Senin, 22 November 2010

MENGHARGAI DAN BISA NGRUMANGSANI (INTEROSPEKSI)

oleh Wong Embi Yen pada 22 November 2010 jam 23:43
                                                                                                                     (Pindahan dari FB)

Ada esensi yg tak terpenuhi, tampak terpinggirkan dianggap tak terlalu penting bhkan mungkin tak tersadari utk dapat hidup harmonis dimuka bumi ini, yaitu rasa "menghargai" dan rasa "bisa ngrumangsani" 

Katanya kita bangsa yg taat beragama bahkan ditambah dgn "rasa unggul" karena merasa sbg bangsa berbudaya adiluhung. Yuk kita coba jujur pada diri sendiri, kanthi ngetek rasa bisa ngrumangsani nglindhih rasa rumangsa, anggep saja sbg obrolan sinambi leyeh2 lesehan neng warung he' pinggir dalan Slamet Riyadi (Solo)

Pertama-tama, maaf jika menggunakan bahasa2 yg rada sarkastis tp ada alasannya yaitu, kita sdh trlalu dilenakan olh kbiasaan basa-basi dan menggunakan istilah2 yg diperhalus tp jadinya malah mlethot ga jelas tur malah biasane nggo topeng (menutupi jeleknya pdhal itu yg maunya diperbaiki).
Contoh : Ga mau disebut Miskin Bodoh dan Kumuh mk disebut "Terbelakang" "Kurang beruntung" "Belum tertata". dll dll. Pokoknya jadi serba disemukan. Mungkin tadinya utk tujuan (yg dianggap mulia) utk menjaga martabat atau harga diri, tp ditahap selanjutnya ga bisa mewujudkan perbaikan lalu malah persoalan kemiskinan kebodohan dan kekumuhan itu meledak memburai tak bisa ditutupi lagi bhkan kedlarung-dlarung spt sekarang ini, menjadi PROBLEM BESAR negara!. Lebih celakanya lagi azas keadilan (sbgmana cita2 yg tertera di mukadimah UUD 45) sama sekali jauh panggang dari api!.

Apalagi dulu, orang yg ngomong beginian ini pasti ga lama ditankap diinterogasi dan ga tau selanjutnya he he he... maka era itu habis pentas pun musti apel kekantor Polisi, lha iya Polisi kan juga manusia belaka ta, ya mangan gaji semata yg jg tak bisa dipakai ber-mewah2 (kcli oknum2 tertentu), yg jg sanak kerabatnya banyak yg miskin bodoh dan kumuh juga yg mestinya menjadi tanggung-jawabnya juga utk memperjuangkan nasibnya. bahkan pak RT pak RW dan pak Camat pun harus laporan siapa2 yg vokal dikampungnya, tp mudah2an skr sdh berubah (klu belum yaaa...memang negri ini ga bisa diajak maju) . Jaaan jaman edan tenan ha ha ha...

Yuk kembali ke laptop!

Kedua, bab derita penyiksaan TKI, harus berani mengoreksi diri sendiri dulu sebelum bicara yg berkaitan dgn bangsa lain. Blak2an tanpa tedeng aling2, yuk

Kebetulan jelek2 gini saya juga pernah jadi TKI di Arab Saudi selama 2 Tahun (1982-1984), sama belaka dgn saudara2ku para pembantu rumah tangga, sopir, montir dan cleaning service yg dari duluuuu hg skr jadi masalah terus tanpa henti. hmmm...pdhal sangat MENGUNTUNGKAN negri ini, shg ada yg menyebut pahlawan devisa! spt juga Guru pahlawan tanpa tanda jasa he he he...

Ketiga, ini buka2an ya, telinga ini sebenarnyalah sudah teramat risih mendengar celoteh ra genah bhkan amuk2 tanpa dasar pemahaman yg jelas (ra ngerti dodok selehe), pada keminter, pada sok pembela kebenaran, dst. Yang paling mengerikan dari tingkah laku manusia2 yg bisanya bekoar itu jika kemudian ada yg menyebut (jangan salahkan) MUNAFIK dan masih untung jika sekedar kusematkan dijidatnya sebutan pahlawan kesiangan.

Satu pertanyaan kecil saja (sebelum kita kupas lebih lanjut), pengiriman TKI itu sejatinya SIAPA YG BUTUH? kita atau bangsa lain yg menerima kiriman TKI itu? bedakan tegas2 dgn Pengiriman tenaga untuk "membantu" "menolong" atau transfer knowledge dst.Seterusnya, andai kita kaya, andai di negri ini tak kekurangan lahan pekerjaan (Pemerintah RI mampu memenuhi hajat hidup segenap bangsanya) maukah TKI itu dikirim atau mendatangi negara lain?

Kita buka sedikit, contoh kecil saja negeri yg kini maju Korea Selatan saja masih dan sangat bangga dgn tenaga kerjanya yg sangat banyak bekerja di negara2 timur tengah itu terutama. Mereka mampu menempatkan diri sbg bangsa yg WIN-WIN dgn negara2 yg didatanginya, utk mencari nafkah juga tetapi kmudian sembari memasarkan produk2 dlm negrinya!.

Contoh lain, Philipina, berapa banyak warganya yg hidup bergantung dari keberadaannya sbg tenaga kerja asing? kenapa mreka bisa dan mulus2 saja? Dua negara itu mengirim dalam wujud komplit/lengkap warganya mulaii Labour (tenaga kasar) sampai manajer2nya (yg memang AHLI dan PROFESIONAL dibidang yg dibutuhkan dimana dia bekerja). Sehingga ketika itu kita mendapat kepercayaan dari Arab Saudi utk membangun beberapa proyek yg sangat2 prestisius disana (saya ikut disalah satunya), tp krn sekali lagi kita TIDAK MAMPU, mk harus mau DIGESER (klu ga mau malah akan di take over olh owner) utk dialihkan dan dilanjutkan olh para ahli negara lain yg MAMPU, pilihan mrka ya itu tadi, Korea Selatan.

Sampai disini apakah masih mau tanya kenapa???. Atau itu disebut cerita usang??? Tidak, itulah kenyataan yg terjadi. jadi... jangan malah kita menjerumuskan diri sendiri kian dalam utk jadi bahan tertawaan bangsa2 lain.

Keempat, nah ini bagiku pokok persoalannya yg sesungguhnya "sedemikan sederhana" sbg wujud implementasi ajaran agama dan dijunjung tinggi di adi-luhungnya falsafah budaya bangsa, yaitu kemampuan utk "MENGHARGAI dan BISA NGRUMANGSANI.

Kita kupas sak gaduk2ku masalah itu (biar waktu kerjaku tersita utk nulis ini, lha wong lagi rada ndongkol he he he...).

Sebenarnya "kedalaman" pengetahuan ttg dua hal diatas itu rasanya ga perlu dibahas, kan semua sdh faham belaka (bukankah bangsa ini penuh dgn orang PANDAI, WINASIS, MUMPUNI, LEBDA TUNTAS ING KAWRUH, tidak hanya yg senior bhkan buanyaaak anak2 muda yg sdh memakai sematan aneka ragam titel resmi setengah resmi dan.. sampai2 memakai sebutan Ki inilah Ki itulah, dst dst, pokoknya sebenarnya mualeees puoool, 'ngko malah disebut nguyahi banyu segara he he he...). Maka tadi kubilang saja sekedar obrolan di warung he'

MENGHARGAI, sedemikian banyak dan mudah didapat makna menghargai itu, seperti : Bgmana orang2 inggris atau amerika dll bilang "thank you" setiap ditawari sesuatu yg sebenarnya jg berarti menolak atau sudah, atau ktka orang2 bule itu nonton pentas Orkes Symphony atau nonton Tenis dll dll yg ketika harus tepuk tangan mrk tepuk tangan tulus (tidak memihak orang per orang tp memihak permainan bagusnya) dan ktka pertunjukan sdg dimainkan mrk diam total memperhatikan penuh PERHATIAN, sampai sdmikian heniiiingnya.

Bhkan ktka mrk menganggap ada yg perlu mendapat penghargaan lebih mrka berdiri serempak dan memberikan applous puanjaaaang dgn wajah yg tulus berseri-seri (bukan dibuat-buat krn memang tebit dari DALAM JIWA yg sdh OTOMATIS BISA menghargai karya, kinerja dan prestasi orang lain).

Juga bgmana bangsa jepang yg bgituuuu snang utk memotret (mengabadikan utk menjadi koleksi berharga pribadinya), dan konon mrka (setiap individu) punya prinsip hidup hrs meraih sejarah hidup terbaik (jgn tanya knapa mrka menjajah, tp klu mau ayo juga dibahas).Mereka sangat menghargai hidup dan menghargai hal2 yg menurut mrka patut dihargai dan diabadikan.

Juga bgmana Pemerintah Saudi Arabia tanpa henti memperbaiki meningkatkan menomor-satukan memprioritaskan kualitas pelayanan, kemudahan, keselamatan dan kenyamanan lengkap dgn fasilitas2 yg "super" bagi para jamaah haji dimana mrka sangat SADAR sbg tuan rumah yg tak boleh jelek apalagi GAGAL (sepanjang sejarah, adakah yg dapat kita nilai gagal?). Mereka sangat pandai menghargai tamu (dan jgn malah brfikir trbalik seakan Arab Saudi kaya dan bisa bgitu krn setiap tahun sekian juta orang berhaji krn stiap wktu orng datang utk umrah), sementara semua tahu belaka negri mrka ladang minyak kualitas tertinggi didunia, jg ladang emas dan sjk jaman dulu kala makkah adl pusat perdagangan bangsa2.

