tag:blogger.com,1999:blog-33199465517445973542024-03-05T13:45:17.994-08:00Wong Embi YenMenyampaikan untuk berbagi namun maaf ala kadarnyaWong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-67687662848932508932011-04-16T23:34:00.000-07:002011-04-17T00:20:39.017-07:00BABY (Indonesian Race : Jawa - Minang)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsje9eYSheDmb-qikS9S7mB8laZCmrO0cqHirNMboB8TA1O46DIpQ9k2T3oAXX_AfQRoEKTTjaVNiZK6uh1H1-BB9f986B-OKAvWEiAmAnLQM_n3K79W1DW7Q3natvHM_5YxQQ4UzC-wE/s1600/Nufa-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsje9eYSheDmb-qikS9S7mB8laZCmrO0cqHirNMboB8TA1O46DIpQ9k2T3oAXX_AfQRoEKTTjaVNiZK6uh1H1-BB9f986B-OKAvWEiAmAnLQM_n3K79W1DW7Q3natvHM_5YxQQ4UzC-wE/s1600/Nufa-3.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrMuUFwJGAsrSHwclPQTNGOuRbYJUuecoJSkRB0SPARK0pt3HypB9zlizGF2mgXnYFZutQPpND5T1GsYYEVF3KQ0CxgGM4645AurrzdcghaR1lq3SgytIoZhI804v_B7ButGn-CYcUY3g/s1600/Nufa-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrMuUFwJGAsrSHwclPQTNGOuRbYJUuecoJSkRB0SPARK0pt3HypB9zlizGF2mgXnYFZutQPpND5T1GsYYEVF3KQ0CxgGM4645AurrzdcghaR1lq3SgytIoZhI804v_B7ButGn-CYcUY3g/s320/Nufa-1.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8_eE6yaLwqDRSazht-V9deKnFUGZriiZDh0F9nRyfzukiQ71rZg6gcdTyNbyVLLTq8ryjqbQ2p0rcUGp72Mba_-ZmfeUgNC-BAHNxmglN-SqP0XWcihsYoe8bHdRBp-ipfaW5XkzezLs/s1600/Nufa-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8_eE6yaLwqDRSazht-V9deKnFUGZriiZDh0F9nRyfzukiQ71rZg6gcdTyNbyVLLTq8ryjqbQ2p0rcUGp72Mba_-ZmfeUgNC-BAHNxmglN-SqP0XWcihsYoe8bHdRBp-ipfaW5XkzezLs/s320/Nufa-2.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaY2VX65JROO4ySRkmjRo74jxAUKE6ugCx0JUWXLm14gsue9OIFbkJkwcgzwbyqXjw-W3Q-mhNiswA9M8h4ZJW6d8oPWgDLStm7OYu9Tsj8l0x7l8BhvGmF_oSRrua_s6zlXCdO2qy5mw/s1600/Nufa-4.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaY2VX65JROO4ySRkmjRo74jxAUKE6ugCx0JUWXLm14gsue9OIFbkJkwcgzwbyqXjw-W3Q-mhNiswA9M8h4ZJW6d8oPWgDLStm7OYu9Tsj8l0x7l8BhvGmF_oSRrua_s6zlXCdO2qy5mw/s320/Nufa-4.JPG" width="301" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>My cute baby : Nufahhaya Aimee Prameswari</div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-20171919581509070092010-12-24T18:25:00.000-08:002010-12-24T18:25:35.013-08:00IBU..IBUKUUU....<div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i> <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a></i> </div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><br />
<strong>Ibu,</strong> tak lain <em>wanita</em> juga, dulunya <em>gadis</em> atau biasa disebut pula <em>putri,</em> lebih dulu lagi <em>bayi perempuan</em>. Dan sesuai kodrat-iradatNya ia beda dgn laki2, ia mengandung dan melahirkan serta bersama suaminya merawat dan mengantarkan anaknya <em>(perempuan dan laki2)</em> tumbuh berkembang kian besar, sejak bayi, balita, anak2, remaja sampai dewasa.<br />
<br />
<strong>Tetapiiiii....</strong> sebut saja tentang tugas mengandung selama <em>sekitar 9 bulan</em> dan melahirkan kemudian merawat bayinya, nyata, sungguh keseluruhannya tidak mudah dan sederhana. Mengandung dan melahirkan jelas bukan tugas lelaki, sehingga apapun bunyinya kaum laki2 hanya bisa mendukungnya se-baik2nya.<br />
<br />
Betapa susahnya ketika <em>ngidam</em> tidak terpenuhi.<br />
Ada kisah pribadiku ketika anak istri ngidam pada kandungan anak pertama. Ketika itu beliau ngidam <em>Kelapa Muda (Degan Kambil Ijo, utk diminum airnya dimakan kelapanya yg masih kemlamut)</em> tapi khusus dari pohon Kelapa yang ada dihalaman rumah Skh dan minta dirikulah yang memetikkannya, padahal pohonnya tinggi2. Pertanyaannya andai kebetulan pohon2 itu tak berbuah atau tak ada yang cukup muda untuk dipetik? Untunglah buah yg diingini itu ada dan kuberanikan diri memanjat utk memetiknya…eee trnyata hal itu tidak hanya sekali tp beberapa kali dalam sebulan jadi bolak-balik bgmanapun ya kupenuhi.<br />
<br />
Kemudian mengandung anak kedua, permintaannya buah salak tp khusus jenis pondoh yg hrs dibeli di <em>pasar Beringharja Yogyakarta</em>. Ketika kubelikan <em>Salak Pondoh</em> tapi di <em>Pasar Gede Solo</em> ternyata beliau tidak mau menyentuh smaskali dan minta untuk dicarikan lagi. Kesimpulannya entah beliau atau sang janin dirahimnya yg tahu klu Salak itu bukan kebeli di Beringharjo, mk esoknya langsung kupenuhi. Kebetulan sepasar itu hanya ada tinggal satu pedagang yg punya buah itu yg tinggal sedikit, saat itu hujan deras lagi. Lalu dengan cepat kubeli. Lucunya ibu sepuh sang penjual itu menebak dgn tepat dan tak mau kubayar, tebakannya “<em>Ndoro, menapa punika kagem keng garwo ingkang nembe nyidham?”</em> Tentu saja kuterpana…dan bisaku sekedar menjawab sekenanya <em>“Injih mbah” </em> Dan ketika kusodorkan uang beliau menolak dgn halus tp tegas dgn bahasa yg kira2 jk tak salah ingat tapi intinya : <em>“Oh ndoro, beja temen kula punika, salak menika kantun sisa bathen lha ko malah saestu dipun betahaken priyayi ingkang badhe lair ing alam donya punika, sumagga dipun asta kemawon, kula lega-lila malah remen sanget, sampun enggal kondur amargi keng garwo sampun saestu nengga panjenengan”</em>….dan entah bgmana sikapku kecuali trimakasih dan secepatnya pulang. Benar saja istriku sangat gembira dan entah berapa buah yg saat itu beliau makan seketika. Pertanyaannya, bgmana jk buah itu tak kutemukan sampai bayi lahir? Dan bgmana jk suami tdk bisa memenuhinya dgn alasan apapun?. <br />
<br />
Selanjutnya, anak lainnya…bliau menginginkan buah <em>Nangka </em>tp harus saat itu <em>(kira2 ba’da isya’ dan harus dari pohon dihalaman rumah kakak di Kartasura).</em> Hebatnya, tak lama setelah rasan2 itu kakak menelpon jika pingin ke Kartasura disediakan Nangka yg baru sore tadi dipetik, padahal kakak tidak tahu samasekali jika besuk pagi2 kuberniat ke rumah kakak itu utk menanyakan ada Nangka matang dihalamannya atau tidak. Maka secepatnya kugeber gas menjemput Nangka dambaan itu untuk sang istri tercinta demi sang bayi dikandungannya….<br />
Pertanyaannya, kenapa ada peristiwa serba kebetulan itu? benarkah kebetulan?.<br />
<br />
Bagiku sungguh itu istimewa sekaligus<em> misteri</em>. Silakan yg mau bilang <em>“kebetulan atau takhayul atau gugon tuhon atau cerita kampunganlah atau apapun”,</em> bagiku itu tetap saja sejarah yg nyata!. Bahkan, apa pula anggapan orang jika beberapa kali diriku sendiri begitu <em>ngebet pingin sesuatu berupa makanan atau pingin kemana</em> yg hrs secepatnya kupenuhi disaat istriku mengandung, ya beberapa kali artinya tidak hanya satu kali sehingga itu menjadikan diriku sendiri dan istri menyadari diriku ikut2an ngidam!. Sebagaimana juga kejadian nyata didiriku ketika anak pertama kami akan lahir dan ketika itu kami sekeluarga besar menunggu tiba2 ketika kusujud dirakaat pertama sholatku perutku mendadak sakit sedemikian rupa, <em>melilit sperti diperas habis2an</em> sehingga kubekap perutku dan kuterguling disajadah, kebetulan dikamar itu ada 2 keponakanku yg tentu melihat keadaanku itu, yg kemudian kuulang sholatku dlm keadaan perut <em>masih terus melilit-lilit dahsyat </em> yg tak pernah sekalipun kurasakan sebelumnya….lalu tidak lama lahirlah <em>Fahmy</em> anakku dan perutkupun nyaman kembali!.<br />
<br />
Bagiku semua itu menjadi <em>kesadaran </em>betapa saat2 berlangsungnya seluruh proses diciptakannya bayi dirahim ibu dan saat melahirkan adalah kurun waktu teramat khusus, teramat berat dan dahsyat. Puncaknya adalah <em>“pertaruhan antara hidup dan mati” </em>yang teramat nyata yaitu ketika proses melahirkan!. Yuk, siapa laki2 yg menyangkal ini?. Ya, ceritaku ttg ngidam dan melahirkan inipun sungguh “hanya” <em>sekelumit belaka dari seluruh proses itu!.</em><br />
<br />
Kisah tentang ibu dikala <em>mengandung dan melahirkan</em> masih harus diteruskan keproses <em>perawatan jabang bayi </em>sejak lahir cenger sampai fase 3 bulan pertama, yg disebut jabang bayi benar2 <em>masih merah</em>. Kenyataan absolute ttg bayi merah, ia tak lebih dari manusia tanpa daya samasekali dgn kelengkapan indra dan fisik lainnya yg belum berdaya, walau didalam tubuhnya organ2 telah berfungsi termasuk kasat mata degub jantung, pergerakan dada dan perut oleh nafas, mata dan gerakan sederhana anggota2 tubuhnya serta suara2 sederhana yg bukan <em>bahasa dewasa </em>kecuali <em>bahasa bayi</em>, senyum dan ketawa serta yang utama tangisnya.<br />
<br />
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, <em>ibulah manusia paling inti</em> yang berperan penuh baginya. ASI-nya sumber kelestarian hidupnya, sentuhan dan rengkuhannya sumber perlindungan utama, pelayanan mandi dan berpakain sumber kenyamanan, dst yang tak terbilang, yang harus setiap saat setiap waktu <em>24 jam seharinya</em> bayi itu membutuhkan. Bunyinya mau tak mau suka tak suka siap tak siap, tak kenal istirahat cukup tak mugkin tidur berjam-jam, tidak ada kata tidak bagi seorang ibu kepada jabang bayinya!. Yuk, takar kemampuan laki2 utk setiap saat memenuhi seluruh kebutuhan jabang bayi yang juga anaknya itu sebagai ayahnya. Jujur <em>kuakui</em>, dalam melakukan seluruh aktifitas vital bagi jabang bayi itu pribadiku tak sekuku hitamnya dari istriku!. Dan jahatku, kadang terbetik “<em>ah itu memang sudah kodratnya, itu memang sdh fungsi dan tugasnya, aku kan yg mencarikan rizki utk memenuhi kebutuhannya juga, aku kan pelindung seluruh keluarga, aku kan kepala rumah-tangga, dst dst”</em>. Mungkin ada benarnya tapi jelas juga salah. Disitulah “barangkali” seorang suami, seorang ayah dan pastinya laki2…<em>tergelincir!.</em><br />
<br />
Pertanyaan berulang :<br />
<ol><li>Tahukah bahwa calon ibu ketika awal mengandung menginginkan sesuatu dgn teramat sangat yang entah dorongan dari mana tp yg jelas dari jaman beula disebut ngidam?. Bagaimana ngidam itu terpenuhi sadar tak sadar, sengaja tak sengaja? Apa peran sang calon ayah atau suami yang istrinya ngidam itu?</li>
<li>Tahukah bahwa saat2 sang istri melahirkan itu seluruh daya-upaya naluriah batiniah dan fokus fikirannya sepenuhnya ditumpahkan dicurahkan atau apalah lagi sebutannya yg mudahnya dikatakan seluruhnya “dipertaruhkan termasuk nyawanya” sehingga jika tak kuat kemudian mati maka ALLOH SWT memberikannya status <em>Mati Syahid???</em> Apa saja sikap, tindakan dan peran suami disaat itu?.<em> (Mendampingi? Berdoa tiada henti dan bermandi airmata? Atau bagaiamana dan dimana?).</em></li>
<li>Tahukah bahwa <em>setiap detik satiap saat</em> jabang bayi yang telah lahir memerlukan membutuhkan perhatian penuh apapun wujudnya, sebut yang normal2 sajalah dari orang tuanya? Apa dan bagaimana sikap batin sikap lahiriah dan tindakan2 penting seorang ayah? Sebut saja yg sederhana2…ketika bayi <em>oeeek oeeek…</em>setiap saatnya, ketika bayi buang air kecil atau besar, ketika bayi sdh saatnya mandi, ketika bayi badannya panas, apalagi ketika kulit bayi membiru dan mulutnya mengatup keras, tubuhnya mengejang??? Jangan2 sang suami ktika anaknya nangis atau mulai rewel sang suami <em>(yg tak lain adalah ayah si bayi yg membutuhkan perhatian itu)</em> justru gedumel dan bhkan memaki istrinya yg tidak tanggaplah yg tdk tanggungjawblah yg tdk pandai mengurus anaklah yg belajaranlah yg tdk cekatanlah yg tdk hati2lah bhkan yg mengganggu kerja ayahnyalaaah dst dst.<em> Intinya sang istri yg sdh sdmikian rupa beratnya kadang ada saja masih juga dipersalahkan (ga tau lagi dimana istilah cinta-kasih-sayag yg duluuu sdmikian menggebu pada istrinya)</em>. Semua itu setiap saat dan yang <em>genting</em>pun bisa terjadi setiap saat tak mengenal waktu….</li>
</ol><br />
Ibu, wahai ibu…pantas sepenuhnya setiap anakmu absolut berbakti kepadamu hingga <em>tiga tingkatan </em>tertinggi baru yg <em>keempatnya</em> ayah.<br />
<br />
Ibu, patut belaka jika surga anakmu <em>dibawah telapak kakimu</em>, bukan dibawah telapak kaki ayah.<br />
<br />
Ibu, layaklah jika disetiap hati anakmu maka namamulah yg tertoreh <em>paling atas</em> dgn tinta emas kemuliaan yg tak terhapuskan tak tergantikan selamanya.<br />
<br />
Ibu, sentuhanmu pelukanmu adalah sentuhan pelukan yg paling didamba oleh anakmu. Bahkan seulas senyummu pun telah membuat manusia paling penakut menjadi berani tanpa berfikir panjang menerjang lautan api. Sepatah katamu menjadikan manusia yang teramat bersedih hati seketika berubah gembira dan lega. Sepotong restumu menjadikan manusia paling tak berdaya berubah menjadi superman. Ucapanmu menjadi doa termata <em>makbul</em>. Dan anak yang durhaka kepadamu tiada akan pernah ada kata maaf dariNya sehingga celaka selamanya dialam manapun.<br />
<br />
Ibu, kodratmu atas IradatNya menjadi <em>wakil </em>teramat nyataNya bagi anakmu didunia ini.<br />
<br />
Ibu, duhai ibu…tiada apapun yang dapat kupersembahkan kepadamu yang dapat <em>“mengganti setitikpun dari tujuh samudra pergerakan lahir-batinmu kepadaku, anakmu ini”.</em><br />
<br />
Ibu, oh ibu…sementara begini sulitku menjadikan diriku ini sholeh sebagaimana didikanmu doa dan dambaanmu kepadaku sebagaimana tuntunanNya…sehingga apalah dayaku untuk membantumu ah <em>mustahil</em>…sementara engkau justru telah teramat nyaman disisiNya…bukankah justru anakmu ini yang masih dan tinggal berharap bantuanmu…<br />
<br />
Ibu, ibu…..ibuuuuu…..maafkan anakmu ini, apatah lagi yang terutama didalam seluruh waktu dan segenap ruangku ini jika bukan kata maafmu….duh ibukuuuuu………………</div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-91686449974078631342010-12-22T02:41:00.000-08:002010-12-22T02:41:17.670-08:00TIM NAS SEPAK BOLA MENGUKIR PRESTASI<div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i> <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> </i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><br />
