkatan kegiatan)
Level III  : Siaga (Semua unsur telah aktif dan saling mendukung)
Level IV  : Awas (Terjadilah Letusan awal terjadi dan akan diikuti Letusan Utama).

Di Indonesia, yang Type A        : 68 Gunung
Berada di Level II (Waspada)   : 18 Gunung
1. Gunung Sinabung (Karo, Sumut)
2. Gunung Talang (Solok, Sumbar)
3. Gunung Kaba (Bengkulu)
4. Gunung Kerinci (Jambi)
5. Gunung Anak Krakatau (Lampung)
6. Gunung Papandayan (Garut, Jabar)
7. Gunung Slamet (Jateng)
8. Gunung Bromo (Jatim)
9. Gunung Semeru (Lumajang, Jatim)
10. Gunung Batur (Bali)
11. Gunung Rinjani (Lombok, NTB)
12. Gunung Sangeang Api (Bima, NTB)
13. Gunung Rokatenda (Flores, NTT)
14. Gunung Egon (Sikka, NTT)
15. Gunung Soputan (Minahasa Selatan, Sulut)
16. Gunung Lokon (Tomohon, Sulut)
17. Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara)
18. Gunung Dukono (Halmahera Utara, Maluku Utara)
Berada di Level III (Siaga)        :   2 Gunung

1. Gunung Karangetang (Sulut)
2. Gunung Ibu (Halmahera Barat, Maluku Utara)
Berada di Level IV (Awas)       :   1 Gunung
1 Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta.

Bumi ini selalu bergeser dan bergerak setiap waktu. Dua lempengannya bergerak dan bertemu lalu saling melepas. Dimana bertemu dan saling melepas disitulah adanya pusat gempa. Dari gerakan2nya itu mempengaruhi gunung2 berapi untuk menjadi aktif.

Jika lempengan bumi bergerak yang mengakibatkan gempa tektonik termasuk tsunami, hal itu memicu sebaran gunung berapi untuk menjadi aktif dan berakibat gempa volkanik, sesuai dengan kadarnya.

Manusia, turun-temurun dalam jangka waktu yang lama, tumbuh dan berkembang lengkap sesuai dengan kondisi dimana berada sesuai kompleksitas prikehidupannya.

Sudah ketentuanNya, tak terpungkiri dan tak terhindarkan, sejak nenek-moyang, bangsa Indonesia menempati bagian bumi yang berpulau-pulau, dari Sabang hingga Merauke, melekat digaris tengah antara kutub selatan dan utara. Pun kita ini hidup berdampingan dengan ujung 2 lempeng bumi yang senantiasa bergerak rapat bertemu dan kadang agak merenggang, juga hidup diantara gunung2 yang beraneka type itu, termasuk yang bertype A dengan segenap statusnya.

Tak perlu mungkir dan apalagi menghindar dari realitas ini, sebagaimana bangsa2 lain yang juga tak beda jauh atau justru lebih akrab dengan kondisi tektonik dan volkanik, sebagaimana pula kita bersyukur tumbuh dan berkembang di negeri zamrud katulistiwa ini.

Gunung oh gunung, begitu indahnya dirimu. Menyuguhkan panorama dimata wadag dengan biru dan hijaumu yang menjadikan aneka inspirasi dan emosi jiwa. Menghadirkan pemandangan dimata batin dengan hitam dan merahmu yang menohokkan kesadaran untuk tak hanya menerima keindahanmu namun musti ikhlas menerima geloramu.

Engkau, sama dengan kami, makhlukNya semata, yang mempunyai amanah mulia sebagai pancang hingga bumi ini dapat sekian lama kami tempati.

Jika lamaaa kami lupa kepadamu, maafkanlah, maka kini kami sampaikan dari kedalaman hati rasa terimakasih kami.
                                                                                          - Tenggarong, 30 Oktober 2010 -

Kamis, 28 Oktober 2010

HASRAT CINTA

                                                                      - Wong Embi Yen -
                        

Diwajah rembulan kutuliskan puisi
dibiru langit kulayangkan angan-angan
didebur ombak samudra kulayarkan harapan

Wajah rembulan merona malu-malu merasakan tarian kuas
mengguratkan huruf demi huruf luapan asmaraku dikanvas sucinya
dan berbisik lirih biarlah kurelakan puisi itu abadi sepanjang hayat
setiap malam menghiasi semesta dan jiwa-jiwa para pencinta

Biru langit yang ada dalam ketiadaannya menjadi saksi maya
desah lembut nafasnya meniup anganku melayang-layang bebas
menjelajah dan menikmati untaian panorama indahnya
takkan berhenti jika tiada yang menghentikan