Tetapi juga bukan sekedar bgmana orang bolak-balik ngomong, bagus bagus baguuus...atau great job, good work...dimulut!.

Intinya, menghargai atau orang kjni lebih seneng menyebut meng-apresiasi, bukan sekedar dimulut aplg dibuat-buat yg malah bisa2 kebablasan jadi nyinyir (tdk sesuai kenyataan), tetapi sungguh TULUS TERBIT DARI HATI TERDALAMi (tumusing ati) dan.....(yg paling penting) diwujudkan dengan TINDAKAN NYATA!.

Sampai disini bukankah teramat nyata kita kesulitan membuktikan kita sudah punya, menjiwai dan selalu bersikap seperti itu????

Kita lanjutkan!

Diatas itu sekelumit saja contoh bgmna sikap apresiatif bangsa2 lain dlm kehidupan mrka se-hari2.

Sekarang, giliran bgmana kita, dan ini hrs berani jujur, berani mengakui kelemahan sndiri mk hanya dgn begitulah akan dpt dpt memperbaiki diri ...(katanya, klau pingin dihargai olh orang lain hrs bisa menghargai diri sndiri, artinya memang menjadikan diri pantas, patut, layak, semestinya dihargai, jangan minta diperhatikan dan dihargai jika memang ga pantas, aplg ngisin2i ta?).

Padahal kita juga mafhum belaka bahwa "hanya" dgn sesorang bersikap menghargai kpd orang lain, mk orang yg dihargai itu akan mrasa bombong diorangkan diuwongke, yg dampaknya dia akan lebih mawas diri, lebih menjaga diri, lbh keras meningkatkan kualitas diri, lbh semangat utk meraih prestasi2 lebih dr sebelumnya. Intinya tambah semangat!.

Apa yg kita lakukan ktka tahu anak kita meraih prestasi tinggi disekolahnya? Tentu berbagai cara kita lampiaskan utk memberikan penghargaan kpd anak itu...malah dgn embel2 "Tingkatkan terus ya nak minimal pertahankan!" dst.

Apa yg kita lakukan ktka kita bertamu dirumah sahabat atau saudara, tp yg kita datangi itu bersikap acuh tak acuh? tentu jg berbagai cara kita utk melampiaskan kedongkolan!.

Apa yg dilakukan olh para orang tua ktka kedatangan muda-mudi dilingkungannya utk minta sumbangan 17 Agustusan?, anak2 itu bersemangat skali krn merasa itulah salah satu wujud persembahan kpd tanah air yg dicintainya. Maka masih seberapa banyakkah orang tua yg juga bersemangat tinggi ikut hablur dlm Semangat Kemerdekaan Negerinya???

Jikalau semangat itu masih dan tetap membara didada segenap anak bangsa ini maka pasti gaung nasionalisme, patriotisme, nilai2 luhur '45, sekali merdeka tetap merdeka, wawasan nusantara, garuda pancasila, halo-halo bandung, padamu negri, dst dst dst tetap membahana penuh kebanggaan dan dimana-mana indonesianis akan memakai kaos merah putih bertulisan : I Love Indonesia, I'm Indonesian, Sekali Merdeka tetap Merdeka, Dimana Bumi Dipijak Aku Tetap Indonesia dst dst dst. Sebagaimana bangsa2 maju teramat membanggakan negerinya.

Dan kita akan melihat taburan tak henti2 prestasi2 prima para atlit, para wakil lomba science internasional, para ahli ber-lomba2 bekerja keras dibidangnya masing2, para ilmuwan bersemangat menemukan ilmu2 baru yg bermanfaat besar bg kian tumbuh berkembangnya kejayaan negri, para seniman kian produktif menelorkan karya2 seni yg kian berbobot dan kreatif-inovatif seiring dgn perkembangan dan kemajuan kemakmuran negri ini.

Sama sekali bukan kondisi yg kian hari justru kian terpuruk. Etos belajar, etos kerja, etos bela negara, etos kegotong-royongan dalam kebersamaan serasa-senasib-sepenanggungan sebagai sebuah bangsa yg besaaar kian merana rapuh dan menjadi barang langka!.

Tak terasa, budaya adiluhung yg dulu begitu terasa dengan kobaran semangat dengan greget dgn gairah dan menghasilkan kualitas tinggi dan penuh harap itu kini...kian merosot menjadi budaya SEADANYA DAN ASAL2AN, malah budaya HURA2 DAN BER-MEWAH2 yg jauh dari kenyataan kehidupan rakyat banyak, budaya TAK TAHU MALU DAN JUSTRU BANGGA DGN YG SEHARUSNYA DIMALUKAN, dst dst... lihat saja contoh kecilnya disemua tayangan stasiun2 televisi lokal eh nasional, malah anakku bilang budaya cecereme ya pa...(Mau bukti?. Lihat, ketika dilingkungan sendiri seakan waaaah tp begitu disandingkan dgn bangsa lain, apalagi jika harus bertanding, apa kenyataannya? sebut saja pertandingan apa even apa he he he...).

Lalu apa juga yg diperbuat ketika sekian banyak Guru Besar, Para Ahli Utama dan Madya, Para Peneliti di perguruan2 Tinggi besar, para praktisi yg jg alumni Perguruan2 Tinggi dan Sekolah2 Tinggi klas berat termasuk jutaan sarjana bangkotan dibidangnya masing2, para Jendral, Para Perwira Tinggi dan Menengah yg jujur, yg kesemuanya bekerja tanpa kenal korupsi kolusi dan manipulasi, tetapi kehidupan ekonominya pas-pasan?

Lalu apa yg diperbuat ketika para petani dan para nelayan selaluuu dalam kondisi menjerit.

Lalu apa yg telah diperbuat ktika (yg sdg in habis skr ini)  DAFTAR RIBUAN TKI DISIKSA DINEGERI ORANG terpampang ?.

Lalu apa yg diperbuat ketika para veteran Kemerdekaan bahkan janda2 pahlawan hidup dgn kehidupan ekonominya yg teramat memiriskan hati yg bongko sekalipun!. dst dst dst....cuapeeeek entek amek kurang golek !.

Kiranya cukuplah itu saja yg tersebutkan dari gunung kerusakan akibat dari tipisnya kemampuan MENGHARGAI.

Sikap pandai Menghargai, kita sudah tahu belaka dampak positif luar- biasanya. Dan kitapun mafhum sepenuhnya, semua kerusakan sekarang ini juga tak jauh2 dari tipisnya faktor ini. Sudahlah!.

Baik kita segera sadar dan tak perlu mencari kesalahan orang, toh juga saudara sendiri. Tapi mari yakinkan pembelajaran tentang ini kita mulai SEGERA!.

                                                        (hhhh...belum selesai juga ni yaa...masih satu bab lagi...)

Minggu, 21 November 2010

DENDANG BUNDA

- Wong Emi Yen -
OHOOI

Tembang-tembang buaian ibunda berbagai daerah
berkesan mendalam menyentuh relung jiwa
kenangan teramat berharga masa kecil
samalah jua dimanapun seorang anak dilahirkan
dendang ibu kepada bayinya dikala menimang menggadang
dengan belai kasih sayang dan urapan air mata pujian dan lautan doa

Dendang pituah bundo diiring saluang mendayu-dayu
tembang nasehat indung diiring kecapi mengalir lembut
pupuh macapatan biyung diiring gender dan rebab angragin
beribu adat bangsa nan adiluhung petatah-petitih nasehat mulia

Kesitulah lamunan menerawang
seluruhnya melayang-layang ringan
diatas gugusan pulau ratna mutu manikam
demi satu kenangan tampak nyata diruang mata

Segenap anak bangsa di nusantara
apalah kiranya kata hati jika teringat kembali
segala pengalaman masa kecil ditanah tumpah-darahnya
pertanyaan dan jawaban dalam hidupnya menentukan nilai dirinya belaka

Ingatan tentang tembang-dendang mendayu mengalir lembut angrangin
ibu kepada anak-anaknya yang siang malam menimang dan menggadang
dengan belaian tulus kasih sayang dan memandikannya dengan lautan air mata
pujian harapan dan doa agar menjadi anak berguna bagi agama negara dan bangsa

Ohooiii....
Tengrarong, 21 Nopember 2010

Jumat, 19 November 2010

BILA ADA CINTA-KASIH-SAYANG

- Pindahan dari FB Wong Embi Yen -
Bila ada cinta-kasih jarak tak bisa memisahkan hati
sebaliknya berdampinganpun belum tentu bisa menyatukan hati
insan dari kata uns yg bermakna sosial sebagai kodratnya
semestinya hidup tak menerjang arus dan nafsi-nafsi
tetapi saling mengasihi saling menyayangi
sebagai sesama, sahabat dan saudara belahan jiwa
demikianpun dgn alam semesta, sesama ciptaanNya semata.


  • Ratna Aulia Fatih menyukai ini.

    • Taufik Heru cakep neeh yang ini, izin share yaa..


