Jumat, 24 Desember 2010

IBU..IBUKUUU....


Ibu, tak lain wanita juga, dulunya gadis atau biasa disebut pula putri, lebih dulu lagi bayi perempuan. Dan sesuai kodrat-iradatNya ia beda dgn laki2, ia mengandung dan melahirkan serta bersama suaminya merawat dan mengantarkan anaknya (perempuan dan laki2) tumbuh berkembang kian besar, sejak bayi, balita, anak2, remaja sampai dewasa.

Tetapiiiii.... sebut saja tentang tugas mengandung selama sekitar 9 bulan dan melahirkan kemudian merawat bayinya, nyata, sungguh keseluruhannya tidak mudah dan sederhana. Mengandung dan melahirkan jelas bukan tugas lelaki, sehingga apapun bunyinya kaum laki2 hanya bisa mendukungnya se-baik2nya.

Betapa susahnya ketika ngidam tidak terpenuhi.
Ada kisah pribadiku ketika anak istri ngidam pada kandungan anak pertama. Ketika itu beliau ngidam Kelapa Muda (Degan Kambil Ijo, utk diminum airnya dimakan kelapanya yg masih kemlamut) tapi khusus dari pohon Kelapa yang ada dihalaman rumah Skh dan minta dirikulah yang memetikkannya, padahal pohonnya tinggi2. Pertanyaannya andai kebetulan pohon2 itu tak berbuah atau tak ada yang cukup muda untuk dipetik? Untunglah buah yg diingini itu ada dan kuberanikan diri memanjat utk memetiknya…eee trnyata hal itu tidak hanya sekali tp beberapa kali dalam sebulan jadi bolak-balik bgmanapun ya kupenuhi.

Kemudian mengandung anak kedua, permintaannya buah salak tp khusus jenis pondoh yg hrs dibeli di pasar Beringharja Yogyakarta. Ketika kubelikan Salak Pondoh tapi di Pasar Gede Solo ternyata beliau tidak mau menyentuh smaskali dan minta untuk dicarikan lagi. Kesimpulannya entah beliau atau sang janin dirahimnya yg tahu klu Salak itu bukan kebeli di Beringharjo, mk esoknya langsung kupenuhi. Kebetulan sepasar itu hanya ada tinggal satu pedagang yg punya buah itu yg tinggal sedikit, saat itu hujan deras lagi. Lalu dengan cepat kubeli. Lucunya ibu sepuh sang penjual itu menebak dgn tepat dan tak mau kubayar, tebakannya “Ndoro, menapa punika kagem keng garwo ingkang nembe nyidham?” Tentu saja kuterpana…dan bisaku sekedar menjawab sekenanya “Injih mbah”   Dan ketika kusodorkan uang beliau menolak dgn halus tp tegas dgn bahasa yg kira2 jk tak salah ingat tapi intinya : “Oh ndoro, beja temen kula punika, salak menika kantun sisa bathen lha ko malah saestu dipun betahaken priyayi ingkang badhe lair ing alam donya punika, sumagga dipun asta kemawon, kula lega-lila malah remen sanget, sampun enggal kondur amargi keng garwo sampun saestu nengga panjenengan”….dan entah bgmana sikapku kecuali trimakasih dan secepatnya pulang. Benar saja istriku sangat gembira dan entah berapa buah yg saat itu beliau makan seketika. Pertanyaannya, bgmana jk buah itu tak kutemukan sampai bayi lahir? Dan bgmana jk suami tdk bisa memenuhinya dgn alasan apapun?.

Selanjutnya, anak lainnya…bliau menginginkan buah Nangka tp harus saat itu (kira2 ba’da isya’ dan harus dari pohon dihalaman rumah kakak di Kartasura). Hebatnya, tak lama setelah rasan2 itu kakak menelpon jika pingin ke Kartasura disediakan Nangka yg baru sore tadi dipetik, padahal kakak tidak tahu samasekali jika besuk pagi2 kuberniat ke rumah kakak itu utk menanyakan ada Nangka matang dihalamannya atau tidak. Maka secepatnya kugeber gas menjemput Nangka dambaan itu untuk sang istri tercinta demi sang bayi dikandungannya….
Pertanyaannya, kenapa ada peristiwa serba kebetulan itu? benarkah kebetulan?.