Negeri dan bangsa ini sudah sedemikian haus prestasi, khususnya Sepak Bola.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Tak dipungkiri popularitas cabang olahraga satu ini sejak lama menduduki rangking tertinggi, nyaris tak pernah tergeser oleh cabang lainnya. Dulu memang sempat tergeser oleh Badminton dimasa kejayaan Rudi Hartono Cs yang mempersembahkan segudang prestasi, mengharumkan nama Indonesia dilevel Internasional. Juga pernah kualami dan masih terbayang jelas betapa masayarakat terbuai oleh kehebatan sang seniman Tinju Muhammad Ali, sehingga pernah pelajaran sekolah ditunda sebentar "hanya" untuk memberi kesempatan seluruh siswa dan guru ramai-ramai berkumpul di Aula Sekolah menyaksikan pertandingan Tinju itu lewat layar kaca 17 in.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sepakbola, sulit menemukan orang yang tidak menyukainya, kalau toh ada ibu-ibu atau bapak-bapak tidak suka bukan berarti anaknya yang masih balita tak dibelikan bola sebagai sarana bermain ditaman-taman, dihalaman rumah bahkan tak jarang didalam rumah sehingga berantakanlah segala perabotan, termasuk pernah kaca jendela rumahku pecah berhamburan gara-gara bola yang ditendang anak kecilku. Apalagi bagi yang memang hobi, sehingga belum lama berselang, sekeluargaan bergabung dengan ratusan orang heboh habis sampai subuh di sebuah café Jouragan Kopi Samarinda untuk “nobar” pertandingan final Piala Dunia. Cukup dengan sebuah bola maka siapapun bisa memainkan dengan riang gembira, dimanapun didelapan penjuru arah diseluas nusantara ini, memang!.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sepakbola Indonesia, didalam negeri berbagai kompetisi tidak pernah lengkang memenuhi waktu, dari kompetisi tingkat RT sampai Nasional, dari SD sampai Perguruan Tinggi, dari proyek-proyek kecil hingga perusahaan-perusahaan raksasa, dikampung-kampung pelosok desa hingga metropolitan, dimanapun, dalam banyak kesempatan, dalam berbagai bentuk hingga pernah kuikuti pertandingan sepakbola 17 Agustusan se-RT, walaupun harus dengan memakai pakaian longdress milik istri tersayang (akhirnya ya sobek juga si).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tetapi jika sudah bicara prestasi sepakbola Indonesia diajang Regional apalagi Internasional, siapapun anak bangsa ini mengelus dada. Sebuah kenyataan yang memprihatinkan. Lebih tepatnya dikatakan saja sebagai kehausan yang memang seakan sudah mendekati titik nadir untuk sebentar lagi saja frustrasi total alias depresi jika tak mau dibilang putus asa. Sehingga tak heran kompetisi di ajang Asia Tenggara tahun ini membuncahkan harapan yang kini seakan sudah menjurus euphoria. Kegembiraan yang sedemikian heboh ditengah suasana kesedihan dan keprihatinan bangsa yang sudah bertahun-tahun diterpa bancana alam berurutan sambung-menyambung dan sekian persoalan besar bangsa!.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Eforia prestasi sepakbola dan suasana keprihatinan “gunung” persoalan bangsa dan negara. Bolehlah kita semua berharap sekaligus berbangga dengan prestasi itu namun sungguh tak layak larut kedalam eforia. Apalagi eforia itu menjangkiti petinggi-petinggi negeri yang dipundaknya terpanggul kewajiban teramat dahsyat “gunung” persoalan bangsa dan negara. Ini sekali lagi menuntut kearifan jika tak mau dianggap aneh-aneh oleh orang yang berfikir jernih tentang situasi-kondisi riil bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia, saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ayolah saudara-saudaraku, persoalan bangsa ini tak kan cukup waktu kalian punyai untuk menyelesaikannya, memperbaikinya, mengarahkan kejalur yang benar tepat kearah wujud adil dan makmur, cita-cita kita semua!.</div><div style="text-align: justify;">Selamat, dan kita semua bergembira oleh prestasi itu namun pleaseee…ah….</div><br />
<br />
</div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-88686632782041686512010-11-22T08:57:00.000-08:002010-11-22T08:57:44.846-08:00MENGHARGAI DAN BISA NGRUMANGSANI (INTEROSPEKSI)<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 22 November 2010 jam 23:43</i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><div style="text-align: right;"> <em>(Pindahan dari FB)</em></div><br />
<strong>Ada esensi yg tak terpenuhi, tampak terpinggirkan dianggap tak terlalu penting bhkan mungkin tak tersadari utk dapat hidup harmonis dimuka bumi ini, yaitu rasa "menghargai" dan rasa "bisa ngrumangsani"</strong><em> </em><br />
<br />
Katanya kita bangsa yg taat beragama bahkan ditambah dgn "rasa unggul" karena merasa sbg bangsa berbudaya adiluhung. Yuk kita coba jujur pada diri sendiri, kanthi ngetek rasa bisa ngrumangsani nglindhih rasa rumangsa, anggep saja sbg obrolan sinambi <i>leyeh2 lesehan</i> neng warung <i>he' </i>pinggir dalan <i>Slamet Riyadi (Solo)</i><br />
<br />
Pertama-tama, maaf jika menggunakan bahasa2 yg rada sarkastis tp ada alasannya yaitu, kita sdh trlalu dilenakan olh kbiasaan basa-basi dan menggunakan istilah2 yg diperhalus tp jadinya malah <i>mlethot </i>ga jelas tur malah biasane nggo topeng<em> (menutupi jeleknya pdhal itu yg maunya diperbaiki). </em><br />
Contoh : Ga mau disebut Miskin Bodoh dan Kumuh mk disebut <i>"Terbelakang" "Kurang beruntung" "Belum tertata". dll dll</i>. Pokoknya jadi serba disemukan. Mungkin tadinya utk tujuan <em>(yg dianggap mulia)</em> utk menjaga martabat atau harga diri, tp ditahap selanjutnya ga bisa mewujudkan perbaikan lalu malah persoalan kemiskinan kebodohan dan kekumuhan itu meledak memburai tak bisa ditutupi lagi bhkan kedlarung-dlarung spt sekarang ini, menjadi PROBLEM BESAR negara!. Lebih celakanya lagi azas keadilan<em> (sbgmana cita2 yg tertera di mukadimah UUD 45)</em> sama sekali jauh panggang dari api!.<br />
<br />
Apalagi dulu, orang yg ngomong beginian ini pasti ga lama ditankap diinterogasi dan ga tau selanjutnya he he he... maka era itu habis pentas pun musti apel kekantor Polisi, lha iya Polisi kan juga manusia belaka ta, ya mangan gaji semata yg jg tak bisa dipakai ber-mewah2 <em>(kcli oknum2 tertentu)</em>, yg jg sanak kerabatnya banyak yg miskin bodoh dan kumuh juga yg mestinya menjadi tanggung-jawabnya juga utk memperjuangkan nasibnya. bahkan pak RT pak RW dan pak Camat pun harus laporan siapa2 yg vokal dikampungnya, tp mudah2an skr sdh berubah (<em>klu belum yaaa...memang negri ini ga bisa diajak maju)</em> . Jaaan jaman edan tenan ha ha ha...<br />
<br />
Yuk kembali ke laptop!<br />
<br />
Kedua, bab derita penyiksaan TKI, harus berani mengoreksi diri sendiri dulu sebelum bicara yg berkaitan dgn bangsa lain. Blak2an tanpa tedeng aling2, yuk<br />
<br />
Kebetulan jelek2 gini saya juga pernah jadi TKI di Arab Saudi selama 2 Tahun <em>(1982-1984)</em>, sama belaka dgn saudara2ku para pembantu rumah tangga, sopir, montir dan cleaning service yg dari duluuuu hg skr jadi masalah terus tanpa henti. hmmm...pdhal sangat MENGUNTUNGKAN negri ini, shg ada yg menyebut <i>pahlawan devisa!</i> spt juga Guru <i>pahlawan tanpa tanda jasa</i> he he he...<br />
<br />
Ketiga, ini buka2an ya, telinga ini sebenarnyalah sudah teramat risih mendengar celoteh ra genah bhkan amuk2 tanpa dasar pemahaman yg jelas <em>(ra ngerti dodok selehe),</em> pada keminter, pada sok pembela kebenaran, dst. Yang paling mengerikan dari tingkah laku manusia2 yg bisanya bekoar itu jika kemudian ada yg menyebut<em> (jangan salahkan) </em>MUNAFIK dan masih untung jika sekedar kusematkan dijidatnya sebutan pahlawan kesiangan.<br />
<br />
Satu pertanyaan kecil saja<em> (sebelum kita kupas lebih lanjut),</em> pengiriman TKI itu sejatinya SIAPA YG BUTUH? kita atau bangsa lain yg menerima kiriman TKI itu? bedakan tegas2 dgn Pengiriman tenaga untuk "membantu" "menolong" atau transfer knowledge dst.Seterusnya, andai kita kaya, andai di negri ini tak kekurangan lahan pekerjaan (<em>Pemerintah RI mampu memenuhi hajat hidup segenap bangsanya) </em>maukah TKI itu dikirim atau mendatangi negara lain?<br />
<br />
Kita buka sedikit, contoh kecil saja negeri yg kini maju Korea Selatan saja masih dan sangat bangga dgn tenaga kerjanya yg sangat banyak bekerja di negara2 timur tengah itu terutama. Mereka mampu menempatkan diri sbg bangsa yg WIN-WIN dgn negara2 yg didatanginya, utk mencari nafkah juga tetapi kmudian sembari memasarkan produk2 dlm negrinya!.<br />
<br />
Contoh lain, Philipina, berapa banyak warganya yg hidup bergantung dari keberadaannya sbg tenaga kerja asing? kenapa mreka bisa dan mulus2 saja? Dua negara itu mengirim dalam wujud komplit/lengkap warganya mulaii Labour <em>(tenaga kasar) </em>sampai manajer2nya <em>(yg memang AHLI dan PROFESIONAL dibidang yg dibutuhkan dimana dia bekerja)</em>. Sehingga ketika itu kita mendapat kepercayaan dari Arab Saudi utk membangun beberapa proyek yg sangat2 prestisius disana <em>(saya ikut disalah satunya)</em>, tp krn sekali lagi kita TIDAK MAMPU, mk harus mau DIGESER<em> (klu ga mau malah akan di take over olh owner)</em> utk dialihkan dan dilanjutkan olh para ahli negara lain yg MAMPU, pilihan mrka ya itu tadi, Korea Selatan.<br />
<br />
Sampai disini apakah masih mau tanya kenapa???. Atau itu disebut cerita usang??? Tidak, itulah kenyataan yg terjadi. jadi... jangan malah kita menjerumuskan diri sendiri kian dalam utk jadi bahan tertawaan bangsa2 lain.<br />
<br />
Keempat, nah ini bagiku pokok persoalannya yg sesungguhnya "sedemikan sederhana" sbg wujud implementasi ajaran agama dan dijunjung tinggi di adi-luhungnya falsafah budaya bangsa, yaitu kemampuan utk "MENGHARGAI dan BISA NGRUMANGSANI.<br />
<br />
Kita kupas sak gaduk2ku masalah itu <em>(biar waktu kerjaku tersita utk nulis ini, lha wong lagi rada ndongkol he he he...).</em><br />
<br />
Sebenarnya "kedalaman" pengetahuan ttg dua hal diatas itu rasanya ga perlu dibahas, kan semua sdh faham belaka <em>(bukankah bangsa ini penuh dgn orang PANDAI, WINASIS, MUMPUNI, LEBDA TUNTAS ING KAWRUH, tidak hanya yg senior bhkan buanyaaak anak2 muda yg sdh memakai sematan aneka ragam titel resmi setengah resmi dan.. sampai2 memakai sebutan Ki inilah Ki itulah, dst dst, pokoknya sebenarnya mualeees puoool, 'ngko malah disebut nguyahi banyu segara he he he...)</em>. Maka tadi kubilang saja sekedar obrolan di warung <i>he'</i><br />
<br />
MENGHARGAI, sedemikian banyak dan mudah didapat makna menghargai itu, seperti : Bgmana orang2 inggris atau amerika dll bilang "thank you" setiap ditawari sesuatu yg sebenarnya jg berarti menolak atau sudah, atau ktka orang2 bule itu nonton pentas Orkes Symphony atau nonton Tenis dll dll yg ketika harus tepuk tangan mrk tepuk tangan tulus <em>(tidak memihak orang per orang tp memihak permainan bagusnya)</em> dan ktka pertunjukan sdg dimainkan mrk diam total memperhatikan penuh PERHATIAN, sampai sdmikian heniiiingnya.<br />
<br />
Bhkan ktka mrk menganggap ada yg perlu mendapat penghargaan lebih mrka berdiri serempak dan memberikan applous puanjaaaang dgn wajah yg tulus berseri-seri <em>(bukan dibuat-buat krn memang tebit dari DALAM JIWA yg sdh OTOMATIS BISA menghargai karya, kinerja dan prestasi orang lain).</em><br />
<br />
Juga bgmana bangsa jepang yg bgituuuu snang utk memotret <em>(mengabadikan utk menjadi koleksi berharga pribadinya)</em>, dan konon mrka <em>(setiap individu)</em> punya prinsip hidup hrs meraih sejarah hidup terbaik <em>(jgn tanya knapa mrka menjajah, tp klu mau ayo juga dibahas)</em>.Mereka sangat menghargai hidup dan menghargai hal2 yg menurut mrka patut dihargai dan diabadikan.<br />
<br />
Juga bgmana Pemerintah Saudi Arabia tanpa henti memperbaiki meningkatkan menomor-satukan memprioritaskan kualitas pelayanan, kemudahan, keselamatan dan kenyamanan lengkap dgn fasilitas2 yg "super" bagi para jamaah haji dimana mrka sangat SADAR sbg tuan rumah yg tak boleh jelek apalagi GAGAL <em>(sepanjang sejarah, adakah yg dapat kita nilai gagal?)</em>. Mereka sangat pandai menghargai tamu<em> (dan jgn malah brfikir trbalik seakan Arab Saudi kaya dan bisa bgitu krn setiap tahun sekian juta orang berhaji krn stiap wktu orng datang utk umrah)</em>, sementara semua tahu belaka negri mrka ladang minyak kualitas tertinggi didunia, jg ladang emas dan sjk jaman dulu kala makkah adl pusat perdagangan bangsa2.<br />
<br />
Tetapi juga bukan sekedar bgmana orang bolak-balik ngomong, bagus bagus baguuus...atau great job, good work...dimulut!.<br />
<br />
Intinya, menghargai atau orang kjni lebih seneng menyebut meng-apresiasi, bukan sekedar dimulut aplg dibuat-buat yg malah bisa2 kebablasan jadi nyinyir <em>(tdk sesuai kenyataan),</em> tetapi sungguh TULUS TERBIT DARI HATI TERDALAMi <em>(tumusing ati)</em> dan.....<em>(yg paling penting)</em> diwujudkan dengan TINDAKAN NYATA!.<br />
<br />
Sampai disini bukankah teramat nyata kita kesulitan membuktikan kita sudah punya, menjiwai dan selalu bersikap seperti itu????<br />
<br />
<em>Kita lanjutkan!</em><br />
<br />
Diatas itu sekelumit saja contoh bgmna sikap apresiatif bangsa2 lain dlm kehidupan mrka se-hari2.<br />
<br />
Sekarang, giliran bgmana kita, dan ini hrs berani jujur, berani mengakui kelemahan sndiri mk hanya dgn begitulah akan dpt dpt memperbaiki diri ...<em>(katanya, klau pingin dihargai olh orang lain hrs bisa menghargai diri sndiri, artinya memang menjadikan diri pantas, patut, layak, semestinya dihargai, jangan minta diperhatikan dan dihargai jika memang ga pantas, aplg ngisin2i ta?). </em><br />
<br />
Padahal kita juga mafhum belaka bahwa "hanya" dgn sesorang bersikap menghargai kpd orang lain, mk orang yg dihargai itu akan mrasa bombong diorangkan diuwongke, yg dampaknya dia akan lebih mawas diri, lebih menjaga diri, lbh keras meningkatkan kualitas diri, lbh semangat utk meraih prestasi2 lebih dr sebelumnya. Intinya tambah semangat!.<br />
<br />
Apa yg kita lakukan ktka tahu anak kita meraih prestasi tinggi disekolahnya? Tentu berbagai cara kita lampiaskan utk memberikan penghargaan kpd anak itu...malah dgn embel2 "Tingkatkan terus ya nak minimal pertahankan!" dst.<br />
<br />
Apa yg kita lakukan ktka kita bertamu dirumah sahabat atau saudara, tp yg kita datangi itu bersikap acuh tak acuh? tentu jg berbagai cara kita utk melampiaskan kedongkolan!.<br />