Ombak samudra diseluas pandangan mata berbatas cakrawala
menyatukan deburnya dengan debur harapan gelora jiwa
mimbiarkan diriku larut dalam buaian arusnya
hingga harapan tinggallah harapan

Ooo.. itu takkan pernah cukup
ingin kulompati sahaja ruang dan waktu
bukan sekedar angan bukan berharap melulu
kumau bergegas menjemputmu
menyuntingkan mawar putih jiwaku
ditelingamu agar engkau tahu
menghapus resah-ragu
                                                                      - 23 September 2010 -

MUGA SLIRAMU



                                                                              - Wong Embi Yen -
Ngger anakku
sliramu kang dak antu-antu
kepareng metu saka guwa garbane ibu
ketemu lan kumpul bebarengan sanak-sedulurmu
lelumban ing bebrayan agung ngalam donya kang winantu
syukur alhamdulillah wus kelakon sliramu linairake wujud putri ayu

Nduk putriku
rama lan ibu ya wong atuwamu
rumangsa kabalebeg kabagyan lumintu
antuk kanugrahan agung tanpa pepindhan
rikat mlayu manungku puja-puji asung panuwun
mring Alloh SWT kang ngeparengake mengku sliramu

Ngger cah ayu
wis jamak lumrahe wong tuwa duwe pangajab
mungguhing bocah wadon mula dadia wanita utama
nuladha lan tumemen ngregem kenceng dhawuhing agama
jumbuh paseksenmu mring Alloh SWT kang ngukir jiwa-raga
duk rikala sliramu dikeparengake lumebu lelumbaneng jagad-raya

Ooo..ganthilaning ati pamoring suksma
mula gage delengen sunare bagaskara madangi
jembare bumi jerone samudra baweraning angkasa
gya mlakua jejeg kinanthen donga pangestuku sakloron
sumendhea mring Alloh Kang Maha Rakhman Maha Rakhim
nora liya uripmu bakal winengku kabagyan karaharjan lan karahayon.

                                                                            - Jum'at, 24 September 2010 -

MENYIBAK MAKNA

                                                                            - Wong Embi Yen - 
Aduhai jabang bayi
engkau indah teramat indah
engkau pandai mencipta suasana sontak beda
engkau penuhi hidungku dengan aroma khasmu
engkau penuhi telingaku dengan renyah tangismu
engkau penuhi mataku dengan aneka pakaian mungilmu
engkau penuhi dadaku tanganku dengan kelembutan ragamu
engkau hisap perhatianku tak peduli waktu
engkau aliri jiwaku dengan air telaga keikhlasan
engkau urapi ratioku dengan kesadaran kemustian
engkau penuhi ragaku dengan energi entah dari mana

Dalam ketidak berdayaanmu
engkau perlihatkan kenyataan kekuatan dahsyatmu
engkau mampu begitu saja memaksaku
mengerahkan segala daya lahir-batinku
dengan kepasrahan totalmu itu
pemaksaan yang justru terasa nyaman
pemaksaan yang tiada terasa paksaannya
pemaksaan yang menjadikan tiada keterpaksaan
cara memaksa yang tidak siapapun dapat melakukan

Sungguh engkau nyata bagian dari percikan kekuatanNya
yang dinyatakan lewat dirimu yang seakan tanpa daya
amboii...
dengan begitu…
apalah sebenarnya dayaku
apalah diriku bagi keberadaanmu
penjagamu Dia pribadi
dengan para Malaikat bala perawatmu

Terimakasih putriku
engkau hantarkan ayahanda ini kian dekat kepadaNya.

                                                                             - 27 September 2010 -


Rabu, 27 Oktober 2010

PENYATUAN

                                                                         - Wong Embi Yen -

Ketika mata melihat dan membaca
ketika telinga mendengar dan memperhatikan
ketika hidung mencium dan mencari-cari
ketika tangan membuka melambai dan menggapai
ketika kaki mengayun langkah berjalan dan berlari
ketika tubuh tegak dan condong kedepan
ketika fikiran menerawang dan mencerna
ketika hati merasai menimbang dan menerima
ketika jiwa terbuka lapang lega dan menentukan
aneka warna sinar memenuhi atmosfir alam mikro
cahaya yg tanpa diminta memilah dengan sendirinya
dengan kecepatannya yang tak tertandingi
semata karena kedalaman itu telah sampai
untuk bertemu
menyatu
yg satu.
                                                                        - 17 Oktober 2010 -