    • Wong Embi Yen
      Maka hidup tak harus berselimut amuk-kemrungsung, cemas-takut, kecil hati-gagap, termangu-mangu-meragu, tak menentu-tanpa arah pasti.
      Panjang perjalanan bukan kewenangan manusia kecuali mengupayakan bentuk-wujudnya dgn ikhtiar yg berpedoman pada aneka pilihan, pilhan yg hanya akan berujung dua saja, sepenuhnya tersila pada masing2 pribadi.
      Duduk bersama dalam majlis silaturakhim atau sama2 berdiri meneruskan kekerasan hati pertengkaran dan perebutan yg bisa2 tanpa henti...krn itulah nas pula adanya, nas sang penggoda, Setan namanya.


    • Wong Embi Yen ‎@Taufik Heru : silakan dgn senang hati


    • Wong Embi Yen  
      Bahkan, jarak antar alam yg memisahkan tak akan mampu membatasi hubungan jiwa, krn ia lintas batas, krn sesungguhnya jiwa tak ada kata mati atau terputus kecuali sengaja memutuskannya, he he...bgitu yaa?


    • Taufik Heru seep.. Sederhana, mudah dicerna dalam maknanya. Pujangga bener neehh, Lanjutkan!


    • Wong Embi Yen
      Ketika seseorang berkeyakinan hubungan hanya dilakukan antar sesama yg hidup, maka pertanyaanya, yg mati itu raganya wadagnya lahiriahnya atau jiwanya? bknkah bg yg percaya sebelum ruh ditiupkan kedalam janin mk belum disebut hidup? jadi ruh atau jiwa kemana? bukan mati tetapi berpindah tetapi tetap hidup, dan siapa yg punya ingatan? yg hidup atau yg mati? jika yg hidup mk sang jiwa yg tak pernah mati tentu tidak akan kehilangan ingatan. begitulah kodratnya.
      Maka bg yg percaya anak soleh dapat menolong orang-tuanya yg telah berpindah alam, bukankah itu tekanan kpd anak agar menjadikan dirinya soleh? maka kumpulan orang soleh apalah bedanya?
      Jadi, sepanjang sama2 satu channel didalam kesolehan maka hubungan kasih-sayang tak kan terputus!.
      Insya Allooh...!!!


    • Ratna Aulia Fatih Nanti di surga gak ada jarak yang memisahkan lagi ya pa?

    • Wong Embi Yen
      He he..bukankah seluruh insan yg pernah ada sampai detik ini yg sdh berapa milyar banyaknya hakekatnya ada dilahirkan oleh satu manusia belaka, Adam As, bapak sekalian manusia, dan Hawapun bukan dicipta tersendiri tp konon diambil dan dijadikan dari tulang rusuk kiri Adam?

      Hanya Adam yg dibentuk lalu dihidupkan lalu Hawa, kemudian setelahnya seluruhnya dilahirkan dari rahim bunda, dan hidup bukan setelah dilahirkan, ttapi ketika didlm rahim itu...lahir dari alam ruh...dibagian perut sang bunda, siapapun itu kemudiannya.

      Maka benarlah perintah utk berbakti kpd ibu ibu ibu yg mengandung dan melahirkan lalu tak boleh tidak kpd bapak, krn bapak bukankah ekivalen dgn sang Adam yg memulai keberadaan manusia?

      Kaitan dgn topik awal, adalah Adam dan Hawa biarpun dipisahkan jarak Falestin dgn Cina-India....perjalanan mempertemukan kemanusiaannya yg tetap menyambung jua krn hati yg tak pernah terpisah, walau beribu rintangan menghadang dgn alam yg super ganas tak bersahabat dan waktu yg 100 tahun, akhirnya bertemu juga....di Gunung Rahmah!.

      Subkhanalloh. didunia fana saja artinya ketika sang jasad mash menyatu dgn jiwa, sepanjang satu channel luasan bumi yg memisahkan keduanya itu akhirnya takluk utk mempertemukan disatu titik tempat, Jabal/Gunung Rahmah. Suatu gunung di Arafah...tempat berkumpulnya, bersilaturahimnya (mustinya segenap) manusia, seluruh adam-adam (dan hawa-hawa).

      Nyatalah, sekelumit saja dari keseluruhan makna haji adalah ketika manusia telah berkumpul didlam pertemuan agung (silturakhim...perhubungan antar ruh) di Padang Arafah!.
      semoga realitasnya sungguh2 seluruhya ada dalam satu channel, tetapi wallohu'alam, hanya DIAlah yg tahu hasil akhirnya!.



    • Wong Embi Yen  
      Satu memandang yg banyak
      yg banyak memandang yg satu
      dan ketika yg satu memandang yg satu

      duhaiiiii apalah namanyaaaa????


    • Wong Embi Yen Hallo Ratna cayangku...memperhatikan juga ya, syukurlah.


    • Wong Embi Yen
      He he ...pertanyaan yg mengiringi pemahaman yg telah melewati makna hidup yg takkan pernah mati krn faham jika itu jiwa, dan yg mati hanyalah jasadnya.
      walau sebenarnya masih mungkinkah seluruhnya (jiwa dan raga) berpindah sama2 kealam lain... yg bukan dunia fana ini. tetapi itu cukuplah.

      Baca di AL-Qur'an yaank...betapa mudahnya membuka utk meneliti satu persatu isi kitab itu yg telah ada sejak berabad-abad lalu yg berbicara ttg eksistensi manusia, alam semesta, dan seluruhnya, lengkap belaka. Agar menjadi pedoman hidup utk tidak keliru menentukan pilihan.....tempat berpindah atau tempat kembali!.

      Dialam sana sesuai petunjukNya, ber-ruang2 ber-pintu2, atau juga ber-tingkat2, seperti jg kira2 didunia ini.

      Singkatnya, sekarangpun dirimu dgn papa berjauhan tempat (kamu di Solo dan papa di Tenggarong) tp apakah kita terpisah?????. Dan sekarang ini jika kita mau apakah kita tidak bisa bertemu dan berkumpul terus?????. Jawabnya jelas, BISA!



    • Wong Embi Yen
      Alloh Sang Kholiq, menciptakan manusia dgn kelengkapan yg disebut paling sempurna (paling lengkap, multi dimensi, multi rumit, super ilmu mekanisme dan sistim, dibanding dgn makhluk lainnya).
      Dgn dmkian, logikanya saja, atau sebatas akal saja, apakah yg tak mungkin dilakukan dan bisa terjadi (ssuai kehendakNya) bagi manusia?

      Ratna, papa tanya, ketika Nabi Muhammad SAW, di isro' dan lalu di mi'rojkan itu jiwanya saja atau bersama jasadnya?

      Dan bertemukah beliau dgn insan2 terdahulu termasuk sang bapak segenap manusia, Adam As?



    • Wong Embi Yen
      dengan begitu cayangku...., masihkah ada keraguan dihatimu ttg apa saja yg prinsipiil ttg eksistensi manusia ini?
      bahkan cayaaank..., benar adakah korelasi tak terputus antara manusia dan alam semesta ini?
      Kita sama2 tahu belaka ilmu siklus kehidupan, rantai kehidupan, sebab-akibat, segala ciptaan ber-pasang2an, juga unsur2 dari wujud ciptaan. Dan apakah unsur2 yg ada didiri manusia?
      Carilah jawabnya, seiring dgn berjalannya waktu (artinya kesempatanmu) tp jgn dipaksakan harus segera tahu, krn perjalananmu insyaAlloh akan menyampaikan sendiri pd pengetahuan itu secara alamiah skr ini, sepanjang engkau berpegang teguh kpd ajaran Alloh SWT. Amiiin ya Robbal alamiiin.



    • Wong Embi Yen
      Cayangku, bagi manusia, itu semua berhubungan dgn yg nyata dan yang ghoib...padahal keduanya satu jua. pusing ya he he...
      utk memudahkan membedakannya bolehlah dgn percontohan sederhana, engkau saat ini sdg menghadapi komputer utk berinteraksi dgn papa, ini nyata bukan?
      sekarang ini diluar kamarmu yg berbatas dinding tak tembus pandang, ada motormu digarase. tampak olehmukah motor itu dari ruang komputermu saat ini? tidak. Dan yakinkah kamu motor itu ada? Dan motor yg ada digarase itu benarkah motor milikmu? Nah kira2 itulah dan begitulah... yg ghoib, tak tampak tapi nyata ada, jadi satu jua bukan? Riil.

      Tenggarong, 20 Nopember 2010

Kamis, 18 November 2010

GAYUS BERAKSI LAGI

- Pindahan dari FB Wong Embi Yen -

Pernyataan bang Buyung di MetroTV punya bbrpa dimensi al :
* Pasang badan
* Pengakuan : - Gayus bersalah
                           - Banyak yg terlibat
* Tekad tetap satunya kata dan perbuatan, membongkar mafia hukum dan   perpajakan.

* Manfaat :
   - Mmperbaiki nama korps advokat
   - Pmbelajaran bg masyarakat
   - Mmpertahankan “harapan” bg tegaknya hukum di negara ini.
 

Lanjutkan bang!.