<br />
Apa yg dilakukan olh para orang tua ktka kedatangan muda-mudi dilingkungannya utk minta sumbangan 17 Agustusan?, anak2 itu bersemangat skali krn merasa itulah salah satu wujud persembahan kpd tanah air yg dicintainya. Maka masih seberapa banyakkah orang tua yg juga bersemangat tinggi ikut hablur dlm Semangat Kemerdekaan Negerinya???<br />
<br />
Jikalau semangat itu masih dan tetap membara didada segenap anak bangsa ini maka pasti gaung nasionalisme, patriotisme, nilai2 luhur '45, sekali merdeka tetap merdeka, wawasan nusantara, garuda pancasila, halo-halo bandung, padamu negri, dst dst dst tetap membahana penuh kebanggaan dan dimana-mana indonesianis akan memakai kaos merah putih bertulisan : <em>I Love Indonesia, I'm Indonesian, Sekali Merdeka tetap Merdeka, Dimana Bumi Dipijak Aku Tetap Indonesia dst dst dst. </em>Sebagaimana bangsa2 maju teramat membanggakan negerinya.<br />
<br />
Dan kita akan melihat taburan tak henti2 prestasi2 prima para atlit, para wakil lomba science internasional, para ahli ber-lomba2 bekerja keras dibidangnya masing2, para ilmuwan bersemangat menemukan ilmu2 baru yg bermanfaat besar bg kian tumbuh berkembangnya kejayaan negri, para seniman kian produktif menelorkan karya2 seni yg kian berbobot dan kreatif-inovatif seiring dgn perkembangan dan kemajuan kemakmuran negri ini.<br />
<br />
Sama sekali bukan kondisi yg kian hari justru kian terpuruk. Etos belajar, etos kerja, etos bela negara, etos kegotong-royongan dalam kebersamaan serasa-senasib-sepenanggungan sebagai sebuah bangsa yg besaaar kian merana rapuh dan menjadi barang langka!.<br />
<br />
Tak terasa, budaya adiluhung yg dulu begitu terasa dengan kobaran semangat dengan greget dgn gairah dan menghasilkan kualitas tinggi dan penuh harap itu kini...kian merosot menjadi budaya SEADANYA DAN ASAL2AN, malah budaya HURA2 DAN BER-MEWAH2 yg jauh dari kenyataan kehidupan rakyat banyak, budaya TAK TAHU MALU DAN JUSTRU BANGGA DGN YG SEHARUSNYA DIMALUKAN, dst dst... lihat saja contoh kecilnya disemua tayangan stasiun2 televisi lokal eh nasional, malah anakku bilang budaya cecereme ya pa...<em>(Mau bukti?. Lihat, ketika dilingkungan sendiri seakan waaaah tp begitu disandingkan dgn bangsa lain, apalagi jika harus bertanding, apa kenyataannya? sebut saja pertandingan apa even apa he he he...). </em><br />
<br />
Lalu apa juga yg diperbuat ketika sekian banyak Guru Besar, Para Ahli Utama dan Madya, Para Peneliti di perguruan2 Tinggi besar, para praktisi yg jg alumni Perguruan2 Tinggi dan Sekolah2 Tinggi klas berat termasuk jutaan sarjana bangkotan dibidangnya masing2, para Jendral, Para Perwira Tinggi dan Menengah yg jujur, yg kesemuanya bekerja tanpa kenal korupsi kolusi dan manipulasi, tetapi kehidupan ekonominya pas-pasan?<br />
<br />
Lalu apa yg diperbuat ketika para petani dan para nelayan selaluuu dalam kondisi menjerit.<br />
<br />
Lalu apa yg telah diperbuat ktika <em>(yg sdg in habis skr ini)</em> DAFTAR RIBUAN TKI DISIKSA DINEGERI ORANG terpampang ?.<br />
<br />
Lalu apa yg diperbuat ketika para veteran Kemerdekaan bahkan janda2 pahlawan hidup dgn kehidupan ekonominya yg teramat memiriskan hati yg bongko sekalipun!. dst dst dst<em>....cuapeeeek entek amek kurang golek !. </em><br />
<br />
Kiranya cukuplah itu saja yg tersebutkan dari gunung kerusakan akibat dari tipisnya kemampuan MENGHARGAI.<br />
<br />
Sikap pandai Menghargai, kita sudah tahu belaka dampak positif luar- biasanya. Dan kitapun mafhum sepenuhnya, semua kerusakan sekarang ini juga tak jauh2 dari tipisnya faktor ini. Sudahlah!.<br />
<br />
Baik kita segera sadar dan tak perlu mencari kesalahan orang, toh juga saudara sendiri. Tapi mari yakinkan pembelajaran tentang ini kita mulai SEGERA!.<br />
<br />
<em> (hhhh...belum selesai juga ni yaa...masih satu bab lagi...)</em></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-20270021741282810332010-11-21T04:14:00.000-08:002010-11-21T04:14:34.498-08:00DENDANG BUNDA<div style="text-align: right;"><i>- Wong Emi Yen -</i></div><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b>OHOOI</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Tembang-tembang buaian ibunda berbagai daerah </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">berkesan mendalam menyentuh relung jiwa</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">kenangan teramat berharga masa kecil </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">samalah jua dimanapun seorang anak dilahirkan </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">dendang ibu kepada bayinya dikala menimang menggadang</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">dengan belai kasih sayang dan urapan air mata pujian dan lautan doa</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Dendang pituah bundo diiring saluang mendayu-dayu</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">tembang nasehat indung diiring kecapi mengalir lembut</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">pupuh macapatan biyung diiring gender dan rebab angragin</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">beribu adat bangsa nan adiluhung petatah-petitih nasehat mulia</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Kesitulah lamunan menerawang</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">seluruhnya melayang-layang ringan</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">diatas gugusan pulau ratna mutu manikam</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">demi satu kenangan tampak nyata diruang mata </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Segenap anak bangsa di nusantara </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">apalah kiranya kata hati jika teringat kembali</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">segala pengalaman masa kecil ditanah tumpah-darahnya</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">pertanyaan dan jawaban dalam hidupnya menentukan nilai dirinya belaka</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Ingatan tentang tembang-dendang mendayu mengalir lembut angrangin</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">ibu kepada anak-anaknya yang siang malam menimang dan menggadang</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">dengan belaian tulus kasih sayang dan memandikannya dengan lautan air mata </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">pujian harapan dan doa agar menjadi anak berguna bagi agama negara dan bangsa</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><i>Ohooiii....</i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: right;"><i>Tengrarong, 21 Nopember 2010</i></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-21716835492681821002010-11-19T20:18:00.000-08:002010-11-20T00:32:09.735-08:00BILA ADA CINTA-KASIH-SAYANG<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span class="messageBody"><i><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;">- Pindahan dari FB Wong Embi Yen - </span></span></i></span></span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span style="font-size: large;"><span class="messageBody">Bila ada cinta-kasih jarak tak bisa memisahkan hati<br />
sebaliknya berdampinganpun belum tentu bisa menyatukan hati<br />
insan dari kata uns yg bermakna sosial sebagai kodratnya<br />
semestinya hidup tak menerjang arus dan nafsi-nafsi<br />
tetapi saling mengasihi saling menyayangi<br />
<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">sebagai sesama, sahabat dan saudara belahan jiwa<br />
demikianpun dgn alam semesta, sesama ciptaanNya semata.</span></span></span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span style="font-size: large;"><span class="messageBody"><span class="text_exposed_show"></span></span></span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="messageBody"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74882b2f4c0f32861093"><span class="text_exposed_hide"><span class="text_exposed_link"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3319946551744597354&postID=2171683549268182100"></a></span></span></div></span></h6><form action="/ajax/ufi/modify.php" class="commentable_item autoexpand_mode" method="post"><input name="charset_test" type="hidden" value="€,´,€,´,水,Д,Є" /><input autocomplete="off" name="post_form_id" type="hidden" value="e615648b166edb50dc4830db3dc08f96" /><input autocomplete="off" name="fb_dtsg" type="hidden" value="V9GSq" /><input autocomplete="off" name="feedback_params" type="hidden" value="{"actor":"100000345671204","target_fbid":"167458836620713","target_profile_id":"100000345671204","type_id":"22","source":"1","assoc_obj_id":"","source_app_id":"0","extra_story_params":[],"check_hash":"3f8059d9ca205680"}" /><span class="uiStreamSource"><a href="http://www.facebook.com/weyen1/posts/167458836620713"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:07:41 -0800" title="19 November 2010 jam 23:07"></abbr></a></span><span class="UIActionLinks UIActionLinks_bottom" data-ft="{"type":"action"}"></span><br />
<ul class="uiList uiUfi focus_target fbUfi" data-ft="{"type":"ufi"}"><li class="ufiItem uiUfiLike uiListItem uiListVerticalItemBorder"><div class="UIImageBlock clearfix"><a class="UIImageBlock_Image UIImageBlock_ICON_Image" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3319946551744597354&postID=2171683549268182100" tabindex="-1"></a><br />
<div class="UIImageBlock_Content UIImageBlock_ICON_Content"><a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100001473008386">Ratna Aulia Fatih</a> menyukai ini.</div></div></li>
<li class="uiUfiComments"><ul class="commentList"><li class="uiUfiComment comment_1946146 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1742400182" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946146]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=1742400182" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1742400182">Taufik Heru</a> <span data-jsid="text">cakep neeh yang ini, izin share yaa..</span></i><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:19:14 -0800" title="19 November 2010 jam 23:19"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946158 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946158]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"></div></div><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dbd4f8216864179">Maka hidup tak harus berselimut amuk-kemrungsung, cemas-takut, kecil hati-gagap, termangu-mangu-meragu, tak menentu-tanpa arah pasti.<br />
Panjang perjalanan bukan kewenangan manusia kecuali mengupayakan bentuk-wujudnya dgn ikhtiar yg berpedoman <span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">pada aneka pilihan, pilhan yg hanya akan berujung dua saja, sepenuhnya tersila pada masing2 pribadi.<br />
Duduk bersama dalam majlis silaturakhim atau sama2 berdiri meneruskan kekerasan hati pertengkaran dan perebutan yg bisa2 tanpa henti...krn itulah nas pula adanya, nas sang penggoda, Setan namanya.</span></div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:21:46 -0800" title="19 November 2010 jam 23:21"></abbr><span class="uiTextSubtitle comment_like_1946158"><a class="uiTooltip comment_like_button" href="http://www.facebook.com/ajax/browser/likes/?node=167461483287115" rel="dialog"><span class="uiTooltipWrap bottom center centerbottom"><span class="uiTooltipText"><br />
</span></span></a></span></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946174 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946174]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text">@Taufik Heru : silakan dgn senang hati</span></i><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:23:07 -0800" title="19 November 2010 jam 23:23"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946180 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946180]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"> </span><br />
<span data-jsid="text">Bahkan, jarak antar alam yg memisahkan tak akan mampu membatasi hubungan jiwa, krn ia lintas batas, krn sesungguhnya jiwa tak ada kata mati atau terputus kecuali sengaja memutuskannya, he he...bgitu yaa?</span><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:25:10 -0800" title="19 November 2010 jam 23:25"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946186 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1742400182" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946186]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=1742400182" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1742400182">Taufik Heru</a> <span data-jsid="text">seep.. Sederhana, mudah dicerna dalam maknanya. Pujangga bener neehh, Lanjutkan!</span></i><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:26:23 -0800" title="19 November 2010 jam 23:26"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946245 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946245]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dce1f4980811689">Ketika seseorang berkeyakinan hubungan hanya dilakukan antar sesama yg hidup, maka pertanyaanya, yg mati itu raganya wadagnya lahiriahnya atau jiwanya? bknkah bg yg percaya sebelum ruh ditiupkan kedalam janin mk belum disebut hidup? jadi ru<span class="text_exposed_show">h atau jiwa kemana? bukan mati tetapi berpindah tetapi tetap hidup, dan siapa yg punya ingatan? yg hidup atau yg mati? jika yg hidup mk sang jiwa yg tak pernah mati tentu tidak akan kehilangan ingatan. begitulah kodratnya.<br />
Maka bg yg percaya anak soleh dapat menolong orang-tuanya yg telah berpindah alam, bukankah itu tekanan kpd anak agar menjadikan dirinya soleh? maka kumpulan orang soleh apalah bedanya? <br />
Jadi, sepanjang sama2 satu channel didalam kesolehan maka hubungan kasih-sayang tak kan terputus!.<br />
Insya Allooh...!!!</span></div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 08:37:01 -0800" title="19 November 2010 jam 23:37"></abbr><span class="uiTextSubtitle comment_like_1946245"><a class="uiTooltip comment_like_button" href="http://www.facebook.com/ajax/browser/likes/?node=167464256620171" rel="dialog"><span class="uiTooltipWrap bottom center centerbottom"><span class="uiTooltipText"><br />
</span></span></a></span></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946429 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100001473008386" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946429]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100001473008386" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100001473008386">Ratna Aulia Fatih</a> <span data-jsid="text">Nanti di surga gak ada jarak yang memisahkan lagi ya pa?</span></i><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:03:36 -0800" title="20 November 2010 jam 0:03"></abbr><span class="uiTextSubtitle comment_like_1946429"><a class="uiTooltip comment_like_button" href="http://www.facebook.com/ajax/browser/likes/?node=167469076619689" rel="dialog"><span class="uiTooltipWrap bottom center centerbottom"><span class="uiTooltipText"><br />
</span></span></a></span></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946531 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946531]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dde4a8376842998">He he..bukankah seluruh insan yg pernah ada sampai detik ini yg sdh berapa milyar banyaknya hakekatnya ada dilahirkan oleh satu manusia belaka, Adam As, bapak sekalian manusia, dan Hawapun bukan dicipta tersendiri tp konon diambil dan dijad<span class="text_exposed_show">ikan dari tulang rusuk kiri Adam?<br />
<br />
Hanya Adam yg dibentuk lalu dihidupkan lalu Hawa, kemudian setelahnya seluruhnya dilahirkan dari rahim bunda, dan hidup bukan setelah dilahirkan, ttapi ketika didlm rahim itu...lahir dari alam ruh...dibagian perut sang bunda, siapapun itu kemudiannya.<br />
<br />
Maka benarlah perintah utk berbakti kpd ibu ibu ibu yg mengandung dan melahirkan lalu tak boleh tidak kpd bapak, krn bapak bukankah ekivalen dgn sang Adam yg memulai keberadaan manusia?<br />
<br />
Kaitan dgn topik awal, adalah Adam dan Hawa biarpun dipisahkan jarak Falestin dgn Cina-India....perjalanan mempertemukan kemanusiaannya yg tetap menyambung jua krn hati yg tak pernah terpisah, walau beribu rintangan menghadang dgn alam yg super ganas tak bersahabat dan waktu yg 100 tahun, akhirnya bertemu juga....di Gunung Rahmah!.<br />
<br />
Subkhanalloh. didunia fana saja artinya ketika sang jasad mash menyatu dgn jiwa, sepanjang satu channel luasan bumi yg memisahkan keduanya itu akhirnya takluk utk mempertemukan disatu titik tempat, Jabal/Gunung Rahmah. Suatu gunung di Arafah...tempat berkumpulnya, bersilaturahimnya (mustinya segenap) manusia, seluruh adam-adam (dan hawa-hawa).<br />
<br />
Nyatalah, sekelumit saja dari keseluruhan makna haji adalah ketika manusia telah berkumpul didlam pertemuan agung (silturakhim...perhubungan<wbr></wbr><span class="word_break"></span> antar ruh) di Padang Arafah!.<br />
semoga realitasnya sungguh2 seluruhya ada dalam satu channel, tetapi wallohu'alam, hanya DIAlah yg tahu hasil akhirnya!.</span><br />
</div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:14:15 -0800" title="20 November 2010 jam 0:14"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946535 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946535]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"> </span><br />
<span data-jsid="text">Satu memandang yg banyak<br />
yg banyak memandang yg satu<br />
dan ketika yg satu memandang yg satu</span><br />
<span data-jsid="text">duhaiiiii apalah namanyaaaa????</span><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:14:46 -0800" title="20 November 2010 jam 0:14"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946538 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946538]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text">Hallo Ratna cayangku...memperhatikan juga ya, syukurlah.</span></i><br />
<br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:14:57 -0800" title="20 November 2010 jam 0:14"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946628 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946628]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940deb670f99899087">He he ...pertanyaan yg mengiringi pemahaman yg telah melewati makna hidup yg takkan pernah mati krn faham jika itu jiwa, dan yg mati hanyalah jasadnya. <br />
walau sebenarnya masih mungkinkah seluruhnya (jiwa dan raga) berpindah sama2 kealam lain<span class="text_exposed_hide">...</span><span class="text_exposed_show"> yg bukan dunia fana ini. tetapi itu cukuplah.<br />
<br />
Baca di AL-Qur'an yaank...betapa mudahnya membuka utk meneliti satu persatu isi kitab itu yg telah ada sejak berabad-abad lalu yg berbicara ttg eksistensi manusia, alam semesta, dan seluruhnya, lengkap belaka. Agar menjadi pedoman hidup utk tidak keliru menentukan pilihan.....tempat berpindah atau tempat kembali!.<br />
<br />
Dialam sana sesuai petunjukNya, ber-ruang2 ber-pintu2, atau juga ber-tingkat2, seperti jg kira2 didunia ini.<br />
<br />
Singkatnya, sekarangpun dirimu dgn papa berjauhan tempat (kamu di Solo dan papa di Tenggarong) tp apakah kita terpisah?????. Dan sekarang ini jika kita mau apakah kita tidak bisa bertemu dan berkumpul terus?????. Jawabnya jelas, BISA!</span><br />
</div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:25:38 -0800" title="20 November 2010 jam 0:25"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946677 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946677]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940df0fc0583178033">Alloh Sang Kholiq, menciptakan manusia dgn kelengkapan yg disebut paling sempurna (paling lengkap, multi dimensi, multi rumit, super ilmu mekanisme dan sistim, dibanding dgn makhluk lainnya).<br />
Dgn dmkian, logikanya saja, atau sebatas akal saj<span class="text_exposed_show">a, apakah yg tak mungkin dilakukan dan bisa terjadi (ssuai kehendakNya) bagi manusia?<br />
<br />
Ratna, papa tanya, ketika Nabi Muhammad SAW, di isro' dan lalu di mi'rojkan itu jiwanya saja atau bersama jasadnya? <br />
<br />
Dan bertemukah beliau dgn insan2 terdahulu termasuk sang bapak segenap manusia, Adam As?</span><br />
</div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:33:17 -0800" title="20 November 2010 jam 0:33"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946745 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946745]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940df69e9d97426017">dengan begitu cayangku...., masihkah ada keraguan dihatimu ttg apa saja yg prinsipiil ttg eksistensi manusia ini? <br />
bahkan cayaaank..., benar adakah korelasi tak terputus antara manusia dan alam semesta ini?<br />
Kita sama2 tahu belaka ilmu siklus <span class="text_exposed_show">kehidupan, rantai kehidupan, sebab-akibat, segala ciptaan ber-pasang2an, juga unsur2 dari wujud ciptaan. Dan apakah unsur2 yg ada didiri manusia?<br />
Carilah jawabnya, seiring dgn berjalannya waktu (artinya kesempatanmu) tp jgn dipaksakan harus segera tahu, krn perjalananmu insyaAlloh akan menyampaikan sendiri pd pengetahuan itu secara alamiah skr ini, sepanjang engkau berpegang teguh kpd ajaran Alloh SWT. Amiiin ya Robbal alamiiin.</span><br />
</div></span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Fri, 19 Nov 2010 09:41:51 -0800" title="20 November 2010 jam 0:41"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1946828 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1946828]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dfc523d13100180">Cayangku, bagi manusia, itu semua berhubungan dgn yg nyata dan yang ghoib...padahal keduanya satu jua. pusing ya he he...<br />
utk memudahkan membedakannya bolehlah dgn percontohan sederhana, engkau saat ini sdg menghadapi komputer utk berinterak<span class="text_exposed_show">si dgn papa, ini nyata bukan?<br />
sekarang ini diluar kamarmu yg berbatas dinding tak tembus pandang, ada motormu digarase. tampak olehmukah motor itu dari ruang komputermu saat ini? tidak. Dan yakinkah kamu motor itu ada? Dan motor yg ada digarase itu benarkah motor milikmu? Nah kira2 itulah dan begitulah... yg ghoib, tak tampak tapi nyata ada, jadi satu jua bukan? Riil.</span></div><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dfc523d13100180"></div></span><br />
<div style="text-align: right;"><div style="text-align: right;"><i><span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dfc523d13100180"><span class="text_exposed_show">Tenggarong, 20 Nopember 2010 </span></div></span></i></div><br />
<span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4ce74940dfc523d13100180"><span class="text_exposed_show"></span></div></span></div></div></div></li>
</ul></li>
</ul></form>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-16905375639732878622010-11-18T22:29:00.000-08:002010-11-20T01:50:43.022-08:00GAYUS BERAKSI LAGI<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: right;"><span class="UIStory_Message">-<i style="font-weight: normal;"> Pindahan dari FB Wong Embi Yen - </i></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message">Pernyataan bang Buyung di MetroTV punya bbrpa dimensi al : <br />
* Pasang badan<br />
* Pengakuan : - Gayus bersalah <br />
- Banyak yg terlibat <br />
* Tekad tetap satunya kata dan perbuatan, membongkar mafia hukum dan perpajakan.</span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">* Manfaat : <br />
- Mmperbaiki nama korps advokat <br />
- Pmbelajaran bg masyarakat <br />
- Mmpertahankan “harapan” bg tegaknya hukum di negara ini. <br />
</span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show">Lanjutkan bang!.</span></span></h3><span class="text_exposed_link"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3319946551744597354&postID=1690537563973287862"><br />
</a></span><br />
<form action="/ajax/ufi/modify.php" class="commentable_item one_row_add_box autoexpand_mode comment_form_142717575780106" id="commentable_item_594993178_142717575780106" method="POST" name="add_comment"><input name="charset_test" type="hidden" value="€,´,€,´,水,Д,Є" /><input autocomplete="off" name="fb_dtsg" type="hidden" value="V9GSq" /><input autocomplete="off" id="feedback_params" name="feedback_params" type="hidden" value="{"actor":"100000345671204","target_fbid":"142717575780106","target_profile_id":"100000345671204","type_id":"22","source":"0","assoc_obj_id":"","source_app_id":"0","extra_story_params":[],"check_hash":"f9b8627d1472a7d0"}" /><input autocomplete="off" id="post_form_id" name="post_form_id" type="hidden" value="2e57bb585756954b5ee2a2409cf99afe" /><i><span class="UIActionLinks UIActionLinks_bottom UIIntentionalStory_Info" data-ft="{"type":"action"}"><span class="UIIntentionalStory_InfoText"><span class="UIIntentionalStory_Time"><a href="http://www.facebook.com/weyen1/posts/142717575780106" id="" target="" title=""><abbr class="timestamp" data-date="Thu, 18 Nov 2010 02:17:13 -0800" title="18 November 2010 jam 17:17">19 jam yang lalu</abbr></a></span></span> · <button class="like_link stat_elem as_link" name="like" title="Suka item ini" type="submit"><span class="default_message">Suka</span><span class="saving_message">Tidak Suka</span></button> · <label class="comment_link" title="Beri Komentar">Komentari</label><span class="feedback_toggle_link"> · <label class="feedback_show_link" title="Tampilkan komentar dan masukan lain">Lihat 4 Komentar</label><label class="feedback_hide_link" title="">Sembunyikan Komentar (4)</label></span></span></i><br />
<ul class="uiList uiUfi focus_target fbUfi " data-ft="{"type":"ufi"}"><li class="ufiNub uiListItem uiListVerticalItemBorder"><input autocomplete="off" name="xhp_ufi" type="hidden" value="1" /></li>
<li class="ufiItem uiUfiLike uiListItem uiListVerticalItemBorder"><div class="UIImageBlock clearfix"><a class="UIImageBlock_Image UIImageBlock_ICON_Image" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3319946551744597354&postID=1690537563973287862" tabindex="-1"></a><br />
<div class="UIImageBlock_Content UIImageBlock_ICON_Content"><i><a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1475466215">Neisyarani Fauzia Ami</a> dan <a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100001015954439">Lex Catur</a> menyukai ini.</i></div></div></li>
<li class="uiUfiComments uiListItem uiListVerticalItemBorder"><ul class="commentList"><li class="uiUfiComment comment_1202337 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1202337]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"> </span><br />
<span data-jsid="text">Yg menarik, cermatan pada satu persatunya, bisa membuka banyak tabir gelap dan abu2 yg menyelimuti tubuh kehidupan dinegri ini. Tapi hari-hari kedepan ini sekali lagi sikapi saja dgn relaks, sbb kita akan disuguhi kejadian tragis-ironis bangBuyung dan akrobat politik yg luar biasa memuakkan, tp tokh kita sdh trbiasa he he...klu ga mau melihat memang mungkin lebih baik, krn memang ga ada manfaat nyata bagi perbaikan negri ini, pen!</span><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><abbr class="timestamp" data-date="Thu, 18 Nov 2010 02:49:10 -0800" title="18 November 2010 jam 17:49"></abbr></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1202421 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000864761821" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1202421]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><i><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000864761821" href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000864761821">Didik Ketutnugroho</a> <span data-jsid="text">hidup Indonesia...... MERDEKA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!<wbr></wbr>!!!!!!!</span></i><br />