Bagiku sungguh itu istimewa sekaligus misteri. Silakan yg mau bilang “kebetulan atau takhayul atau gugon tuhon atau cerita kampunganlah atau apapun”, bagiku itu tetap saja sejarah yg nyata!. Bahkan, apa pula anggapan orang jika beberapa kali diriku sendiri begitu ngebet pingin sesuatu berupa makanan atau pingin kemana yg hrs secepatnya kupenuhi disaat istriku mengandung, ya beberapa kali artinya tidak hanya satu kali sehingga itu menjadikan diriku sendiri dan istri menyadari diriku ikut2an ngidam!. Sebagaimana juga kejadian nyata didiriku ketika anak pertama kami akan lahir dan ketika itu kami sekeluarga besar menunggu tiba2 ketika kusujud dirakaat pertama sholatku perutku mendadak sakit sedemikian rupa, melilit sperti diperas habis2an sehingga kubekap perutku dan kuterguling disajadah, kebetulan dikamar itu ada 2 keponakanku yg tentu melihat keadaanku itu, yg kemudian kuulang sholatku dlm keadaan perut masih terus melilit-lilit dahsyat   yg tak pernah sekalipun kurasakan sebelumnya….lalu tidak lama lahirlah Fahmy  anakku dan perutkupun nyaman kembali!.

Bagiku semua itu menjadi kesadaran betapa saat2 berlangsungnya seluruh proses diciptakannya bayi dirahim ibu dan saat melahirkan adalah kurun waktu teramat khusus, teramat berat dan dahsyat. Puncaknya adalah “pertaruhan antara hidup dan mati” yang teramat nyata yaitu ketika proses melahirkan!. Yuk, siapa laki2 yg menyangkal ini?. Ya, ceritaku ttg ngidam dan melahirkan inipun sungguh “hanya” sekelumit belaka dari seluruh proses itu!.

Kisah tentang ibu dikala mengandung dan melahirkan masih harus diteruskan keproses perawatan jabang bayi sejak lahir cenger sampai fase 3 bulan pertama, yg disebut jabang bayi benar2 masih merah. Kenyataan absolute ttg bayi merah, ia tak lebih dari manusia tanpa daya samasekali dgn kelengkapan indra dan fisik lainnya yg belum berdaya, walau didalam tubuhnya organ2 telah berfungsi termasuk kasat mata degub jantung, pergerakan dada dan perut oleh nafas, mata dan gerakan sederhana anggota2 tubuhnya serta suara2 sederhana yg bukan bahasa dewasa kecuali bahasa bayi, senyum dan ketawa serta yang utama tangisnya.

Dalam situasi dan kondisi seperti itu, ibulah manusia paling inti yang berperan penuh baginya. ASI-nya sumber kelestarian hidupnya, sentuhan dan rengkuhannya sumber perlindungan utama, pelayanan mandi dan berpakain sumber kenyamanan, dst yang tak terbilang, yang harus setiap saat setiap waktu 24 jam seharinya bayi itu membutuhkan. Bunyinya mau tak mau suka tak suka siap tak siap, tak kenal istirahat cukup tak mugkin tidur berjam-jam, tidak ada kata tidak bagi seorang ibu kepada jabang bayinya!. Yuk, takar kemampuan laki2 utk setiap saat memenuhi seluruh kebutuhan jabang bayi yang juga anaknya itu sebagai ayahnya. Jujur kuakui, dalam melakukan seluruh aktifitas vital bagi jabang bayi itu pribadiku tak sekuku hitamnya dari istriku!. Dan jahatku, kadang terbetik “ah itu memang sudah kodratnya, itu memang sdh fungsi dan tugasnya, aku kan yg mencarikan rizki utk memenuhi kebutuhannya juga, aku kan pelindung seluruh keluarga, aku kan kepala rumah-tangga, dst dst”. Mungkin ada benarnya tapi jelas juga salah. Disitulah “barangkali” seorang suami, seorang ayah dan pastinya laki2…tergelincir!.