19 jam yang lalu · ·


    • Wong Embi Yen  
      Yg menarik, cermatan pada satu persatunya, bisa membuka banyak tabir gelap dan abu2 yg menyelimuti tubuh kehidupan dinegri ini. Tapi hari-hari kedepan ini sekali lagi sikapi saja dgn relaks, sbb kita akan disuguhi kejadian tragis-ironis bangBuyung dan akrobat politik yg luar biasa memuakkan, tp tokh kita sdh trbiasa he he...klu ga mau melihat memang mungkin lebih baik, krn memang ga ada manfaat nyata bagi perbaikan negri ini, pen!

    • Didik Ketutnugroho hidup Indonesia...... MERDEKA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    • Wong Embi Yen
      ‎* Pasang badan, sdh mnjadi jamak-lumrah, jaman skr ini orng yg berkata lugas ssuai hatinya tp meyangkut orang lain wlu dgn niat memperbaiki spy keburukan tdk kian menjadi, malah hrs berhadapan dgn ancaman, intimidasi bhkan smpai tindakan f...isik. Bang Buyung sdh membuka borok bbrapa orng termasuk institusi tertentu yg dinilai tidak mampu.

      * Bang Buyung mau tetap mmbela Gayus dlm posisi ingin menempatkan persoalan sesuai kenyataan yg terjadi, bkn skdar cari bayaran dan utk "membebaskan/meringankan kasus kejahatan Gayus, ttpi utk membongkar inti kasus dgn sebarannya trmasuk siapa saja yg terlibat bersalah dan mengambil keuntungan dgn menipu negara (korupsi, kolusi dan manipulasi), seluruhnya!.

      Bayangkan saja, mereka yg terlibat adl wajib pajak raksasa dan sdh berlangsung brapa lama? bertahun-tahun!. makanya siapapun yg pingin mengorbit jadi menteri keuangan atau perdagangan atau mentri2 perekonomian manapun lewat jalur dirjen pajak, pasti sang dirjen itu bisaaa aja mencapai target pemasukan pajak yg diembankan kpdnya he he...lha wong karek tekan sana tekan sini trmasuk menarget anak-buahnya, shg sistim disitu berantakan dan mudah dipakai bermain-main. sungguh memang tinggal manusia2nya, mau bener apa mau rusak (dan rusak ini seakan baiiiik saja krna memahami agama yg dianutnyapun salah, menyuap malaikat pencatat dan seakan melihat tuhan kerjaannya tidur kaleee). Bab iki yen dibahas..entek amek kurang golek merga kabeh ya wis ngglethek kemleler neng ngarep mata, wis membudaya!

      * Tekad satunya kata dgn perbuatan, gampang diucap tp halaah mana bukti nyatanya..sdh dmikian langka. tapi bangBuyung agaknya sdh sampai titik nadir kemuakannya jadi jiwanya terpanggil, ya smga ga malah jadi tumbal, ga pa2 bang, mencari sejarah nama baik buat kebanggan dan teladan anak-cucu. Anak-cucuku pun akan menganggap teman pada anak-cucu abang, kita faham belaka perputaran kehidupan ini he he he...

      * Manfaat memperbaiki nama / citra korps advocat atau lawyer atau pembela hukum. Ya, image masyarakat luas saat ini kpd korps berlabel hukum itu sdh sdmikian buruknya kan? sdh mnjadi rahasia umum, artinya jane di-tutup2i keburukannya tp terlanjur smua orang tahu belaka.

      * Manfaat pembelajaran bagi masyarakat banyak (yg belum faham tupoksi advocat) yg bukan sekedar profesi pencari nafkah dgn mencarikan kemenangan bagi kliennya yg berkasus hukum, wlu terbukti salah bisa ringan hukumannya bhkan ada yg bebas murni, shg anekdot maling ayam dihukum gantung koruptor raksasa BLBI bebas merdeka tetap eksis jadi raja bisnis dan pengatur kinerja pejabat negara, hukum hanya berlaku bagi wong cilik, dst dst (dgn memelintir dan mencari celah-celah hukum dgn beribu dalih dan berbekal kemampuan berkilah, adu mulut sampai diskusi kebo!!!)

      Artinya, bang Buyung mengembalikan fungsi advocat sbgmna mustinya, sbg korps jajaran penegak hukum, yg mengarahkan kasus hukum yg dihadapi berjalan tanpa merugikan siapapun, klien yg harus dihukum maksimal 10 th tdk keliru jadi 12 th, karena dia yg juga melek hukum. Adu argumentasi diskusi kebenaran hukum yg musti ditegakkan, mencari utk menemukan dan mendudukkan proporsi hukum yg semestinya jg berazaskan keadilan dan kemanusiaan! ta?

      * Manfaat mempertahankan "harapan" tegaknya hukum di negri kita ini, yg sdh patah-arang, sdh nyaris punah, dan berganti hukum rimba. yg ini ga usah dibahas juga, krn hampir smua mnjadi gampang emosi, mengedepankan amuknya, tp yg tdk sdg berkasus mencibir bibir, dan sbagian lainnya cuma bisa mengelus dada...tak berdaya, pasrah dan kemudian sikapnya masa bodoh! ta?
      Jika negeri ini tetap mau eksis sampai akhir zaman, ya mau ga mau harus tetap punya "harapan", harapan hukum sbg panglima bkn hukum dibawah telapak kaki penegak hukum dan kaum berkuasa (jabatan, harta dan koneksitas).

      Nangis beb, jika mengingat stempel diri, lembaran merah-putih, burung garuda, naskah proklamasi dan uud 45, yg dgn tegas menyatakan cita2 Kedaulatan, Keadilan dan Kemakmuran, bagi seluruh Rakyat Indonesia dan NKRI !!!.

      ya masDidik, semoga hidupnya Indonesia kedepan tetap dan benar2 dalam kebaikan sesuai cita2nya yang...dalam roh Merdeka!!!!.

 - Tenggarong, 19 Nopember 2010 -

 

 

Selasa, 16 November 2010

MAKNA TEMBANG KUNA

Seorang tua renta dengan tongkat penopang tubuh
pakaian sangat sederhana tertatih melewatiku
terdengar rintihan jiwanya lewat tembang :
Kelek-kelek biyung sira ana ngendi
enggal tulungana
anakmu kecemplung warih...
Tiba-tiba kutercenung pada maknanya yg bisa kemana-mana, duhai...
- Wong Embi Yen -
Tenggarong, 16 Nopember 2010

KURINDU

Kurindu Ibrahim
kurindu Ismail
kurindu Siti Hajar
 

Negri ini menangis
planet bumi ini menangis
alam semesta ini menangis
rindu jumpa Ibrahim Ismail Siti Hajar
rindu kehadiran pribadi-pribadi seperti mereka.

 

Kurindu Ibrahim
pribadi teladan kesanggupan berkorban tiada tara
seorang putra yg didamba sepanjang 900 th
milik paling berharga dalam hidupnya
penerus sejarah hidupnya
demi kepatuhan kpdNya
ia ikhlaskan dan laksanakan

Semesta ini rindu kehadiran Ibrahim
pribadi-pribadi Ibrahim
pribadi-pribadi yg ikhlas
mengorbankan apapun
demi memenuhi perintah AgungNya
membaktikan diri bagi sesama.

Maka Alloh tak membiarkan ia berduka
dan menggantikannya dgn suka cita
perintah itu bermakna ujian semata
ketaatan tanpa reserve.
 
Kurindu Ismail
sang teladan keikhlasan kelembutan
ketaatan sekaligus keberanian dalam kebenaran
remaja terdidik yg berbakti tanpa reserve kpd orangtua
ia tak menyangkal tak menolak dan justru dgn lembut meyakinkan
sang bapa melaksanakan pengorbanan perintahNya.

Semesta ini rindu kehadiran Ismail
pribadi-pribadi yg sepertinya
yg pasrah dlm ketaatan
keyakinan kebaikan utk dikorbankan
demi kemaslahatan sesama.

Maka Alloh tak membiarkan ia mati
dan menggantikannya dgn kemuliaan
perintah itu membuktikan kesebalikan hasil
dibalik duka pasti suka dibalik sulit pasti mudah
dan segalanya diciptakan berpasangan.


Kurindu Siti Hajar
suri tauladan pribadi agung
istri yg tunduk patuh kpd suami
ibu yg mendidik dan mencetakkan pribadi mulia
bagi anak sehingga memiliki jiwa seluas samudra
wawasan seluas angkasa raya
keluhuran budi yg didasari ketaqwaan
kelembutan sikap kpd sesama
tanpa prasangka buruk kecuali keyakinan
kebenaran akan berada dipihaknya

Oooo ibuuu....
semesta ini, kami ini sungguh merindukanmu
mendamba kehadiranmu disisinya disisi kami
kami tak sanggup hidup tanpa belaian lembut kasih sayangmu
tanpa kalimat-kalimat indah pelipurmu yg memberanikan kami
yg menyemangati yg melembuti yg mengarahkan kami kepada
kebenaran pengabdian kepadaNya dan sesama shg hidup kami
bermakna.

Ooooo ibuuu...
bagaimanapun sejauh langkah yg telah kami tempuh ini
jika menyalahi nasehatmu selalu bisa kami meminta maafmu
jika sesuai harapanmu ini untukmu duhai ibuku, ibu kami semua.....
 
- Wong Embi Yen -
Tenggarong, 16 Nopember 2010
Seusai Sholat Idul Adha

Minggu, 14 November 2010

INTERVENSI

 - Pindahan dari FB Wong Embi Yen -
Pingin ngomong bab intervensi
(tapi kalau ga dengkelen dhewe ya panjang he he ...)

Intervensi :
Menurut kamus artinya Campur-tangan atau Perantaraan (padahal rasanya si masih banyak lagi artinya)
Dalam prakteknya untuk banyak hal, tapi terbagi dua point saja hasil atau akibat yang mengikutinya, positif atau negatif.

Misalnya pada :
Kasus perselisihan antar anak dalam sebuah rumah tangga, anak-anak yang belum dewasa atau jika sudah sama-sama besarnya tapi tidak bisa bersikap dewasa. Perselisihan itu otot-ototan dan sulit dilerai karena saling berkeras memegang kebenaran versi masing-masing, pokoknya seru deh. Orang-tua sebagai fihak yang lebih memahami kebenaran, lebih luas wawasan dan pengalaman hidup, lebih dewasa dan bijak, juga berpengaruh kuat bagi anak-anak itu, dan diyakini tidak berat sebelah, tidak akan pilih kasih, maka wajib mengintervensi dalam arti campur-tangan iya dan menengahi iya, dengan niat melaksanakan amanah sebagai orang tua yang semestinya, berlandaskan sikap kasih sayang tulus dan murni demi kemaslahatan hidup dan kehidupan anak-anaknya, guna :
  1. Mendudukkan perkara pada porsi kebenaran yang sebenarnya, sehingga yang salah sampai bisa menyedari dan mengakui kesalahannya, yang benar tidak kemudian jingkrak-jingkrak gembagus.
  2. Mencarikan jalan keluar yang terbaik sehingga perkara tuntas abgi kedua belah pihak
  3. Mempertahankan kerukunan, kebersamaan dan kekeluargaan
  4. Mencapai kemaslahatan, menjauhkan kemudharatan apalagi kehancuran
  5. Apalah lainnya pokoknya yang menjadikan baik.
Atau kasus cekcok suami-istri yang berlarut-larut dan sulit didapat titik temu bahkan sudah  membahayakan anak-anak dan keutuhan rumah-tangga, maka diperlukan intervensi dalam wujud sebagai perantara atau penengah yaitu pihak ketiga, sampaipun ke level pengadilan agama yang menjunjung tinggi azas mempertahankan keutuhan rumah tangga, bukan cepat-cepat memutus vonis bubar dan cepat-cepat juga membagi harta gana-gini (mestinya fungsi pengacara juga harus begitu, bukan mencari jalan kemenangan kliennya, jangan kemudian justru yang menang adalah pengacaranya ha ha ha…, menang diatas penderitaan yang kalah. Kalau ada pengacara yang juga berprinsip sama sebagai mana semboyan PA itu ya baguslah).

Atau kasus cekcok masalah adat yang mengarah keperpecahan masyarakat adat, maka perlu intervensi tokoh-tokoh masyarakat yang memahami adat-istiadat yang berlaku dan dijunjung tinggi, bahkan jika sudah diperlukan juga intervensi aparat pemerintah setempat, berfungsi sebagai penengah atau perantara dan penentu bahkan penegak kebijakan negara.

Atau kasus tak menentunya harga kebutuhan pokok dipasaran, maka perlu intervensi dari penentu kebijakan ekonomi dan perdagangan, dengan mengingat kemaslahatan ekonomi makro negara dan dalam koridor membela kepentingan rakyat.

Atau kasus percekcokan antar penganut agama atau suku atau ras, maka intervensi negara justru mutlak harus dilakukan, campur tangan langsung negara dalam hal ini aparat pemerintahan dengan sagenap perangkat yang ada guna menegakkan keadilan dan kebersamaan dalam keBhineka Tunggal Ikaan, persis sesuai dengan fungsi dan amanat UUD dan peraturan-peraturan dibawahnya yang berlaku. Dan kasus-kasus lainnya besar-kecil, berskala sangat sederhana sampai yang sangat prinsipiil dalam kehidupan ini.

Dst. dst...

Untuk yang negatif
Misalnya kasus campur-tangan orang tua pada kehidupan anak-anaknya dalam banyak hal, yang tak semestinya dicampuri. Termasuk anak dipaksa harus jadi insinyur atau dokter padahal anaknya nyata-nyata tidak tertarik pada ilmu-ilmu eksakta. Atau orangtua yang artis besar memaksakan anak-anaknya mengikuti jejaknya padahal anak-anaknya lebih berminat pada profesi-profesi lain. Atau anak yang sedang tumbuh dipaksa memikul beban tugas yang bukan porsinya, atau yang intervensi yang seakan-akan sederhana saja seperti seorang bapak mengajari anaknya melukis dengan memegang tangan si anak agar tangan sikecil itu mengikuti kemanapun maunya tangan si bapak, jadi yang terlukis adalah lukisan si bapak, sehingga kemerdekaan anak itu tertindas-musnah.

Atau kasus orang tua yang suka campur-tangan dalam bentuk mempengaruhi apalagi memaksakan kehendaknya dalam banyak hal pada rumah-tangga anak-anaknya, seakan-akan demi kebaikan si anak. Kalau tidak dituruti maka si orang-tua itu lalu ngambek, menyalah-nyalahkan, bahkan ada yang merasa sakit hati malah menjadi sakit stresslah, jantunganlah, leverlah, inilah itulah, ga peduli (atau ga tahu?) akibatnya paling tidak anak-anak itu justru kesulitan bersikap mandiri

Atau kasus tokoh masyarakat yang merasa berpengaruh, berwibawa kajen-keringan, merasa paling miluhur dan winasis, lalu seenaknya memaksakan ritual adat tertentu yang harus dilaksanakan oleh lingkungannya, padahal masyarakatnya tidak semua menyukai adat itu apalagi yang bertentangan dengan keyakinan dari sebagian besar masyarakat disitu. Sehingga yang terjadi berikutnya adalah keresahan dan kekacauan.

Atau kasus dipaksakan masuknya bahan-bahan konsumsi kebutuhan dapur dari luar yang digelontorkan dipasaran padahal produksi setempat untuk bahan-bahan yang sama sangat berlimpah tapi terpinggirkan dengan alasan kwalitas dst. Intervensi model inilah yang bener-bener menjengkelkan, menyakitkan dan mempurukkan perekonomian, bukan saja petani dan pekebun kita yang dirugikan, tetapi juga rakyat keseluruhan. Ini membuktikan intervensinya oknum-oknum yang punya kewenangan (jelasnya penguasa yang berkolaborasi dengan produsen tertentu) untuk keuntungan pribadi atau kelompok, sebab jika itu merupakan kebijakan pemerintah, we lah brarti pemerintah bingung, ga ngerti yang bener itu yang bagaimana, apa ya mungkiiin? ga lah.

Atau kasus dibangunnya ini-itu padahal kebutuhan riil masyarakat bukan bangunan itu tetapi bangunan lain yang lebih menyentuh hajat hidup atau kebutuhan masyarakat, sehingga dengan adanya bangunan-bangunan itu justru mengganggu, menelantarkan bahkan mematikan sendi-sendi kehidupan rakyat banyak, yang telah berfungsi dan eksis sebelumnya. Model intervensi seperti ini jelas intervensi kebijakan pemerintah didalam pemerintahan itu sendiri (sebab jika kebijakan yang benar-benar mengikuti aturan perundang-undangan apalagi merujuk dan mengingat sebaik-baiknya amanat pembukaan UUD 45, pasti ga akan terjadi yang begituan, 'caya deh). Yang begituan jelas merupakan bukti konkrit tidak nyambungnya aspirasi rakyat dengan pemahaman yang dimiliki oleh sang pemegang kebijakan. Banyak yang mengistilahkan sebagai kebijakan yang tidak membumi.

Atau kasus-kasus, segudang kasus seperti yang telah sekian lama merebak berkembang luas sampai sekarang ini, sehingga bentuk atau wujud intervensi itu menjadi begitu samar, menjadi barang absurd , barang yang dipakai untuk main-main, untuk memainkan perannya masing-masing, untuk bertahan tetapi juga untuk menyerang, untuk mengamankan sekaligus mencapai tujuan. Pokoknya jika tidak teliti, tidak benar-benar diperhatikan runutan kisah dan statusnya sesuai tahapan-tahapannya, jika tidak wening, maka apakah itu intervensi positif atau negatif, atau apakah itu murni benar atau agak benar sudah ga jelas lagi, tetapi itu seakan sudah menjadi barang lumrah, wajar-wajar saja, yang pasti intervensi yang berstatus negative seakan sudah ga dipedulikan lagi sehingga bisa dibilang ga ada yang negatif, tumpang-tindih dan amburadul, dan itu semua “hanya” demi kemenangan (berarti ada yang kalah….dan tunggu waktu pasti yang kalah akan membalasnya), bukan demi kemaslahatan yang tak mengenal istilah dan tujuan menang-kalah. Last but not least, yang menjadi masalah adalah ketika ini semua berlangsung  di elite negeri ini.

Yuk, coba kita perhatikan sedikit saja contoh dari hamparan luas kejadian intervensi yang sesungguhnya negative atau tak seharusnya atau tak layak atau yang bahkan sudah melanggar aturan kebenaran yang dianut negeri ini (baca UUD 45, Pancasila dan Nilai-nilai Luhur Perjuangan Kemerdekaan juga Kepribadian Bangsa atau jelasnya nabraki buday adiluhung).

Contoh paling dan sedang “in” saat ini, kasus Mr. Gayus. Logika dan arus suara batin siapa yang tidak menyatakan 1000% itu tanpa intervensi? Kasus grasi untuk para koruptor? Kasus Bibit Candra? Kasus seorang perwira dalam sekian hari melompat pangkatnya (jadi ingat juga yang terjadi di Korea Utara, hiii..ko ra beda si..)?  Kasus-kasus umum terpidana yang berduit hukumannya cuma secuil tahun dan selama ditahanan itupun bebas melenggang kemana-mana untuk tetap bisa menikmati apa saja (perhatikan,  pasti kenikmatan yang berstatus “maksiat”, mubadzir-mudharat dan kian jauh dari makna bertobat). Mau contoh yang lebih banyaaak? Capek nulisnya ah!.

Maka kalau sekarang alam di negeri ini bergolak, bukankah itu juga akibat dari intervensi negatif / campur tangan manusia yang tak semestinya tak seharusnya tak layak bahkan jelas SALAH !.

Alloh SWT tak perlu berbuat apapun apalagi marah, tetapi sistimNya-lah (yang telah diberlakukan sejak masa penciptaan alam semesta seisinya) otomatis bergerak memencet tombol merah bagi dan di status alam ini, dan alam itu masih bagian mikro-mikronya yaitu Indonesia. ASTAGHFIRULLAAH.

Tulisan ini samasekali belum mewakili keruwetan yang berlangsung seperti tiada henti-hentinya ini.
Hanya karena kadang masih dipaksa untuk bersikap excuse, teruuus begitu, sementara kerusakan terus berlangsung kian memperpuruk seluruh kondisi hidup dan kehidupan ini... 
Pun mengingat yg seperti ini sudah bukan sesuatu yg dipedulikan oleh tidak sedikit saudara kita sendiri, sehingga kadang memang melemahkan semangat dan berkecil hati utk membiarkan hidup ini berlangsung dan dijalani begitu saja asal punya pekerjaan tetap, masa dpn klga terjamin, punya papan tak kekurangan pangan dan pakaianpun bisa bertumpuk dilemari (hingga karyawan rumah tangga atau msh banyak dipakai istilah "babu minimal pembantu" kecapekan gembrobyos nyetrika tak ada habisnya)  
ha ha ha capek deeh....


- Tenggarong, 14 Nopember 2010 -

Jumat, 12 November 2010

DATAN OWAH

- Wong Embi Yen -

Tan bakal bisa linirwakake
gumelar jembare pepiling edi
kang wus den ukir ana ing watu gunung
ing tetuwuhan pengkuh lan gegodhongan ijo
ing wedhi gisik lan dhasare samudra
ing pojok-pojok kutha lan karang padesan
ing mega putih kapas lan warnane kluwung
ing padang-jingglang awan lan ndhedhete wengi
ing panas terik bagaskara lan pasuryane rembulan ndadari
ing tetesing udan nggrejih lan pusere angin lesus
ing suka-rena gegojegan lan ombake nestapa lara lapa
kabeh pinatri sayekti sajroning netra lan sarandune pengangen
hamung lelumban ing segara madu kabagyan sih katresnan tulus
duh sigaraning nyawa
papanmu ana telenging atiku 

- 6 Februari 2010 -

Kamis, 11 November 2010

(GURIT JRIH TINILAR - Serial Refleksi Pasca Romadhon 1431 H)

- Wong Embi Yen -

JRIH TINILAR

Linambaran raos mongkoging manah amargi sedaya nikmatiPun tansah kajiwa kasilira
sinartan raos bombong amargi tansah jinangkung ing sih pangayomaniPun
dalah raos gumbira amargi maksih pinaringan kesempatan
ananging ugi kinanthen raos duhkita badhe tinilar wulan utami

Lelandesan keyakinan lan kapitadosan lair tumusing batos
panjenganiPun Gusti Alloh sayektos datan saget kininten karenaniPun
pindha kawistingal nggelar pasamuan agung nyuntak segara madu
nguningani para hambaniPun sami ndheku manungku manembah
tumungkul asung panuwun tetawan tangis kabagyan
pinaringan gesang kabalebeg kebak ing sih katresnaniPun

Duh Gusti Alloh Ingkang Nyipta Saindenging Jagad Raya
Ingkang Murba Wasesa Gesang lan Panggesanganing sadhengah makhluk
Ingkang Ngasta Kodrat Iradat Inayah Hudan ugi Adzab
Ingkang Ngasta Panguwaosing Kiyamat Surga miwah Neraka
mugya saestu paring aksama dumateng kawula ingkang kebak ing sia-sia
ingkang taksih kabuntel ndhut kanisthan klebus hawa-nafsu kadonyan
ingkang mawongsal-wangsul mangsuli seganten kadurakan kalimput ing kalepatan

Ya Robbanaa dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarkhamnaa lanakuunanna
minal khoosiriin
amiin ya Robbal alamiin
ya Arkhamar Rookhimiiin

- 6 September 2010 -
(Serial refleksi pasca Romadhon 1431 H)

Rabu, 10 November 2010

SELURUHNYA MANIS BELAKA

- Wong Embi Yen -

 
Takkan terlupakan
luasnya kenangan terhampar
yang telah kita ukirkan dibebatuan
dipepohonan didedaunan dipasir pantai
ditengah dan pojok-pojok kota dipedusunan
diawan diwajah rembulan dan ditubuh pelangi
diterang-benderangnya siang digelapnya malam
dirintik hujan ditengah badai diteriknya matahari
digelimang canda-tawa dipuncak-puncak nestapa
Seluruhya terpateri nyata diruang mata dibenak
di keempat dinding dilangit-langit didasar hati
Disegenap penjuru ruang itu semata berisi
kebahagiaan dalam cinta-kasih-sayang
bersamamu duhai bidadariku
belahan jiwaku
 
- 3 September 2010 -
(Puisi lama yang tak kenal usang)

CIKAL BAKAL


Ketika buah itu dimakannya
saat itulah dimulai adanya
baik buruk benar salah
berat ringan suka duka
sebelumnya hanya kebeningan

Seratus tahun saling mencari
disegenap ruang dan waktu
hikmah demi hikmah didapat
pengalaman menjadi pelajaran
sampai tiba saat jumpa kembali


- 7 Juli 2010 -

KEPADA KITA (Serial Refleksi 65 Th HUT RI)


Pintar dan bodoh
keduanya kata sifat
sebagiannya cerminan dasar intelektualitas
sebagian lainnya kesempatan mengolah otaknya
kebaikan atau kerusakan tak terlalu bergantung kepadanya

Cerdas dan dungu
keduanya perwujudan sikap dan perbuatan
cerdas tidak musti pintar dan dungu belum tentu bodoh
keduanya meliputi sikap intelektual, emosional dan spiritual
dampak kebaikan atau kerusakan dipengaruhi olehnya.

Jujur dan dusta
keduanya wujud sifat dan sikap
mewakili kebenaran dan kebatilan
dan perbuatan keduanya berdampak masing-masing
kian besar dan kuatnya akan kian besar dan luas pula
seluruh kebaikan atau kerusakan berpangkal darinya.

Pintar, cerdas dan jujur jika dimiliki
bangsa ini akan bangun dan termangu
lalu tersadar kemudian merubah diri
bertindak nyata untuk kebaikan kembali. (amiiiin…)

Tetapi jika berkepanjangan dalam kebodohannya
larut bahkan cuek dengan kedunguannya
dan tak mau menghentikan kebiasaan dustanya
tak mustahil Sang Penentu menimpakan laknatNya.

Dan jika sudah dicengkeram laknat
maka lembaran-lembaran kisah hitam
yang masih terus ditulis sampai detik ini
bukan apa-apanya! (na’udzubillaah..)

- Tenggarong, 16 Juli 2010 -

REMOTE CONTROLE


Tiga uraian airmata dari emosi berbeda dalam 10 menit :
Duduk sendirian didampingi remote controle cukuplah leluasa menjelajahi kisah-kisah saat ini.

Klik, pemandangan anak-anak pintar : Juara Matematika dan Fisika Sedunia, spontan kedua tangan ini bertepuk panjang, bibir menyungging senyum dari hati yg menangis haru.

Klik, pemandangan anak-anak malang : Anak usia SD yg tak sekolah karena orang tuanya tak mampu menyekolahkan, lalu bangunan sekolah di berbagai kota yg teramat mengenaskan (andai saja anakku sekolah disitu, apa sikapku?), selanjutnya seorang lagi anak yang konon menderita kurang waras di”kurung” disebuah ruangan sempit kumuh..senyum yg tadi menyungging seketika hilang dan airmata bercucuran kian deras...pedih.

Klik, pemandangan Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat yg lux, lengkap dan.. merana (ga ada yg nyamperin apalagi baca2) dan para anggota Dewan yg Terhormat sibuk “study banding” ke Eropa, Amerika dst, dengan ditunjang anggaran yg setiap tahun membumbung tinggi (kmarin naik 50%)..maka airmata ini habis..telapak tangan mencengkeram kuat-kuat dan gigi bergemeretak.

Tenggarong, 15 Juli 2010

IRONI (Serial Refleksi HUT RI ke 65)

IRONI SEBUAH NEGERI

oleh Wong Embi Yen pada 09 Agustus 2010 jam 14:27
(Pindahan dari FB Wong Embi Yen)


Dibelahan timur bumi ada sebuah negeri yang sangat eksotis indah menawan hati siapapun yang melihatnya.
Seluas dan sejauh mata memandang hanya tampak pemandangan hijau segar menyelimuti segenap hamparan daratannya yang berpulau-pulau. Disetiap pulaunya berlembah berbukit bahkan disana-sini tampak gunung-gunung menembus awan menyentuh langit, dan gugusan pulau itu berbingkai warna biru muda dan biru tua. Jika dilihat dari posisi lebih tinggi lagi maka panorama itu tepat di garis tengah bumi, katuliswa.

Jika ditanya kepada orang yang belum mengenalnya maka jawaban yang paling tepat untuk mewakili penyebutannya tentu tak jauh-jauh dari “Negeri Indah” “Negeri Eksotik” “Negeri Hijau” “Negeri Subur Makmur” “Negeri Kepulauan Elok” “Negeri Impian” “Negeri Surga” dan tentu masih banyak lagi sebutan yang mengungkap realitas panorama keindahannya. Maka banyak orang yang sepakat menyematkan sebutan baginya “Zamrud Katulistiwa”

Apalagi bagi yang bisa melihat dengan kecanggihan teknologinya dengan penginderaan satelit yang dapat menembus aneka kandungan disekujur tubuhnya maka orang akan kian takjub. Selain hamparan hutan dan sumber air tawar, serta laut dan samudranya yang penuh biota laut berhias mutiara. Perutnya penuh kantong-kantong minyak dan gas, batubara, emas, intan bahkan uranium, dan banyak lagi material yang sangat dibutuhkan setiap makhluk untuk hidup sehat dan makmur. Maka mereka itu, jika diminta menyebut negeri itu, akan cepat menyatakan ungkapan hatinya “Negeri Kaya” “Negeri Mandiri” “Negeri Segala Ada” “Negeri Swalayan” “Negeri Hypermart” “Negeri Minyak” Negeri Emas” “Negeri Batubara” “Negeri Kayu” “Negeri Ikan” atau “Negeri Yang Kudambakan” dan pasti masih sangat banyak yang pantas disematkan untuk mengekpresikan kekayaannya. Dengan kekayaan yang segala kebutuhan hidup dimilikinya, maka logikanya pasti penduduk negeri itu tak pernah mengalami kesulitan dan tak pernah mengenal arti kekurangan. Tak salah jika banyak yang sepakat menyebutnya sebagai negeri “Ratna Mutu Manikam”

Oleh para perintis yang belum terlalu jauh dari zaman ini, negeri itu dijuluki Nuswantoro yang terhampar dari Madagaskar sampai ujung timur Papua, dari Ujung utara Borneo sampai pulau-pulau selatan Jawadwipa. Dan oleh angkatan 1900 disebut Nusantara yang berarti kepulauan yang diapit oleh Benua Asia dan Benua Australia.

Oleh bala penjajah Eropa, negeri ini disebut “Indian Archipelago atau Indische Archipel atau Kepulauan Hindia". Ada juga yang menyebut “Oost Indie atau Hindia Timur" kadang disebut juga L'Archipel Malais. Dan karena Belanda yang merasa paling berhak menguasai negeri itu maka mereka memberikan julukan “Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indie”.  Kesepakatan dilingkungan Negara-negara Eropa yang lama berpesta-pora makan kue lezat dan minum lautan madu negeri-negeri asia dan sekitarnya itu, khusus untuk membedakan negeri ini agar tidak rancu dengan sebutan wilyah-wilayah jajahan lainya maka diperkenalkan sebutan khusus Indonesia yang sebelumnya sudah dinamai Indunesians. Maka mulai saat itulah negeri zamrut katulistiwa Nusantara ini disebut Indonesia.

Pada gilirannya kemudian founding-fathers secara resmi menyebut Indonesia sebagai nama sahih negeri ini sampai detik ini dan untuk selamanya!. Sebuah negeri kaya raya nan indah permai, gemah ripah loh jinawi, yang wilayahnya meliputi seluruh pulau yang membentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Sebuah negeri yang seluruh penduduknya sepakat dan bersumpah setia menyebut negeri miliknya ini Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun sejak berdirinya, berbagai ujian berat dan cobaan penderitaan seakan tak pernah henti mendera negeri ini, hingga keindahan dan kekayaan negeri ini seakan tak banyak yang dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduknya. Keterbelakangan kecerdasan, kesehatan dan kesejahteraan lahir batinnya seakan jauh panggang dari api, tak sekedar seperti burung dalam sangkar indah dan terpelihara di istana raja-raja, tetapi lebih mirip katak yang terpenjara kesakitan dan kelaparan tanpa daya didalam tempurung dikolam puri indah keputren sang maharani.

Siapa yang menyangkal dan menganggap isapan jempol, betapa tidak sedikit penduduk yang belum pernah mengenyam sejumput saja hasil berlimpah kekayaan negeri ini, sehingga tak pernah terpikir bagaimana menikmati kenyamanan hidup, kecuali hari-hari harus bergulat dan berburu dalam serba batas minimal, demi apa yang bisa dimakan besuk, itupun dengan selalu harus me-nega-kan hari ini perutnya melilit kesakitan. Jangankan untuk mencerdaskan otaknya, jangankan marasa perlu menjaga kesehatan tubuhnya, jangankan berfikir masa depan yang semestinya. Tidak, mereka bermimpipun takkan berani. Bagaimana mereka bisa mimpi indah sementara mereka tidak faham seperti apa yang disebut hidup nyaman. Sungguh tak terhitung sorot mata yang menatap masa depan dengan tatapan yang tak pernah berbinar, kecuali kosong belaka.

(ini bagian dari refleksi Indonesia 65 tahun, tp terusnya nanti ya, merenung dulu he he..)

Lanjutannya :

Sampai diusianya yg beberapa hari lagi 65 tahun ini, harapan masih terus berlangsung sebagai harapan belaka, cita-cita masih terus diawang-awang.

Cita-cita tegaknya keadilan untuk menikmati sejuknya naungan payung hukum yang berlaku sama dan proporsional, dan kemakmuran bagi setiap individu anak bangsa untuk memperoleh hak meningkatkan taraf kecerdasan, penjagaan kesehatan dan kesejahteraan sandang pangan dan papan.
Dengan terpenuhinya keadilan dan kemakmuran maka bangsa ini akan dapat leluasa dan nyaman mengabdikan diri mengisi kemerdekaan dan memajukan negeri ini.
Segenap warga negara akan dapat mengekspresikan dirinya dalam kebersatuan dan kedaulatan penuh rasa percaya diri dan kebanggaan dalam kebersamaan, tidak saja untuk kemaslahatan Indonesia tetapi juga berkiprah dilevel internasional, dengan kehormatan martabat yang nyata, sehingga tidak satupun bangsa lain memandang sebelah mata dengan mulut mencibir karena memandang ironi yang tak henti-henti.

Segala potensi positif untuk mendapatkan derajat martabat yang tinggi dimata dunia itu sesungguhnyalah dimiliki bangsa dan negri ini. Sebagaimana negara-negara lain yang mendunia dengan penuh kebanggaan, berbekal entah sumber daya alam atau sumber daya manusianya, atau kedua-duanya. Indonesia teramat nyata tak kekurangan apapun. Sehingga realitanya justru karena itulah maka seakan tak henti-hentinya negara-negara lain berebut pengaruh dan dari waktu ke waktu, berusaha untuk tetap bisa mengendalikan dan mengambil keuntungan dari negeri ini.

Mengapa Negara-negara lain itu dapat leluasa mengendalikan dan mengambil keuntungan dari negeri ini?.
Pertanyaan klasik ini mungkin tak terlalu merisaukan bagi bangsa yang tak cukup memiliki sumber daya, mereka akan dapat dengan cepat interospeksi diri. Namun justru bangsa-bangsa yang seperti itu telah banyak yang mampu bangkit dengan segala keterbatasannya dan berhasil duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih dulu maju, sehingga mereka masuk dijajaran Negara-negara Maju, mereka telah nyaman dengan sematan pin emas “First Class Members”.

Pin yang membedakan dengan Negara-negara Dunia Kedua apalagi Ketiga.
Pin yang sangat menentukan siapa mengendalikan siapa, siapa yang harus menurut siapa.

Pin yang nyata menjelaskan pengertian “sorry, as you see, anda belum berhak bicara disini karena anda masih berstatus negara terbelakang”
atau “ohya please be patient sajalah, definitly, seperti biasanya kami dengan senang hati dan sepenuh daya dan fikiran memberikan segala kebutuhan anda untuk memajukan negri anda”

atau “This is it sir, especially just for you”

Ucapan-ucapan itu mereka katakan dengan senyum teramat manis dan menyejukkan hati, sambil bersedekap tangan dibelakang kita yang sedang menandatangani perjanjian, yang mengikat seluruh anak bangsa sampai ke anak-cucu tujuh turunan.

Maka secara teratur sumber daya alam negri ini berangsur-angsur harus tetap diantarkan ke negri mereka.

(ini bagian dari refleksi Indonesia 65 tahun, tapi terusnya nanti lagi ya, capek juga si he he..)

Lanjutannya lagi :

Tak adil rasanya jika cuma mengulas campur-tangan asing, seakan malah mengalihkan kesalahan dan kelemahan diri sendiri dengan mengkambing-hitamkan orang.
Maka pertanyaannya :
Mengapa negeri ini masih saja belum dapat meraih cita-cita adil dan makmur sebagaimana yang diikrarkan 65 th lalu?

Cita-cita yang menyertai kemerdekaan, yang dicanangkan didalam mukadimah UUD 1945 dan diterjemahkan didalam batang tubuhnya. yaitu bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain, bebas untuk menentukan nasib sendiri, bebas mewarnai wajah negeri dengan ekspresi jiwa yang berdaulat, bebas dari campur tangan-tangan yang tak diundang, bebas mencari dan meraih keberhasilan dan kebanggaan tanpa tekanan aturan orang lain, bebas mengaplikasikan diri merengkuh keyakinan masing-masing sebagai landasan titik tolak kemaslahatan hidup dunia-akhirat, bebas membuat kesepakatan dengan saudara sebangsa mencanangkan cita-cita bersama, dan dilaksanakan demi kejayaan bersama dalam kerangka berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.

Bersatu sebagai sebuah bangsa mandiri yang dilandasi kesamaan nilai-nilai luhur budaya bangsa, kesamaan dan kedekatan kepribadian dan etnis. kesamaan rasa senasib-sepenanggungan, kesamaan ideologi dan religi dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, kesamaan kesadaran berbangsa yang satu Indonesia.

Berdaulat sebagai sebuah bangsa yang memilik simbol-simbol identitas perekat bangsa sebagaimana para pemuda mengangkat sumpah bersama mengakui bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu Indonesia. Bangsa yang mengakui Pancasila sebagai ideologi kebangsaannya, mengakui Bhineka Tunggal Ika, mengakui para pendiri negaranya yaitu para bapak bangsa (founding fathers), mengakui para pahlawannya dengan Nilai-nilai Luhur 45-nya, dan meyakini kedaulatan ditangan bangsa Indonesia.

Adil sebagai sebuah bangsa yang sadar akan aturan yang harus ditegakkan sebagai pilar kebangsaan untuk meraih hidup dan kehidupan yang aman tentram dan damai, sebagai payung yang menaungi kebersamaan dalam keaneka-ragaman budaya dan agama didalamnya, yang hidup berdampingan sebagai sesama saudara sebangsa, sebagai wujud kebersamaan yang menempatkan hak orang lain harus dijaga dan dihormati sebagaimana setiap individu memperlakukan haknya, sehingga tidak ada siapapun yang merampas hak orang lain yang dimata hukum setiap warga negara duduk sama rendah berdiri sama tinggi, sebagai tonggak kesadaran bersama untuk setiap individu melaksanakan kewajiban sebagai warga negara dengan sebaik-baiknya, sebagai bentuk pengakuan sekaligus ketaatan kepada etika, martabat dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian terciptalah kehidupan yang harmonis dan sentosa dipersada Nusantara ini.

Makmur sebagai sebuah bangsa yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang tercukupi segala kebutuhan hidupnya lahir-batin. Makmur oleh terpenuhinya kebutuhan kecerdasan sebagai modal meraih masa depan yang baik, yang tak goyah oleh berbagai kendala yang mungkin menimpa, tak tergelincir oleh tipu-daya, tak hancur oleh bujuk-rayu, tak terhasut oleh provokasi menyesatkan, dan memahami keluasan makna hidup bersama sebagai warga negara Indonesia, lengkap dengan hak dan kewajibannya. Makmur karena terpenuhi kebutuhan penjagaan kesehatan lahir batinnya, untuk tak terdera oleh kelemahan atau rintih kesakitan raga sehingga menghambat ruang gerak rutinitas kegiatan duniawi dan ibadahnya. Juga tak terganggu oleh aneka masalah kehidupan yang dapat menggoyahkan stabiltas jiwanya. Makmur karena tercukupinya kebutuhan dasar manusia yaitu sandang pangan dan papan. Dengan kemakmuran yang dimiliki oleh setiap individu warga Negara didukung oleh perikehidupan masyarakatnya yang berkeadilan dimana hak azasi manusia dilindungi oleh aturan hukum yang berlaku sama bagi setiap warga negara, maka negeri ini dapat disebut negeri adil makmur sentosa, gemah ripah loh jinawi sebagaimana cita-cita yang dicanangkan didalam mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 yang mengiringi Proklamasi Kemerdekaan dan lambang Garudanya.

Namun, perjalanan dari tahun ke tahun negeri ini ternyata tidak mudah. Berbagai persoalan mendasar tak kunjung dapat diselesaikan. Kompleksitas perikehidupan yang ada didalamnya tak mudah untuk ditata dan dalam pelaksanaannyapun tak mudah dijaga, belum lagi secara bersamaan harus berinterkasi dengan arus pergerakan bahkan pergolakan politik maupun perekonomian dunia yang cenderung didominasi sistim liberal, siapa yang kuat menang.

Sampai hari ini, hampir 65 tahun usia negeri ini, pergantian kepemimpinan nasional telah berganti 6 kali, tetapi sebelum yang keenam sekarang ini harus dengan proses pergantian yang tidak dapat dikatakan normal, sehingga praktis negeri ini kesulitan untuk naik kelas. Negeri ini ditinjau tingkat kemiskinan penduduk serta ilmu dan teknologi oleh dunia maka negeri ini masih termasuk dalam kelompok negara ketiga, kalau tidak mau disebut terbelakang. Artinya data-data statistik yang berlaku umum didunia menyatakan bahwa bangsa ini masih dirundung kemiskinan ekonomi serta keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga persoalan internal bangsa ini yang sedemikian majemuk tak mudah diselesaikan oleh bangsa ini sendiri masih ditambah dengan multi persoalan global, menjadikan negeri ini sulit membangun diri.
Sedemikian banyak teori telah dijejalkan dan ditumpahkan untuk membuat aturan dan sistim, yang kemudian resmi diterapkan, tetapi dalam perjalanan pelaksanaannya seakan selalu membentur berbagai dinding yang menghalang dan batuan yang menghambatnya.

Tanpa harus menyinggung pergulatan perebutan kekuasaan dengan segala kehebohan bidang politiknya, tanpa mengurangi bobot persoalan bidang pertahanan kesatuan negara yang harus diakui tidak ringan, maka persoalan kesejahteraan menjadi masalah besar yang nyata tak pernah mencapai peningkatan yang baik.

Ketika sebagian mengklaim perekonomian negara membaik bahkan ada sebagiannya yang dengan lantang menyatakan sangat optimis, maka realitas dimasyarakat berkata lain, dan cerita seperti itu dari waktu ke waktu selalu berulang menjadi kisah klasik tetapi masih terus berlangsung.

Dampak yang ditimbulkan dari satu masalah ini nyaris menjadikan bangsa ini tertatih-tatih kesulitan untuk bergerak maju. Maka yang terjadi dikesehariannya adalah kehebohan ego sentries, saling klaim kebenaran versi masing-masing, pertengkaran politik individual maupun kelompok, yang pada gilirannya telah menyulut sendi-sendi kebersamaan kehidupan beragama, budaya kesukuan dan kedaerahan. Itu semua menjadi problem-problem yang campur-aduk dan kian membebani pengelolaan negeri ini, yang kian menyulitkan untuk melepaskan diri dari keterbelakangan. Sehingga ketika dunia mengalami guncangan ekonomi maka didalam negeri terjadi krisis multi-dimensi. Krisis yang sekaligus mematahkan klaim tercapainya kemakmuran, sementara realitasnya semu. Salah satu contoh penyebabnya adalah ketergantungan negeri ini kepada beban pengembalian hutang yang menumpuk tinggi, tak pelak berakibat kekuatan luar leluasa menyetir sistim moneter negeri ini.

Konsekwensi logis dari beban itu tentu tak lain harus terus-menerus secara besar-besaran mengeduk dan menyedot segala jenis sumber daya alam dan juga membebankan kepada warga negaranya.

Perilaku kegiatan perekonomian yang mengakibatkan kondisi tambal-sulam itu tak mudah ditinggalkan dan masih terus berlangsung hingga kini. Kebijakan demi kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh setiap pemegang kekuasaan dengan dukungan sekian ekonom belum mampu menyelesaikan persoalan pemenuhan hak kesejahteraan bangsa. Angka kemiskinan dan pengangguran tak kunjung berkurang, daya beli tak kunjung meningkat, berita derita-nestapa rakyat disana-sini tanpa lekang memenuhi layar kaca dan koran, pemandangan buram tak kunjung berganti terang. Wajah pembangunan bidang ekonomi negeri ini selalu terkesan tak berfihak kepada bangsanya, bergeser dari kesepakatan para pendiri negeri yang ditulis didalam kitab undang-undang dasar negeri ini. Tetapi, yang sungguh menakjubkan adalah kelenturan bangsa ini, diterjang, dibelenggu, dikurung, dirajam, tetap saja masih dapat bertahan, syukurlah. Semoga kekuatan ini akan tetap lekat dan kian dijiwai demi meraih kejayaan negeri ini, amiiin.
(belum selesai lagi nih hhhh.. nanti disambung lagi deh he he ...)