<div class="uiTextSubtitle commentActions"><i><abbr class="timestamp" data-date="Thu, 18 Nov 2010 03:09:11 -0800" title="18 November 2010 jam 18:09"></abbr></i></div></div></div></li>
<li class="uiUfiComment comment_1209062 ufiItem ufiItem"><div class="UIImageBlock clearfix uiUfiActorBlock"><a class="actorPic UIImageBlock_Image UIImageBlock_SMALL_Image" href="http://www.facebook.com/weyen1" tabindex="-1"></a><label class="deleteAction stat_elem UIImageBlock_Ext uiCloseButton uiCloseButton uiCloseButton"><input name="delete[1209062]" title="Hapus" type="submit" /></label><br />
<div class="commentContent UIImageBlock_Content UIImageBlock_SMALL_Content"><a class="actorName" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100000345671204" href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> <span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root" id="id_4ce617a8b89145185034405">* Pasang badan, sdh mnjadi jamak-lumrah, jaman skr ini orng yg berkata lugas ssuai hatinya tp meyangkut orang lain wlu dgn niat memperbaiki spy keburukan tdk kian menjadi, malah hrs berhadapan dgn ancaman, intimidasi bhkan smpai tindakan f<span class="text_exposed_hide">...</span><span class="text_exposed_show">isik. Bang Buyung sdh membuka borok bbrapa orng termasuk institusi tertentu yg dinilai tidak mampu.<br />
<br />
* Bang Buyung mau tetap mmbela Gayus dlm posisi ingin menempatkan persoalan sesuai kenyataan yg terjadi, bkn skdar cari bayaran dan utk "membebaskan/meringankan kasus kejahatan Gayus, ttpi utk membongkar inti kasus dgn sebarannya trmasuk siapa saja yg terlibat bersalah dan mengambil keuntungan dgn menipu negara (korupsi, kolusi dan manipulasi), seluruhnya!. <br />
<br />
Bayangkan saja, mereka yg terlibat adl wajib pajak raksasa dan sdh berlangsung brapa lama? bertahun-tahun!. makanya siapapun yg pingin mengorbit jadi menteri keuangan atau perdagangan atau mentri2 perekonomian manapun lewat jalur dirjen pajak, pasti sang dirjen itu bisaaa aja mencapai target pemasukan pajak yg diembankan kpdnya he he...lha wong karek tekan sana tekan sini trmasuk menarget anak-buahnya, shg sistim disitu berantakan dan mudah dipakai bermain-main. sungguh memang tinggal manusia2nya, mau bener apa mau rusak (dan rusak ini seakan baiiiik saja krna memahami agama yg dianutnyapun salah, menyuap malaikat pencatat dan seakan melihat tuhan kerjaannya tidur kaleee). Bab iki yen dibahas..entek amek kurang golek merga kabeh ya wis ngglethek kemleler neng ngarep mata, wis membudaya!<br />
<br />
* Tekad satunya kata dgn perbuatan, gampang diucap tp halaah mana bukti nyatanya..sdh dmikian langka. tapi bangBuyung agaknya sdh sampai titik nadir kemuakannya jadi jiwanya terpanggil, ya smga ga malah jadi tumbal, ga pa2 bang, mencari sejarah nama baik buat kebanggan dan teladan anak-cucu. Anak-cucuku pun akan menganggap teman pada anak-cucu abang, kita faham belaka perputaran kehidupan ini he he he...<br />
<br />
* Manfaat memperbaiki nama / citra korps advocat atau lawyer atau pembela hukum. Ya, image masyarakat luas saat ini kpd korps berlabel hukum itu sdh sdmikian buruknya kan? sdh mnjadi rahasia umum, artinya jane di-tutup2i keburukannya tp terlanjur smua orang tahu belaka.<br />
<br />
* Manfaat pembelajaran bagi masyarakat banyak (yg belum faham tupoksi advocat) yg bukan sekedar profesi pencari nafkah dgn mencarikan kemenangan bagi kliennya yg berkasus hukum, wlu terbukti salah bisa ringan hukumannya bhkan ada yg bebas murni, shg anekdot maling ayam dihukum gantung koruptor raksasa BLBI bebas merdeka tetap eksis jadi raja bisnis dan pengatur kinerja pejabat negara, hukum hanya berlaku bagi wong cilik, dst dst (dgn memelintir dan mencari celah-celah hukum dgn beribu dalih dan berbekal kemampuan berkilah, adu mulut sampai diskusi kebo!!!)<br />
<br />
Artinya, bang Buyung mengembalikan fungsi advocat sbgmna mustinya, sbg korps jajaran penegak hukum, yg mengarahkan kasus hukum yg dihadapi berjalan tanpa merugikan siapapun, klien yg harus dihukum maksimal 10 th tdk keliru jadi 12 th, karena dia yg juga melek hukum. Adu argumentasi diskusi kebenaran hukum yg musti ditegakkan, mencari utk menemukan dan mendudukkan proporsi hukum yg semestinya jg berazaskan keadilan dan kemanusiaan! ta? <br />
<br />
* Manfaat mempertahankan "harapan" tegaknya hukum di negri kita ini, yg sdh patah-arang, sdh nyaris punah, dan berganti hukum rimba. yg ini ga usah dibahas juga, krn hampir smua mnjadi gampang emosi, mengedepankan amuknya, tp yg tdk sdg berkasus mencibir bibir, dan sbagian lainnya cuma bisa mengelus dada...tak berdaya, pasrah dan kemudian sikapnya masa bodoh! ta?<br />
Jika negeri ini tetap mau eksis sampai akhir zaman, ya mau ga mau harus tetap punya "harapan", harapan hukum sbg panglima bkn hukum dibawah telapak kaki penegak hukum dan kaum berkuasa (jabatan, harta dan koneksitas). <br />
<br />
Nangis beb, jika mengingat stempel diri, lembaran merah-putih, burung garuda, naskah proklamasi dan uud 45, yg dgn tegas menyatakan cita2 Kedaulatan, Keadilan dan Kemakmuran, bagi seluruh Rakyat Indonesia dan NKRI !!!. <br />
<br />
ya masDidik, semoga hidupnya Indonesia kedepan tetap dan benar2 dalam kebaikan sesuai cita2nya yang...dalam roh Merdeka!!!!.</span></div></span></div></div></li>
</ul></li>
</ul></form><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: right;"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> <i style="font-weight: normal;">- Tenggarong, 19 Nopember 2010 -</i></span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> </span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> </span></span></h3>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-73850126656015768162010-11-16T11:12:00.000-08:002010-11-16T11:12:54.480-08:00MAKNA TEMBANG KUNA<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span class="messageBody">Seorang tua renta dengan tongkat penopang tubuh<br />
pakaian sangat sederhana tertatih melewatiku<br />
terdengar rintihan jiwanya lewat tembang :<br />
<i>Kelek-kelek biyung sira ana ngendi<br />
enggal tulungana<br />
<span class="text_exposed_hide"></span></i><span class="text_exposed_show"><i>anakmu kecemplung warih...</i><br />
Tiba-tiba kutercenung pada maknanya yg bisa kemana-mana, duhai...</span></span></span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: right;"><span style="font-size: small;"><i><span class="messageBody"><span class="text_exposed_show">- Wong Embi Yen -</span></span></i></span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: right;"><span style="font-size: large;"><span class="messageBody"><span class="text_exposed_show"><span style="font-size: small;"><i>Tenggarong, 16 Nopember 2010</i></span></span></span></span></h6>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-48875067691273960272010-11-16T10:52:00.000-08:002010-11-16T10:52:55.058-08:00KURINDU<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message">Kurindu Ibrahim<br />
kurindu Ismail<br />
kurindu Siti Hajar<br />
</span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message">Negri ini menangis<br />
<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">planet bumi ini menangis<br />
alam semesta ini menangis<br />
rindu jumpa Ibrahim Ismail Siti Hajar<br />
rindu kehadiran pribadi-pribadi seperti mereka.</span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> </span></span></h3><span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5abf42d20360644">Kurindu Ibrahim<br />
pribadi teladan kesanggupan berkorban tiada tara<br />
seorang putra yg didamba sepanjang 900 th<br />
milik paling berharga dalam hidupnya<br />
penerus sejarah hidupnya<br />
<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">demi kepatuhan kpdNya<br />
ia ikhlaskan dan laksanakan<br />
<br />
Semesta ini rindu kehadiran Ibrahim<br />
pribadi-pribadi Ibrahim<br />
pribadi-pribadi yg ikhlas <br />
mengorbankan apapun <br />
demi memenuhi perintah AgungNya<br />
membaktikan diri bagi sesama.<br />
<br />
Maka Alloh tak membiarkan ia berduka<br />
dan menggantikannya dgn suka cita<br />
perintah itu bermakna ujian semata<br />
ketaatan tanpa reserve.</span></div><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5abf42d20360644"><span class="text_exposed_show"> </span></div></span><span data-jsid="text">Kurindu Ismail<br />
sang teladan keikhlasan kelembutan <br />
ketaatan sekaligus keberanian dalam kebenaran<br />
remaja terdidik yg berbakti tanpa reserve kpd orangtua<br />
ia tak menyangkal tak menolak dan justru dgn lembut meyakinkan<br />
<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">sang bapa melaksanakan pengorbanan perintahNya.<br />
<br />
Semesta ini rindu kehadiran Ismail<br />
pribadi-pribadi yg sepertinya<br />
yg pasrah dlm ketaatan<br />
keyakinan kebaikan utk dikorbankan<br />
demi kemaslahatan sesama.<br />
<br />
Maka Alloh tak membiarkan ia mati<br />
dan menggantikannya dgn kemuliaan<br />
perintah itu membuktikan kesebalikan hasil<br />
dibalik duka pasti suka dibalik sulit pasti mudah<br />
dan segalanya diciptakan berpasangan.</span></span><br />
<br />
<span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161">Kurindu Siti Hajar<br />
suri tauladan pribadi agung<br />
istri yg tunduk patuh kpd suami<br />
ibu yg mendidik dan mencetakkan pribadi mulia<br />
bagi anak sehingga memiliki jiwa seluas samudra<br />
<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">wawasan seluas angkasa raya<br />
keluhuran budi yg didasari ketaqwaan<br />
kelembutan sikap kpd sesama<br />
tanpa prasangka buruk kecuali keyakinan<br />
kebenaran akan berada dipihaknya<br />
<br />
Oooo ibuuu....<br />
semesta ini, kami ini sungguh merindukanmu<br />
mendamba kehadiranmu disisinya disisi kami<br />
kami tak sanggup hidup tanpa belaian lembut kasih sayangmu<br />
tanpa kalimat-kalimat indah pelipurmu yg memberanikan kami<br />
yg menyemangati yg melembuti yg mengarahkan kami kepada<br />
kebenaran pengabdian kepadaNya dan sesama shg hidup kami<br />
bermakna.<br />
<br />
Ooooo ibuuu...<br />
bagaimanapun sejauh langkah yg telah kami tempuh ini<br />
jika menyalahi nasehatmu selalu bisa kami meminta maafmu<br />
jika sesuai harapanmu ini untukmu duhai ibuku, ibu kami semua.....</span></div><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161"><span class="text_exposed_show"> </span></div></span><div style="text-align: right;"><div style="text-align: right;"><i><span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161"><span class="text_exposed_show">- Wong Embi Yen -</span></div><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161"><span class="text_exposed_show">Tenggarong, 16 Nopember 2010</span></div><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161"><span class="text_exposed_show">Seusai Sholat Idul Adha</span></div></span></i></div><br />
<span data-jsid="text"><div class="text_exposed_root" id="id_4ce2d16a5c0a89c78080161"><span class="text_exposed_show"></span></div></span></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-91336867367194079232010-11-14T06:14:00.000-08:002010-11-14T06:14:44.969-08:00INTERVENSI<div style="text-align: right;"> - <i>Pindahan dari FB Wong Embi Yen</i> -</div>Pingin ngomong bab intervensi<br />
(<i>tapi kalau ga dengkelen dhewe ya panjang he he ...)</i><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Intervensi :</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Menurut kamus artinya Campur-tangan atau Perantaraan<i> (padahal rasanya si masih banyak lagi artinya)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam prakteknya untuk banyak hal, tapi terbagi dua point saja hasil atau akibat yang mengikutinya, <i>positif </i>atau <i>negatif.</i> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Misalnya pada :</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kasus perselisihan antar anak dalam sebuah rumah tangga, anak-anak yang belum dewasa atau jika sudah sama-sama besarnya tapi tidak bisa bersikap dewasa. Perselisihan itu <i>otot-ototan</i> dan sulit dilerai karena saling berkeras memegang kebenaran versi masing-masing, <i>pokoknya seru deh</i>. Orang-tua sebagai fihak yang lebih memahami kebenaran, lebih luas wawasan dan pengalaman hidup, lebih dewasa dan bijak, juga berpengaruh kuat bagi anak-anak itu, dan diyakini tidak berat sebelah, tidak akan pilih kasih, maka <i>wajib mengintervensi</i> dalam arti <i>campur-tangan iya dan menengahi iya, </i>dengan niat melaksanakan amanah sebagai orang tua yang semestinya, berlandaskan sikap kasih sayang tulus dan murni <i>demi kemaslahatan</i> hidup dan kehidupan anak-anaknya, guna :</div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mendudukkan perkara pada porsi kebenaran yang sebenarnya, sehingga yang salah sampai bisa menyedari dan mengakui kesalahannya, yang benar tidak kemudian jingkrak-jingkrak gembagus.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mencarikan jalan keluar yang terbaik sehingga perkara tuntas abgi kedua belah pihak</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mempertahankan kerukunan, kebersamaan dan kekeluargaan</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mencapai kemaslahatan, menjauhkan kemudharatan apalagi kehancuran</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apalah lainnya pokoknya yang menjadikan baik.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus cekcok suami-istri yang berlarut-larut dan sulit didapat titik temu bahkan sudah<span> </span>membahayakan anak-anak dan keutuhan rumah-tangga, maka diperlukan <i>intervensi </i>dalam wujud sebagai <i>perantara atau penengah</i> yaitu pihak ketiga, sampaipun ke level pengadilan agama yang menjunjung tinggi <i>azas mempertahankan keutuhan rumah tangga</i>, bukan cepat-cepat memutus vonis bubar dan cepat-cepat juga membagi harta gana-gini (<i>mestinya fungsi pengacara juga harus begitu, bukan mencari jalan kemenangan kliennya, jangan kemudian justru yang menang adalah pengacaranya ha ha ha…, menang diatas penderitaan yang kalah</i>. <i>Kalau ada pengacara yang juga berprinsip sama sebagai mana semboyan PA itu ya baguslah</i>).