Pertanyaan berulang :
  1. Tahukah bahwa calon ibu ketika awal mengandung menginginkan sesuatu dgn teramat sangat yang entah dorongan dari mana tp yg jelas dari jaman beula disebut ngidam?. Bagaimana ngidam itu terpenuhi sadar tak sadar, sengaja tak sengaja? Apa peran sang calon ayah atau suami yang istrinya ngidam itu?
  2. Tahukah bahwa saat2 sang istri melahirkan itu seluruh daya-upaya naluriah batiniah dan fokus fikirannya sepenuhnya ditumpahkan dicurahkan atau apalah lagi sebutannya yg mudahnya dikatakan seluruhnya “dipertaruhkan termasuk nyawanya” sehingga jika tak kuat kemudian mati maka ALLOH SWT memberikannya status Mati Syahid???  Apa saja sikap, tindakan dan peran suami disaat itu?. (Mendampingi? Berdoa tiada henti dan bermandi airmata? Atau bagaiamana dan dimana?).
  3. Tahukah bahwa setiap detik satiap saat jabang bayi yang telah lahir memerlukan membutuhkan perhatian penuh apapun wujudnya, sebut yang normal2 sajalah dari orang tuanya? Apa dan bagaimana sikap batin sikap lahiriah dan tindakan2 penting seorang ayah? Sebut saja yg sederhana2…ketika bayi oeeek oeeek…setiap saatnya, ketika bayi buang air kecil atau besar, ketika bayi sdh saatnya mandi, ketika bayi badannya panas, apalagi ketika kulit bayi membiru dan mulutnya mengatup keras, tubuhnya mengejang??? Jangan2 sang suami ktika anaknya nangis atau mulai rewel sang suami (yg tak lain adalah ayah si bayi yg membutuhkan perhatian itu) justru gedumel dan bhkan memaki istrinya yg tidak tanggaplah yg tdk tanggungjawblah yg tdk pandai mengurus anaklah yg belajaranlah yg tdk cekatanlah yg tdk hati2lah bhkan yg mengganggu kerja ayahnyalaaah dst dst. Intinya sang istri yg sdh sdmikian rupa beratnya kadang ada saja masih juga dipersalahkan (ga tau lagi dimana istilah cinta-kasih-sayag yg duluuu sdmikian menggebu pada istrinya). Semua itu setiap saat dan yang gentingpun bisa terjadi setiap saat tak mengenal waktu….

Ibu, wahai ibu…pantas sepenuhnya setiap anakmu absolut berbakti kepadamu hingga tiga tingkatan tertinggi baru yg keempatnya ayah.

Ibu, patut belaka jika surga anakmu dibawah telapak kakimu, bukan dibawah telapak kaki ayah.

Ibu, layaklah jika disetiap hati anakmu maka namamulah yg tertoreh paling atas dgn tinta emas kemuliaan yg tak terhapuskan tak tergantikan selamanya.

Ibu, sentuhanmu pelukanmu adalah sentuhan pelukan yg paling didamba oleh anakmu. Bahkan seulas senyummu pun telah membuat manusia paling penakut menjadi berani tanpa berfikir panjang menerjang lautan api. Sepatah katamu menjadikan manusia yang teramat bersedih hati seketika berubah gembira dan lega. Sepotong restumu menjadikan manusia paling tak berdaya berubah menjadi superman. Ucapanmu menjadi doa termata makbul. Dan anak yang durhaka kepadamu tiada akan pernah ada kata maaf dariNya sehingga celaka selamanya dialam manapun.

Ibu, kodratmu atas IradatNya menjadi wakil  teramat nyataNya bagi anakmu didunia ini.

Ibu, duhai ibu…tiada apapun yang dapat kupersembahkan kepadamu yang dapat “mengganti setitikpun dari tujuh samudra pergerakan lahir-batinmu kepadaku, anakmu ini”.

Ibu, oh ibu…sementara begini sulitku menjadikan diriku ini sholeh sebagaimana didikanmu doa dan dambaanmu kepadaku sebagaimana tuntunanNya…sehingga apalah dayaku untuk membantumu ah mustahil…sementara engkau justru telah teramat nyaman disisiNya…bukankah justru anakmu ini yang masih dan tinggal berharap bantuanmu…

Ibu,  ibu…..ibuuuuu…..maafkan anakmu ini, apatah lagi yang terutama didalam seluruh waktu dan segenap ruangku ini jika bukan kata maafmu….duh ibukuuuuu………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar