oleh Wong Embi Yen pada 22 November 2010 jam 23:43
(Pindahan dari FB)
Ada esensi yg tak terpenuhi, tampak terpinggirkan dianggap tak terlalu penting bhkan mungkin tak tersadari utk dapat hidup harmonis dimuka bumi ini, yaitu rasa "menghargai" dan rasa "bisa ngrumangsani"
Katanya kita bangsa yg taat beragama bahkan ditambah dgn "rasa unggul" karena merasa sbg bangsa berbudaya adiluhung. Yuk kita coba jujur pada diri sendiri, kanthi ngetek rasa bisa ngrumangsani nglindhih rasa rumangsa, anggep saja sbg obrolan sinambi leyeh2 lesehan neng warung he' pinggir dalan Slamet Riyadi (Solo)
Pertama-tama, maaf jika menggunakan bahasa2 yg rada sarkastis tp ada alasannya yaitu, kita sdh trlalu dilenakan olh kbiasaan basa-basi dan menggunakan istilah2 yg diperhalus tp jadinya malah mlethot ga jelas tur malah biasane nggo topeng (menutupi jeleknya pdhal itu yg maunya diperbaiki).
Contoh : Ga mau disebut Miskin Bodoh dan Kumuh mk disebut "Terbelakang" "Kurang beruntung" "Belum tertata". dll dll. Pokoknya jadi serba disemukan. Mungkin tadinya utk tujuan (yg dianggap mulia) utk menjaga martabat atau harga diri, tp ditahap selanjutnya ga bisa mewujudkan perbaikan lalu malah persoalan kemiskinan kebodohan dan kekumuhan itu meledak memburai tak bisa ditutupi lagi bhkan kedlarung-dlarung spt sekarang ini, menjadi PROBLEM BESAR negara!. Lebih celakanya lagi azas keadilan (sbgmana cita2 yg tertera di mukadimah UUD 45) sama sekali jauh panggang dari api!.
Apalagi dulu, orang yg ngomong beginian ini pasti ga lama ditankap diinterogasi dan ga tau selanjutnya he he he... maka era itu habis pentas pun musti apel kekantor Polisi, lha iya Polisi kan juga manusia belaka ta, ya mangan gaji semata yg jg tak bisa dipakai ber-mewah2 (kcli oknum2 tertentu), yg jg sanak kerabatnya banyak yg miskin bodoh dan kumuh juga yg mestinya menjadi tanggung-jawabnya juga utk memperjuangkan nasibnya. bahkan pak RT pak RW dan pak Camat pun harus laporan siapa2 yg vokal dikampungnya, tp mudah2an skr sdh berubah (klu belum yaaa...memang negri ini ga bisa diajak maju) . Jaaan jaman edan tenan ha ha ha...
Yuk kembali ke laptop!
Kedua, bab derita penyiksaan TKI, harus berani mengoreksi diri sendiri dulu sebelum bicara yg berkaitan dgn bangsa lain. Blak2an tanpa tedeng aling2, yuk
Kebetulan jelek2 gini saya juga pernah jadi TKI di Arab Saudi selama 2 Tahun (1982-1984), sama belaka dgn saudara2ku para pembantu rumah tangga, sopir, montir dan cleaning service yg dari duluuuu hg skr jadi masalah terus tanpa henti. hmmm...pdhal sangat MENGUNTUNGKAN negri ini, shg ada yg menyebut pahlawan devisa! spt juga Guru pahlawan tanpa tanda jasa he he he...
Ketiga, ini buka2an ya, telinga ini sebenarnyalah sudah teramat risih mendengar celoteh ra genah bhkan amuk2 tanpa dasar pemahaman yg jelas (ra ngerti dodok selehe), pada keminter, pada sok pembela kebenaran, dst. Yang paling mengerikan dari tingkah laku manusia2 yg bisanya bekoar itu jika kemudian ada yg menyebut (jangan salahkan) MUNAFIK dan masih untung jika sekedar kusematkan dijidatnya sebutan pahlawan kesiangan.
Satu pertanyaan kecil saja (sebelum kita kupas lebih lanjut), pengiriman TKI itu sejatinya SIAPA YG BUTUH? kita atau bangsa lain yg menerima kiriman TKI itu? bedakan tegas2 dgn Pengiriman tenaga untuk "membantu" "menolong" atau transfer knowledge dst.Seterusnya, andai kita kaya, andai di negri ini tak kekurangan lahan pekerjaan (Pemerintah RI mampu memenuhi hajat hidup segenap bangsanya) maukah TKI itu dikirim atau mendatangi negara lain?
Kita buka sedikit, contoh kecil saja negeri yg kini maju Korea Selatan saja masih dan sangat bangga dgn tenaga kerjanya yg sangat banyak bekerja di negara2 timur tengah itu terutama. Mereka mampu menempatkan diri sbg bangsa yg WIN-WIN dgn negara2 yg didatanginya, utk mencari nafkah juga tetapi kmudian sembari memasarkan produk2 dlm negrinya!.
Contoh lain, Philipina, berapa banyak warganya yg hidup bergantung dari keberadaannya sbg tenaga kerja asing? kenapa mreka bisa dan mulus2 saja? Dua negara itu mengirim dalam wujud komplit/lengkap warganya mulaii Labour (tenaga kasar) sampai manajer2nya (yg memang AHLI dan PROFESIONAL dibidang yg dibutuhkan dimana dia bekerja). Sehingga ketika itu kita mendapat kepercayaan dari Arab Saudi utk membangun beberapa proyek yg sangat2 prestisius disana (saya ikut disalah satunya), tp krn sekali lagi kita TIDAK MAMPU, mk harus mau DIGESER (klu ga mau malah akan di take over olh owner) utk dialihkan dan dilanjutkan olh para ahli negara lain yg MAMPU, pilihan mrka ya itu tadi, Korea Selatan.
Sampai disini apakah masih mau tanya kenapa???. Atau itu disebut cerita usang??? Tidak, itulah kenyataan yg terjadi. jadi... jangan malah kita menjerumuskan diri sendiri kian dalam utk jadi bahan tertawaan bangsa2 lain.
Keempat, nah ini bagiku pokok persoalannya yg sesungguhnya "sedemikan sederhana" sbg wujud implementasi ajaran agama dan dijunjung tinggi di adi-luhungnya falsafah budaya bangsa, yaitu kemampuan utk "MENGHARGAI dan BISA NGRUMANGSANI.
Kita kupas sak gaduk2ku masalah itu (biar waktu kerjaku tersita utk nulis ini, lha wong lagi rada ndongkol he he he...).
Sebenarnya "kedalaman" pengetahuan ttg dua hal diatas itu rasanya ga perlu dibahas, kan semua sdh faham belaka (bukankah bangsa ini penuh dgn orang PANDAI, WINASIS, MUMPUNI, LEBDA TUNTAS ING KAWRUH, tidak hanya yg senior bhkan buanyaaak anak2 muda yg sdh memakai sematan aneka ragam titel resmi setengah resmi dan.. sampai2 memakai sebutan Ki inilah Ki itulah, dst dst, pokoknya sebenarnya mualeees puoool, 'ngko malah disebut nguyahi banyu segara he he he...). Maka tadi kubilang saja sekedar obrolan di warung he'
MENGHARGAI, sedemikian banyak dan mudah didapat makna menghargai itu, seperti : Bgmana orang2 inggris atau amerika dll bilang "thank you" setiap ditawari sesuatu yg sebenarnya jg berarti menolak atau sudah, atau ktka orang2 bule itu nonton pentas Orkes Symphony atau nonton Tenis dll dll yg ketika harus tepuk tangan mrk tepuk tangan tulus (tidak memihak orang per orang tp memihak permainan bagusnya) dan ktka pertunjukan sdg dimainkan mrk diam total memperhatikan penuh PERHATIAN, sampai sdmikian heniiiingnya.
Bhkan ktka mrk menganggap ada yg perlu mendapat penghargaan lebih mrka berdiri serempak dan memberikan applous puanjaaaang dgn wajah yg tulus berseri-seri (bukan dibuat-buat krn memang tebit dari DALAM JIWA yg sdh OTOMATIS BISA menghargai karya, kinerja dan prestasi orang lain).
Juga bgmana bangsa jepang yg bgituuuu snang utk memotret (mengabadikan utk menjadi koleksi berharga pribadinya), dan konon mrka (setiap individu) punya prinsip hidup hrs meraih sejarah hidup terbaik (jgn tanya knapa mrka menjajah, tp klu mau ayo juga dibahas).Mereka sangat menghargai hidup dan menghargai hal2 yg menurut mrka patut dihargai dan diabadikan.
Juga bgmana Pemerintah Saudi Arabia tanpa henti memperbaiki meningkatkan menomor-satukan memprioritaskan kualitas pelayanan, kemudahan, keselamatan dan kenyamanan lengkap dgn fasilitas2 yg "super" bagi para jamaah haji dimana mrka sangat SADAR sbg tuan rumah yg tak boleh jelek apalagi GAGAL (sepanjang sejarah, adakah yg dapat kita nilai gagal?). Mereka sangat pandai menghargai tamu (dan jgn malah brfikir trbalik seakan Arab Saudi kaya dan bisa bgitu krn setiap tahun sekian juta orang berhaji krn stiap wktu orng datang utk umrah), sementara semua tahu belaka negri mrka ladang minyak kualitas tertinggi didunia, jg ladang emas dan sjk jaman dulu kala makkah adl pusat perdagangan bangsa2.
Tetapi juga bukan sekedar bgmana orang bolak-balik ngomong, bagus bagus baguuus...atau great job, good work...dimulut!.
Intinya, menghargai atau orang kjni lebih seneng menyebut meng-apresiasi, bukan sekedar dimulut aplg dibuat-buat yg malah bisa2 kebablasan jadi nyinyir (tdk sesuai kenyataan), tetapi sungguh TULUS TERBIT DARI HATI TERDALAMi (tumusing ati) dan.....(yg paling penting) diwujudkan dengan TINDAKAN NYATA!.
Sampai disini bukankah teramat nyata kita kesulitan membuktikan kita sudah punya, menjiwai dan selalu bersikap seperti itu????
Kita lanjutkan!
Diatas itu sekelumit saja contoh bgmna sikap apresiatif bangsa2 lain dlm kehidupan mrka se-hari2.
Sekarang, giliran bgmana kita, dan ini hrs berani jujur, berani mengakui kelemahan sndiri mk hanya dgn begitulah akan dpt dpt memperbaiki diri ...(katanya, klau pingin dihargai olh orang lain hrs bisa menghargai diri sndiri, artinya memang menjadikan diri pantas, patut, layak, semestinya dihargai, jangan minta diperhatikan dan dihargai jika memang ga pantas, aplg ngisin2i ta?).
Padahal kita juga mafhum belaka bahwa "hanya" dgn sesorang bersikap menghargai kpd orang lain, mk orang yg dihargai itu akan mrasa bombong diorangkan diuwongke, yg dampaknya dia akan lebih mawas diri, lebih menjaga diri, lbh keras meningkatkan kualitas diri, lbh semangat utk meraih prestasi2 lebih dr sebelumnya. Intinya tambah semangat!.
Apa yg kita lakukan ktka tahu anak kita meraih prestasi tinggi disekolahnya? Tentu berbagai cara kita lampiaskan utk memberikan penghargaan kpd anak itu...malah dgn embel2 "Tingkatkan terus ya nak minimal pertahankan!" dst.
Apa yg kita lakukan ktka kita bertamu dirumah sahabat atau saudara, tp yg kita datangi itu bersikap acuh tak acuh? tentu jg berbagai cara kita utk melampiaskan kedongkolan!.
Apa yg dilakukan olh para orang tua ktka kedatangan muda-mudi dilingkungannya utk minta sumbangan 17 Agustusan?, anak2 itu bersemangat skali krn merasa itulah salah satu wujud persembahan kpd tanah air yg dicintainya. Maka masih seberapa banyakkah orang tua yg juga bersemangat tinggi ikut hablur dlm Semangat Kemerdekaan Negerinya???
Jikalau semangat itu masih dan tetap membara didada segenap anak bangsa ini maka pasti gaung nasionalisme, patriotisme, nilai2 luhur '45, sekali merdeka tetap merdeka, wawasan nusantara, garuda pancasila, halo-halo bandung, padamu negri, dst dst dst tetap membahana penuh kebanggaan dan dimana-mana indonesianis akan memakai kaos merah putih bertulisan : I Love Indonesia, I'm Indonesian, Sekali Merdeka tetap Merdeka, Dimana Bumi Dipijak Aku Tetap Indonesia dst dst dst. Sebagaimana bangsa2 maju teramat membanggakan negerinya.
Dan kita akan melihat taburan tak henti2 prestasi2 prima para atlit, para wakil lomba science internasional, para ahli ber-lomba2 bekerja keras dibidangnya masing2, para ilmuwan bersemangat menemukan ilmu2 baru yg bermanfaat besar bg kian tumbuh berkembangnya kejayaan negri, para seniman kian produktif menelorkan karya2 seni yg kian berbobot dan kreatif-inovatif seiring dgn perkembangan dan kemajuan kemakmuran negri ini.
Sama sekali bukan kondisi yg kian hari justru kian terpuruk. Etos belajar, etos kerja, etos bela negara, etos kegotong-royongan dalam kebersamaan serasa-senasib-sepenanggungan sebagai sebuah bangsa yg besaaar kian merana rapuh dan menjadi barang langka!.
Tak terasa, budaya adiluhung yg dulu begitu terasa dengan kobaran semangat dengan greget dgn gairah dan menghasilkan kualitas tinggi dan penuh harap itu kini...kian merosot menjadi budaya SEADANYA DAN ASAL2AN, malah budaya HURA2 DAN BER-MEWAH2 yg jauh dari kenyataan kehidupan rakyat banyak, budaya TAK TAHU MALU DAN JUSTRU BANGGA DGN YG SEHARUSNYA DIMALUKAN, dst dst... lihat saja contoh kecilnya disemua tayangan stasiun2 televisi lokal eh nasional, malah anakku bilang budaya cecereme ya pa...(Mau bukti?. Lihat, ketika dilingkungan sendiri seakan waaaah tp begitu disandingkan dgn bangsa lain, apalagi jika harus bertanding, apa kenyataannya? sebut saja pertandingan apa even apa he he he...).
Lalu apa juga yg diperbuat ketika sekian banyak Guru Besar, Para Ahli Utama dan Madya, Para Peneliti di perguruan2 Tinggi besar, para praktisi yg jg alumni Perguruan2 Tinggi dan Sekolah2 Tinggi klas berat termasuk jutaan sarjana bangkotan dibidangnya masing2, para Jendral, Para Perwira Tinggi dan Menengah yg jujur, yg kesemuanya bekerja tanpa kenal korupsi kolusi dan manipulasi, tetapi kehidupan ekonominya pas-pasan?
Lalu apa yg diperbuat ketika para petani dan para nelayan selaluuu dalam kondisi menjerit.
Lalu apa yg telah diperbuat ktika (yg sdg in habis skr ini) DAFTAR RIBUAN TKI DISIKSA DINEGERI ORANG terpampang ?.
Lalu apa yg diperbuat ketika para veteran Kemerdekaan bahkan janda2 pahlawan hidup dgn kehidupan ekonominya yg teramat memiriskan hati yg bongko sekalipun!. dst dst dst....cuapeeeek entek amek kurang golek !.
Kiranya cukuplah itu saja yg tersebutkan dari gunung kerusakan akibat dari tipisnya kemampuan MENGHARGAI.
Sikap pandai Menghargai, kita sudah tahu belaka dampak positif luar- biasanya. Dan kitapun mafhum sepenuhnya, semua kerusakan sekarang ini juga tak jauh2 dari tipisnya faktor ini. Sudahlah!.
Baik kita segera sadar dan tak perlu mencari kesalahan orang, toh juga saudara sendiri. Tapi mari yakinkan pembelajaran tentang ini kita mulai SEGERA!.
(hhhh...belum selesai juga ni yaa...masih satu bab lagi...)