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus cekcok masalah adat yang mengarah keperpecahan masyarakat adat, maka perlu i<i>ntervensi </i>tokoh-tokoh masyarakat yang memahami adat-istiadat yang berlaku dan dijunjung tinggi, bahkan jika sudah diperlukan juga <i>intervensi </i>aparat pemerintah setempat, berfungsi sebagai <i>penengah atau perantara</i> dan <i>penentu bahkan penegak </i>kebijakan negara.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus tak menentunya harga kebutuhan pokok dipasaran, maka perlu <i>intervensi </i>dari <i>penentu</i> kebijakan ekonomi dan perdagangan, dengan mengingat kemaslahatan ekonomi makro negara dan dalam koridor <i>membela kepentingan rakyat</i>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus percekcokan antar penganut agama atau suku atau ras, maka <i>intervensi</i> negara justru mutlak harus dilakukan, <i>campur tangan</i> langsung negara dalam hal ini aparat pemerintahan dengan sagenap perangkat yang ada guna <i>menegakkan</i> keadilan dan kebersamaan dalam ke<i>Bhineka Tunggal Ika</i>an, persis sesuai dengan fungsi dan amanat UUD dan peraturan-peraturan dibawahnya yang berlaku. Dan kasus-kasus lainnya besar-kecil, berskala sangat sederhana sampai yang sangat prinsipiil dalam kehidupan ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dst. dst... </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Untuk yang negatif</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Misalnya kasus <i>campur-tangan</i> orang tua pada kehidupan anak-anaknya dalam banyak hal, <i>yang tak semestinya dicampuri</i>. Termasuk anak dipaksa harus jadi insinyur atau dokter padahal anaknya nyata-nyata tidak tertarik pada ilmu-ilmu eksakta. Atau orangtua yang artis besar memaksakan anak-anaknya mengikuti jejaknya padahal anak-anaknya lebih berminat pada profesi-profesi lain. Atau anak yang sedang tumbuh dipaksa memikul beban tugas yang bukan porsinya, atau yang intervensi yang seakan-akan sederhana saja seperti seorang bapak mengajari anaknya melukis dengan memegang tangan si anak agar tangan sikecil itu mengikuti kemanapun <i>maunya</i> tangan si bapak, jadi yang terlukis adalah lukisan si bapak, sehingga kemerdekaan anak itu tertindas-musnah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus orang tua yang s<i>uka campur-tangan </i>dalam bentuk <i>mempengaruhi apalagi memaksakan kehendaknya </i>dalam banyak hal pada rumah-tangga anak-anaknya, seakan-akan demi kebaikan si anak. Kalau tidak dituruti maka si orang-tua itu lalu ngambek, menyalah-nyalahkan, bahkan ada yang merasa sakit hati malah menjadi sakit <i>stresslah, jantunganlah, leverlah,</i> <i>inilah itulah</i>, ga peduli <i>(atau ga tahu?)</i> akibatnya paling tidak anak-anak itu justru kesulitan bersikap mandiri</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus tokoh masyarakat yang merasa berpengaruh, berwibawa k<i>ajen-keringan</i>, merasa paling <i>miluhur </i>dan <i>winasis</i>, lalu seenaknya <i>memaksakan</i> ritual adat tertentu yang harus dilaksanakan oleh lingkungannya, padahal masyarakatnya tidak semua menyukai adat itu apalagi yang bertentangan dengan keyakinan dari sebagian besar masyarakat disitu. Sehingga yang terjadi berikutnya adalah <i>keresahan dan kekacauan.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus <i>dipaksakan </i>masuknya bahan-bahan konsumsi kebutuhan dapur dari <i>luar </i>yang digelontorkan dipasaran padahal produksi setempat untuk bahan-bahan yang sama sangat berlimpah tapi terpinggirkan dengan alasan kwalitas dst. <i>Intervensi </i>model inilah yang bener-bener <i>menjengkelkan, menyakitkan dan mempurukkan</i> perekonomian, bukan saja petani dan pekebun kita yang <i>dirugikan,</i> tetapi juga rakyat keseluruhan. Ini membuktikan <i>intervensinya</i> oknum-oknum yang punya kewenangan <i>(jelasnya penguasa yang berkolaborasi dengan produsen tertentu) </i>untuk keuntungan pribadi atau kelompok, sebab jika itu merupakan kebijakan pemerintah, <i>we lah brarti pemerintah bingung, ga ngerti yang bener itu yang bagaimana</i>, <i>apa ya mungkiiin? ga lah</i>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus dibangunnya ini-itu padahal kebutuhan riil masyarakat bukan bangunan itu tetapi bangunan lain yang lebih menyentuh hajat hidup atau kebutuhan masyarakat, sehingga dengan adanya bangunan-bangunan itu justru mengganggu, menelantarkan bahkan mematikan sendi-sendi kehidupan rakyat banyak, yang telah berfungsi dan eksis sebelumnya. Model <i>intervensi </i>seperti ini jelas <i>intervensi </i>kebijakan pemerintah didalam pemerintahan itu sendiri <i>(sebab jika kebijakan yang benar-benar mengikuti aturan perundang-undangan apalagi merujuk dan mengingat sebaik-baiknya amanat pembukaan UUD 45, pasti ga akan terjadi yang begituan, 'caya deh)</i>. Yang begituan jelas merupakan bukti konkrit tidak nyambungnya aspirasi rakyat dengan pemahaman yang dimiliki oleh sang pemegang kebijakan. Banyak yang mengistilahkan sebagai <i>kebijakan yang tidak membumi.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atau kasus-kasus, segudang kasus seperti yang telah sekian lama merebak berkembang luas sampai sekarang ini, sehingga bentuk atau <i>wujud intervensi itu menjadi begitu samar, menjadi barang absurd , barang yang dipakai untuk main-main, untuk memainkan perannya masing-masing, untuk bertahan tetapi juga untuk menyerang, untuk mengamankan sekaligus mencapai tujuan</i>. Pokoknya jika tidak teliti, tidak benar-benar diperhatikan <i>runutan</i> kisah dan statusnya sesuai tahapan-tahapannya, jika tidak <i>wening, </i>maka apakah itu <i>intervensi positif atau negatif</i>, atau apakah itu murni benar atau agak benar sudah ga jelas lagi, tetapi itu seakan sudah menjadi barang lumrah, wajar-wajar saja, yang pasti <i>intervensi </i>yang berstatus <i>negative </i>seakan sudah ga dipedulikan lagi sehingga bisa <i>dibilang ga ada yang negatif,</i> tumpang-tindih dan amburadul, dan itu semua “hanya” demi kemenangan (<i>berarti ada yang kalah….dan tunggu waktu pasti yang kalah akan membalasnya)</i>, bukan demi kemaslahatan yang tak mengenal istilah dan tujuan menang-kalah. <i>Last but not least</i>, yang menjadi masalah adalah ketika ini semua berlangsung di <i>elite </i>negeri ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Yuk, coba kita perhatikan sedikit saja contoh dari hamparan luas kejadian intervensi yang sesungguhnya negative atau tak seharusnya atau tak layak atau yang bahkan sudah melanggar aturan kebenaran yang dianut negeri ini <i>(baca UUD 45, Pancasila dan Nilai-nilai Luhur Perjuangan Kemerdekaan juga Kepribadian Bangsa atau jelasnya nabraki buday adiluhung)</i>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Contoh paling dan sedang “in” saat ini, kasus <i>Mr. Gayus.</i> Logika dan arus suara batin siapa yang tidak menyatakan <i>1000%</i> itu tanpa<i> intervensi</i>? Kasus <i>grasi</i> untuk para koruptor? Kasus <i>Bibit Candra</i>? Kasus seorang perwira dalam sekian hari melompat pangkatnya <i>(jadi ingat juga yang terjadi di Korea Utara, hiii..ko ra beda si..)</i>?<span> </span>Kasus-kasus umum terpidana yang b<i>erduit hukumannya cuma secuil tahun</i> dan selama ditahanan itupun <i>bebas melenggang </i>kemana-mana untuk tetap bisa menikmati apa saja <i>(perhatikan, pasti kenikmatan yang berstatus “maksiat”, mubadzir-mudharat dan kian jauh dari makna bertobat).</i> Mau contoh yang lebih banyaaak? <i>Capek nulisnya ah!.</i> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Maka kalau sekarang alam di negeri ini bergolak, bukankah itu juga akibat dari <i>intervensi negatif / campur tangan manusia </i>yang tak semestinya tak seharusnya tak layak bahkan jelas <i>SALAH </i>!. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Alloh SWT tak perlu berbuat apapun apalagi marah, tetapi <i>sistimNya-lah</i> (<i>yang telah diberlakukan sejak masa penciptaan alam semesta seisinya</i>) otomatis bergerak m<i>emencet tombol merah</i> bagi dan di status alam ini, dan alam itu masih bagian mikro-mikronya yaitu Indonesia. <i>ASTAGHFIRULLAAH.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show">Tulisan ini samasekali <i>belum mewakili</i> keruwetan yang berlangsung seperti tiada henti-hentinya ini.</span></span><br />
<span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show">Hanya karena kadang masih dipaksa untuk bersikap <i>excuse</i>, teruuus begitu, sementara kerusakan terus berlangsung kian <i>memperpuruk</i> seluruh kondisi hidup dan kehidupan ini... </span></span><br />
<span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show">Pun mengingat yg seperti ini sudah bukan sesuatu yg dipedulikan oleh <i>tidak sedikit </i>saudara kita sendiri, sehingga kadang memang melemahkan semangat dan berkecil hati utk membiarkan <i>hidup ini berlangsung dan dijalani begitu saja</i> asal punya pekerjaan tetap, masa dpn klga terjamin, punya papan tak kekurangan pangan dan pakaianpun bisa bertumpuk dilemari <i>(hingga karyawan rumah tangga atau msh banyak dipakai istilah "babu minimal pembantu" kecapekan gembrobyos nyetrika tak ada habisnya)</i> <i> </i></span></span><br />
<span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show"><i>ha ha ha capek deeh....</i></span></span><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show"><i>- Tenggarong, 14 Nopember 2010 -</i> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-16328978540740104322010-11-12T06:06:00.000-08:002010-11-12T20:31:45.052-08:00DATAN OWAH<div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: right;"><i><span style="font-size: large;">- Wong Embi Yen - </span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>Tan bakal bisa linirwakake</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>gumelar jembare pepiling edi</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>kang wus den ukir ana ing watu gunung</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing tetuwuhan pengkuh lan gegodhongan ijo</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing wedhi gisik lan dhasare samudra</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing pojok-pojok kutha lan karang padesan</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing mega putih kapas lan warnane kluwung</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing padang-jingglang awan lan ndhedhete wengi</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing panas terik bagaskara lan pasuryane rembulan ndadari</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing tetesing udan nggrejih lan pusere angin lesus</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>ing suka-rena gegojegan lan ombake nestapa lara lapa</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>kabeh pinatri sayekti sajroning netra lan sarandune pengangen</b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><i><span style="font-size: large;"><b>hamung lelumban ing segara madu kabagyan sih katresnan tulus </b></span></i></div><i><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><b>duh sigaraning nyawa</b></span></i><br />
<i><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><b>papanmu ana telenging atiku </b></span></i><br />
<br />
<div style="text-align: right;"><i><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: large;">- 6 Februari 2010 - </span></i></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-17406653819611061552010-11-11T00:09:00.000-08:002010-11-11T00:47:41.056-08:00(GURIT JRIH TINILAR - Serial Refleksi Pasca Romadhon 1431 H)<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span style="color: black; font-family: "Monotype Corsiva";">- Wong Embi Yen -</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: "BernhardMod BT";">JRIH TINILAR</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Linambaran raos mongkoging manah amargi sedaya nikmatiPun tansah kajiwa kasilira</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">sinartan raos bombong amargi tansah jinangkung ing sih pangayomaniPun</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">dalah raos gumbira amargi maksih pinaringan kesempatan</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">ananging ugi kinanthen raos duhkita badhe tinilar wulan utami</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Lelandesan keyakinan lan kapitadosan lair tumusing batos</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">panjenganiPun Gusti Alloh sayektos datan saget kininten karenaniPun</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">pindha kawistingal nggelar pasamuan agung nyuntak segara madu</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">nguningani para hambaniPun sami ndheku manungku manembah</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">tumungkul asung panuwun tetawan tangis kabagyan</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">pinaringan gesang kabalebeg kebak ing sih katresnaniPun</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Duh Gusti Alloh Ingkang Nyipta Saindenging Jagad Raya</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Ingkang Murba Wasesa Gesang lan Panggesanganing sadhengah makhluk</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Ingkang Ngasta Kodrat Iradat Inayah Hudan ugi Adzab</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Ingkang Ngasta Panguwaosing Kiyamat Surga miwah Neraka</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">mugya saestu paring aksama dumateng kawula ingkang kebak ing sia-sia</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">ingkang taksih kabuntel ndhut kanisthan klebus hawa-nafsu kadonyan </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">ingkang mawongsal-wangsul mangsuli seganten kadurakan kalimput ing kalepatan</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Ya Robbanaa dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarkhamnaa lanakuunanna</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">minal khoosiriin</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">amiin ya Robbal alamiin </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: small;"><span style="color: black;">ya Arkhamar Rookhimiiin</span></span><span style="color: black; font-family: "Monotype Corsiva";"></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><br />
<span style="color: black; font-family: "Monotype Corsiva";">- 6 September 2010 -</span><br />
<span style="color: black; font-family: "Monotype Corsiva";">(Serial refleksi pasca Romadhon 1431 H) </span></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-57755670910392008432010-11-10T23:22:00.000-08:002010-11-10T23:52:50.564-08:00SELURUHNYA MANIS BELAKA<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>- <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> -</i><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1.3pt;"> </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">Takkan terlupakan </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">luasnya kenangan terhampar </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">yang telah kita ukirkan dibebatuan</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">dipepohonan didedaunan dipasir pantai</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">ditengah dan pojok-pojok kota dipedusunan</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">diawan diwajah rembulan dan ditubuh pelangi </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">diterang-benderangnya siang digelapnya malam</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">dirintik hujan ditengah badai diteriknya matahari</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">digelimang canda-tawa dipuncak-puncak nestapa </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">Seluruhya terpateri nyata diruang mata dibenak</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">di keempat dinding dilangit-langit didasar hati</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">Disegenap penjuru ruang itu semata berisi</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">kebahagiaan dalam cinta-kasih-sayang</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">bersamamu duhai bidadariku</span></b><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1.3pt;"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;">belahan jiwaku</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="color: black; font-family: Occidental; font-size: 18pt; letter-spacing: 1pt;"> </span></b></div><div align="right" class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: right;"><span style="font-size: small;"><i><span style="color: black; letter-spacing: 1pt;">- 3 September 2010 -</span></i></span></div><span style="font-size: small;"><i><span style="color: black; letter-spacing: 1pt;">(Puisi lama yang tak kenal usang</span></i></span><i>) </i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><div class="photo photo_none"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img class="img" height="400" src="http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs208.ash2/47171_149995725021949_100000345671204_325076_948449_n.jpg" style="width: 393px;" width="245" /></div><br />
<div class="photo_img"></div></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-32402908305341240042010-11-10T23:15:00.000-08:002010-11-10T23:18:04.103-08:00CIKAL BAKAL<div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>- <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> -</i></div></div><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: large;">Ketika buah itu dimakannya<br />
saat itulah dimulai adanya<br />
baik buruk benar salah <br />
berat ringan suka duka<br />
sebelumnya hanya kebeningan<br />
<br />
Seratus tahun saling mencari<br />
disegenap ruang dan waktu <br />
hikmah demi hikmah didapat<br />
pengalaman menjadi pelajaran <br />
sampai tiba saat jumpa kembali</span><br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><i><span style="font-size: small;">- 7 Juli 2010 - </span></i></span></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-35392489752310379652010-11-10T23:01:00.000-08:002010-11-10T23:01:49.932-08:00KEPADA KITA (Serial Refleksi 65 Th HUT RI)<div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg" style="text-align: right;"><i>- <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> -</i></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div> <br />
Pintar dan bodoh<br />
keduanya kata sifat<br />
sebagiannya cerminan dasar intelektualitas<br />
sebagian lainnya kesempatan mengolah otaknya<br />
kebaikan atau kerusakan tak terlalu bergantung kepadanya<br />
<br />
Cerdas dan dungu<br />
keduanya perwujudan sikap dan perbuatan<br />
cerdas tidak musti pintar dan dungu belum tentu bodoh<br />
keduanya meliputi sikap intelektual, emosional dan spiritual<br />
dampak kebaikan atau kerusakan dipengaruhi olehnya.<br />
<br />
Jujur dan dusta<br />
keduanya wujud sifat dan sikap<br />
mewakili kebenaran dan kebatilan<br />
dan perbuatan keduanya berdampak masing-masing<br />
kian besar dan kuatnya akan kian besar dan luas pula<br />
seluruh kebaikan atau kerusakan berpangkal darinya.<br />
<br />
Pintar, cerdas dan jujur jika dimiliki<br />
bangsa ini akan bangun dan termangu<br />
lalu tersadar kemudian merubah diri<br />
bertindak nyata untuk kebaikan kembali. <i>(amiiiin…)</i><br />
<br />
Tetapi jika berkepanjangan dalam kebodohannya<br />
larut bahkan cuek dengan kedunguannya<br />
dan tak mau menghentikan kebiasaan dustanya<br />
tak mustahil Sang Penentu menimpakan laknatNya.<br />
<br />
Dan jika sudah dicengkeram laknat<br />
maka lembaran-lembaran kisah hitam<br />
yang masih terus ditulis sampai detik ini<br />
bukan apa-apanya! <i>(na’udzubillaah..)</i><br />
<br />
<div style="text-align: right;"> <i>- Tenggarong, 16 Juli 2010 -</i></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-54457462561353219452010-11-10T22:55:00.000-08:002010-11-10T22:55:15.793-08:00REMOTE CONTROLE<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>- <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen -</a></i> </div></div><br />
Tiga uraian airmata dari emosi berbeda dalam 10 menit : <br />
Duduk sendirian didampingi remote controle cukuplah leluasa menjelajahi kisah-kisah saat ini.<br />
<br />
<i>Klik,</i> <i>pemandangan anak-anak pintar</i> : Juara Matematika dan Fisika Sedunia, spontan kedua tangan ini bertepuk panjang, bibir menyungging senyum dari hati yg menangis haru.<br />
<br />
<i>Klik</i>, <i>pemandangan anak-anak malang</i> : Anak usia SD yg tak sekolah karena orang tuanya tak mampu menyekolahkan, lalu bangunan sekolah di berbagai kota yg teramat mengenaskan (andai saja anakku sekolah disitu, apa sikapku?), selanjutnya seorang lagi anak yang konon menderita kurang waras di”kurung” disebuah ruangan sempit kumuh..senyum yg tadi menyungging seketika hilang dan airmata bercucuran kian deras...pedih.<br />
<br />
<i>Klik</i>, <i>pemandangan Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat</i> yg lux, lengkap dan.. merana (ga ada yg nyamperin apalagi baca2) dan para anggota Dewan yg Terhormat sibuk “study banding” ke Eropa, Amerika dst, dengan ditunjang anggaran yg setiap tahun membumbung tinggi (kmarin naik 50%)..maka airmata ini habis..telapak tangan mencengkeram kuat-kuat dan gigi bergemeretak.<br />
<br />
<div style="text-align: right;"> <i>Tenggarong, 15 Juli 2010</i></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-19574397869970967112010-11-10T17:20:00.000-08:002010-11-15T05:54:26.303-08:00IRONI (Serial Refleksi HUT RI ke 65)<div><h2 class="uiHeaderTitle">IRONI SEBUAH NEGERI</h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 09 Agustus 2010 jam 14:27</i></div><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>(Pindahan dari FB Wong Embi Yen) </i></div></div><b></b><br />
<br />
Dibelahan timur bumi ada sebuah negeri yang sangat <i>eksotis indah menawan hati</i> siapapun yang melihatnya.<br />
Seluas dan sejauh mata memandang hanya tampak pemandangan hijau segar menyelimuti segenap hamparan daratannya yang berpulau-pulau. Disetiap pulaunya berlembah berbukit bahkan disana-sini tampak gunung-gunung menembus awan menyentuh langit, dan gugusan pulau itu berbingkai warna biru muda dan biru tua. Jika dilihat dari posisi lebih tinggi lagi maka panorama itu tepat di garis tengah bumi, katuliswa.<br />
<br />
Jika ditanya kepada orang yang belum mengenalnya maka jawaban yang paling tepat untuk mewakili penyebutannya tentu tak jauh-jauh dari <i>“Negeri Indah” “Negeri Eksotik” “Negeri Hijau” “Negeri Subur Makmur” “Negeri Kepulauan Elok” “Negeri Impian” “Negeri Surga”</i> dan tentu masih banyak lagi sebutan yang mengungkap realitas panorama keindahannya. Maka banyak orang yang sepakat menyematkan sebutan baginya <i>“Zamrud Katulistiwa”</i><br />
<br />
Apalagi bagi yang bisa melihat dengan kecanggihan teknologinya dengan penginderaan satelit yang dapat menembus aneka kandungan disekujur tubuhnya maka orang akan kian takjub. Selain hamparan hutan dan sumber air tawar, serta laut dan samudranya yang penuh biota laut berhias mutiara. Perutnya penuh kantong-kantong minyak dan gas, batubara, emas, intan bahkan uranium, dan banyak lagi material yang sangat dibutuhkan setiap makhluk untuk hidup sehat dan makmur. Maka mereka itu, jika diminta menyebut negeri itu, akan cepat menyatakan ungkapan hatinya <i>“Negeri Kaya” “Negeri Mandiri” “Negeri Segala Ada” “Negeri Swalayan” “Negeri Hypermart” “Negeri Minyak” Negeri Emas” “Negeri Batubara” “Negeri Kayu” “Negeri Ikan” atau “Negeri Yang Kudambakan”</i> dan pasti masih sangat banyak yang pantas disematkan untuk mengekpresikan kekayaannya. Dengan kekayaan yang segala kebutuhan hidup dimilikinya, maka logikanya pasti penduduk negeri itu tak pernah mengalami kesulitan dan tak pernah mengenal arti kekurangan. Tak salah jika banyak yang sepakat menyebutnya sebagai negeri<i> “Ratna Mutu Manikam” </i><br />
<br />
Oleh para <i>perintis</i> yang belum terlalu jauh dari zaman ini, negeri itu dijuluki <i>Nuswantoro</i> yang terhampar dari Madagaskar sampai ujung timur Papua, dari Ujung utara Borneo sampai pulau-pulau selatan Jawadwipa. Dan oleh angkatan 1900 disebut <i>Nusantara</i> yang berarti kepulauan yang diapit oleh Benua Asia dan Benua Australia. <br />
<br />
Oleh bala penjajah Eropa, negeri ini disebut <i>“Indian Archipelago atau Indische Archipel atau Kepulauan Hindia"</i>. Ada juga yang menyebut <i>“Oost Indie atau Hindia Timur" </i>kadang disebut juga <i>L'Archipel Malais.</i> Dan karena Belanda yang merasa paling berhak menguasai negeri itu maka mereka memberikan julukan <i>“Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indie”.</i> Kesepakatan dilingkungan Negara-negara Eropa yang lama <i>berpesta-pora makan kue lezat</i> <i>dan minum lautan madu</i> negeri-negeri asia dan sekitarnya itu, khusus untuk membedakan negeri ini agar tidak rancu dengan sebutan wilyah-wilayah jajahan lainya maka diperkenalkan sebutan khusus <i>Indonesia</i> yang sebelumnya sudah dinamai <i>Indunesians</i>. Maka mulai saat itulah negeri zamrut katulistiwa Nusantara ini disebut Indonesia.<br />
<br />
Pada gilirannya kemudian<i> founding-fathers </i>secara resmi menyebut <i>Indonesia </i>sebagai nama sahih negeri ini sampai detik ini dan untuk selamanya!. Sebuah negeri kaya raya nan indah permai, <i>gemah ripah loh jinawi</i>, yang wilayahnya meliputi seluruh pulau yang membentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Sebuah negeri yang seluruh penduduknya sepakat dan bersumpah setia menyebut negeri miliknya ini <b>Negara Kesatuan Republik Indonesia.</b><br />
<br />
Namun sejak berdirinya, berbagai ujian berat dan cobaan penderitaan seakan tak pernah henti mendera negeri ini, hingga keindahan dan kekayaan negeri ini seakan tak banyak yang dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduknya. Keterbelakangan kecerdasan, kesehatan dan kesejahteraan lahir batinnya seakan <i>jauh panggang dari api,</i> tak sekedar <i>seperti burung dalam sangkar indah</i> dan terpelihara di istana raja-raja, tetapi lebih mirip <i>katak yang terpenjara kesakitan dan kelaparan tanpa daya didalam tempurung</i> dikolam puri indah keputren sang maharani. <br />
<br />
Siapa yang menyangkal dan menganggap <i>isapan jempol</i>, betapa tidak sedikit penduduk yang belum pernah mengenyam sejumput saja hasil berlimpah kekayaan negeri ini, sehingga tak pernah terpikir bagaimana menikmati kenyamanan hidup, kecuali hari-hari harus bergulat dan berburu dalam serba batas minimal, demi apa yang bisa dimakan <i>besuk</i>, itupun dengan selalu harus me-<i>nega</i>-kan hari ini perutnya melilit kesakitan. Jangankan untuk mencerdaskan otaknya, jangankan marasa perlu menjaga kesehatan tubuhnya, jangankan berfikir masa depan yang semestinya. Tidak, mereka bermimpipun takkan berani. Bagaimana mereka bisa mimpi indah sementara mereka tidak faham seperti apa yang disebut hidup nyaman. Sungguh tak terhitung sorot mata yang menatap masa depan dengan tatapan yang tak pernah berbinar, kecuali kosong belaka. <br />
<br />
<i>(ini bagian dari refleksi Indonesia 65 tahun, tp terusnya nanti ya, merenung dulu he he..)</i><br />
<br />
<b>Lanjutannya :</b><br />
<br />
Sampai diusianya yg beberapa hari lagi <i>65 tahun</i> ini, harapan masih terus berlangsung sebagai harapan belaka, cita-cita masih terus diawang-awang. <br />
<br />
Cita-cita tegaknya keadilan untuk menikmati sejuknya naungan payung hukum yang berlaku sama dan proporsional, dan kemakmuran bagi setiap individu anak bangsa untuk memperoleh hak meningkatkan taraf kecerdasan, penjagaan kesehatan dan kesejahteraan sandang pangan dan papan. <br />
Dengan terpenuhinya keadilan dan kemakmuran maka bangsa ini akan dapat leluasa dan nyaman mengabdikan diri mengisi kemerdekaan dan memajukan negeri ini. <br />
Segenap warga negara akan dapat mengekspresikan dirinya dalam kebersatuan dan kedaulatan penuh rasa percaya diri dan kebanggaan dalam kebersamaan, tidak saja untuk kemaslahatan Indonesia tetapi juga berkiprah dilevel internasional, dengan kehormatan martabat yang nyata, sehingga tidak satupun bangsa lain memandang sebelah mata dengan mulut mencibir karena memandang <i>ironi </i>yang tak henti-henti.<br />
<br />
Segala potensi positif untuk mendapatkan derajat martabat yang tinggi dimata dunia itu sesungguhnyalah dimiliki bangsa dan negri ini. Sebagaimana negara-negara lain yang mendunia dengan penuh kebanggaan, berbekal entah sumber daya alam atau sumber daya manusianya, atau kedua-duanya. Indonesia teramat nyata tak kekurangan apapun. Sehingga realitanya justru karena itulah maka seakan tak henti-hentinya negara-negara lain berebut pengaruh dan dari waktu ke waktu, berusaha untuk tetap bisa mengendalikan dan mengambil keuntungan dari negeri ini.<br />
<br />
Mengapa Negara-negara lain itu dapat leluasa mengendalikan dan mengambil keuntungan dari negeri ini?.<br />
Pertanyaan <i>klasik</i> ini mungkin tak terlalu merisaukan bagi bangsa yang tak cukup memiliki sumber daya, mereka akan dapat dengan cepat interospeksi diri. Namun justru bangsa-bangsa yang seperti itu telah banyak yang mampu bangkit dengan segala keterbatasannya dan berhasil duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih dulu maju, sehingga mereka masuk dijajaran Negara-negara Maju, mereka telah nyaman dengan sematan pin emas <i>“First Class Members”. </i><br />
<br />
Pin yang membedakan dengan Negara-negara Dunia Kedua apalagi Ketiga. <br />
Pin yang sangat menentukan siapa mengendalikan siapa, siapa yang harus menurut siapa. <br />
<br />
Pin yang nyata menjelaskan pengertian “<i>sorry, as you see, anda belum berhak bicara disini karena anda masih berstatus negara terbelakang”</i><br />
atau “<i>ohya please be patient sajalah, definitly, seperti biasanya kami dengan senang hati dan sepenuh daya dan fikiran memberikan segala kebutuhan anda untuk memajukan negri anda” </i><br />
<br />
atau <i>“This is it sir, especially just for you” </i><br />
<br />
Ucapan-ucapan itu mereka katakan dengan senyum teramat manis dan menyejukkan hati, sambil bersedekap tangan dibelakang kita yang sedang menandatangani perjanjian, yang mengikat seluruh anak bangsa sampai ke anak-cucu tujuh turunan. <br />
<br />
Maka secara teratur sumber daya alam negri ini berangsur-angsur harus tetap diantarkan ke negri mereka.<br />
<br />
<i>(ini bagian dari refleksi Indonesia 65 tahun, tapi terusnya nanti lagi ya, capek juga si he he..)</i><br />
<br />
<b>Lanjutannya lagi :</b><br />
<br />
Tak adil rasanya jika cuma mengulas <i>campur-tangan asing,</i> seakan malah mengalihkan kesalahan dan kelemahan diri sendiri dengan mengkambing-hitamkan orang.<br />
Maka pertanyaannya :<br />
<i>Mengapa negeri ini masih saja belum dapat meraih cita-cita adil dan makmur sebagaimana yang diikrarkan 65 th lalu? </i><br />
<br />
Cita-cita yang menyertai kemerdekaan, yang dicanangkan didalam mukadimah UUD 1945 dan diterjemahkan didalam batang tubuhnya. yaitu <i>bersatu, berdaulat, adil dan makmur.</i><br />
<br />
Kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain, bebas untuk menentukan nasib sendiri, bebas mewarnai wajah negeri dengan ekspresi jiwa yang berdaulat, bebas dari campur tangan-tangan yang tak diundang, bebas mencari dan meraih keberhasilan dan kebanggaan tanpa tekanan aturan orang lain, bebas mengaplikasikan diri merengkuh keyakinan masing-masing sebagai landasan titik tolak kemaslahatan hidup dunia-akhirat, bebas membuat kesepakatan dengan saudara sebangsa mencanangkan cita-cita bersama, dan dilaksanakan demi kejayaan bersama dalam kerangka berbangsa dan bernegara Republik Indonesia. <br />
<br />
<i>Bersatu </i>sebagai sebuah bangsa mandiri yang dilandasi kesamaan nilai-nilai luhur budaya bangsa, kesamaan dan kedekatan kepribadian dan etnis. kesamaan rasa senasib-sepenanggungan, kesamaan ideologi dan religi dalam bingkai <i>Bhineka Tunggal Ika</i>, kesamaan kesadaran berbangsa yang satu Indonesia. <br />
<br />
<i>Berdaulat </i>sebagai sebuah bangsa yang memilik simbol-simbol identitas perekat bangsa sebagaimana para pemuda mengangkat <i>sumpah bersama mengakui bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu Indonesia</i>. Bangsa yang mengakui Pancasila sebagai ideologi kebangsaannya, mengakui Bhineka Tunggal Ika, mengakui para pendiri negaranya yaitu para bapak bangsa <i>(founding fathers),</i> mengakui para pahlawannya dengan Nilai-nilai Luhur 45-nya, dan meyakini kedaulatan ditangan bangsa Indonesia.<br />
<br />
<i>Adil </i>sebagai sebuah bangsa yang sadar akan aturan yang harus ditegakkan sebagai pilar kebangsaan untuk meraih hidup dan kehidupan yang aman tentram dan damai, sebagai payung yang menaungi kebersamaan dalam keaneka-ragaman budaya dan agama didalamnya, yang hidup berdampingan sebagai sesama saudara sebangsa, sebagai wujud kebersamaan yang menempatkan hak orang lain harus dijaga dan dihormati sebagaimana setiap individu memperlakukan haknya, sehingga tidak ada siapapun yang merampas hak orang lain yang dimata hukum setiap warga negara <i>duduk sama rendah berdiri sama tinggi</i>, sebagai tonggak kesadaran bersama untuk setiap individu melaksanakan kewajiban sebagai warga negara dengan sebaik-baiknya, sebagai bentuk pengakuan sekaligus ketaatan kepada etika, martabat dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian terciptalah kehidupan yang harmonis dan sentosa dipersada Nusantara ini.<br />
<br />
<i>Makmur</i> sebagai sebuah bangsa yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang tercukupi segala kebutuhan hidupnya lahir-batin. <i>Makmur</i> oleh terpenuhinya kebutuhan kecerdasan sebagai modal meraih masa depan yang baik, yang tak goyah oleh berbagai kendala yang mungkin menimpa, tak tergelincir oleh tipu-daya, tak hancur oleh bujuk-rayu, tak terhasut oleh provokasi menyesatkan, dan memahami keluasan makna hidup bersama sebagai warga negara Indonesia, lengkap dengan hak dan kewajibannya. <i>Makmur</i> karena terpenuhi kebutuhan penjagaan kesehatan lahir batinnya, untuk tak terdera oleh kelemahan atau rintih kesakitan raga sehingga menghambat ruang gerak rutinitas kegiatan duniawi dan ibadahnya. Juga tak terganggu oleh aneka masalah kehidupan yang dapat menggoyahkan stabiltas jiwanya. <i>Makmur </i>karena tercukupinya kebutuhan dasar manusia yaitu sandang pangan dan papan. Dengan kemakmuran yang dimiliki oleh setiap individu warga Negara didukung oleh perikehidupan masyarakatnya yang <i>berkeadilan</i> dimana hak azasi manusia dilindungi oleh aturan hukum yang <i>berlaku sama </i>bagi setiap warga negara, maka negeri ini dapat disebut negeri adil makmur sentosa, <i>gemah ripah loh jinawi</i> sebagaimana cita-cita yang dicanangkan didalam mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 yang mengiringi Proklamasi Kemerdekaan dan lambang Garudanya.<br />
<br />
Namun, perjalanan dari tahun ke tahun negeri ini ternyata tidak mudah. Berbagai persoalan mendasar tak kunjung dapat diselesaikan. Kompleksitas perikehidupan yang ada didalamnya tak mudah untuk ditata dan dalam pelaksanaannyapun tak mudah dijaga, belum lagi secara bersamaan harus berinterkasi dengan arus pergerakan bahkan pergolakan politik maupun perekonomian dunia yang cenderung didominasi sistim liberal, <i>siapa yang kuat menang. </i><br />
<br />
Sampai hari ini, hampir 65 tahun usia negeri ini, pergantian kepemimpinan nasional telah berganti 6 kali, tetapi sebelum yang keenam sekarang ini harus dengan proses pergantian yang tidak dapat dikatakan normal, sehingga praktis <i>negeri ini kesulitan untuk naik kelas</i>. Negeri ini ditinjau tingkat kemiskinan penduduk serta ilmu dan teknologi oleh dunia maka negeri ini masih termasuk dalam kelompok negara ketiga, kalau tidak mau disebut terbelakang. Artinya data-data statistik yang berlaku umum didunia menyatakan bahwa bangsa ini masih dirundung kemiskinan ekonomi serta keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />
Sehingga persoalan internal bangsa ini yang sedemikian majemuk tak mudah diselesaikan oleh bangsa ini sendiri masih ditambah dengan multi persoalan global, menjadikan negeri ini sulit membangun diri.<br />
Sedemikian banyak teori telah dijejalkan dan ditumpahkan untuk membuat aturan dan sistim, yang kemudian resmi diterapkan, tetapi dalam perjalanan pelaksanaannya seakan selalu membentur berbagai dinding yang menghalang dan batuan yang menghambatnya. <br />
<br />
Tanpa harus menyinggung pergulatan perebutan kekuasaan dengan segala kehebohan bidang politiknya, tanpa mengurangi bobot persoalan bidang pertahanan kesatuan negara yang harus diakui tidak ringan, maka persoalan kesejahteraan menjadi masalah besar yang nyata tak pernah mencapai peningkatan yang baik.<br />
<br />
Ketika sebagian mengklaim perekonomian negara membaik bahkan ada sebagiannya yang dengan lantang menyatakan sangat optimis, maka realitas dimasyarakat berkata lain, dan cerita seperti itu dari waktu ke waktu selalu berulang menjadi kisah klasik tetapi masih terus berlangsung. <br />
<br />
Dampak yang ditimbulkan dari satu masalah ini nyaris menjadikan bangsa ini <i>tertatih-tatih</i> kesulitan untuk bergerak maju. Maka yang terjadi dikesehariannya adalah kehebohan <i>ego sentries,</i> saling klaim kebenaran versi masing-masing, pertengkaran politik individual maupun kelompok, yang pada gilirannya telah menyulut sendi-sendi kebersamaan kehidupan beragama, budaya kesukuan dan kedaerahan. Itu semua menjadi problem-problem yang campur-aduk dan kian membebani pengelolaan negeri ini, yang kian menyulitkan untuk melepaskan diri dari keterbelakangan. Sehingga ketika dunia mengalami guncangan ekonomi maka didalam negeri terjadi krisis multi-dimensi. Krisis yang sekaligus mematahkan klaim tercapainya kemakmuran, sementara realitasnya semu. Salah satu contoh penyebabnya adalah ketergantungan negeri ini kepada beban pengembalian hutang yang menumpuk tinggi, tak pelak berakibat kekuatan luar leluasa menyetir sistim moneter negeri ini.<br />
<br />
Konsekwensi logis dari beban itu tentu tak lain harus terus-menerus secara besar-besaran mengeduk dan menyedot segala jenis sumber daya alam dan juga membebankan kepada warga negaranya.<br />
<br />
Perilaku kegiatan perekonomian yang mengakibatkan kondisi<i> tambal-sulam</i> itu tak mudah ditinggalkan dan masih terus berlangsung hingga kini. Kebijakan demi kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh setiap pemegang kekuasaan dengan dukungan sekian ekonom belum mampu menyelesaikan persoalan pemenuhan hak kesejahteraan bangsa. Angka kemiskinan dan pengangguran tak kunjung berkurang, daya beli tak kunjung meningkat, berita derita-nestapa rakyat disana-sini tanpa lekang memenuhi layar kaca dan koran, pemandangan buram tak kunjung berganti terang. Wajah pembangunan bidang ekonomi negeri ini selalu terkesan tak berfihak kepada bangsanya, bergeser dari kesepakatan para pendiri negeri yang ditulis didalam kitab undang-undang dasar negeri ini. Tetapi, yang sungguh menakjubkan adalah <i>kelenturan bangsa ini</i>, diterjang, dibelenggu, dikurung, dirajam, tetap saja masih dapat bertahan, syukurlah. Semoga kekuatan ini akan tetap lekat dan kian dijiwai demi meraih kejayaan negeri ini, amiiin.<br />
<i>(belum selesai lagi nih hhhh.. nanti disambung lagi deh he he ...)</i>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-8117905045884502302010-11-10T17:09:00.000-08:002010-11-10T17:09:20.750-08:00MUDIK MUDIK MUDIIIIK (Serial Romadhon 1431 H)<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 07 September 2010 jam 23:41</i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><br />
<strong>MUDIK</strong><br />
<strong>(Kesediaan Kesempatan Kegembiraan dan Pengharapan)</strong><br />
<br />
Kesedian untuk menempuh jarak yang tak dekat dengan segala resiko dan konsekwensinya<br />
lelah yang tak segera terobati dan musti dipaksakan, ngantuk yang tertahan, lusuh yang tak terpedulikan, pemandangan indah sepanjang jalan yang tak merasuk kehati, polusi yang dibiarkan memenuhi paru-paru, ancaman bahaya yang sengaja direlakan mengiringnya, dan masih segebung kesediaan lainnya juga bahkan tak sedikit yang mengorbankan puasanya dengan menggunakan hak musafirnya.<br />
<br />
Kesempatan tepat mengisi liburan untuk silaturakhim, sungkem kepada sesepuh pini sepuh dan mereka yang dituakan, menyambung balung apisah, mempererat tali persaudaraan, mengenang kebersamaan silam, bahkan ada yang untuk memperbaiki keretakan hubungan, mengunjungi tempat-tempat sejuta kenangan bahkan ziarah ke makam pribadi-pribadi yang tercinta yang dikasihi yang disayangi yang dekat-lekat dan yang dihormati, berbagi rizki berbagi rasa berbagi hikmah dan pemahaman, dengan kesyahduan tatapan mata, ulasan manis senyuman dan kelembutan sentuhan-sentuhan.<br />
<br />
Kegembiraan yang tampak terungkapkan maupun tak terkatakan oleh tersambungnya kebersamaan, berjumpa dengan mereka yang ada dihati dan ingatan, memandang menyentuh dan merasakan segala yang menjadi kenangan masa silam, merengkuh kembali segenap nuansa kesejarahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, bahkan seakan kembali menjadi siapa dirinya yang dulu.<br />
<br />
Pengharapan bagi dirinya yang datang dan bagi mereka yang didatangi, kebaikan dan keabadian rasa kebersamaan, ketulusan keikhlasan kemurnian dan kesejukan batiniah semua yang melekat sebagai bagian dirinya<br />
<br />
Ia perilaku yang menjadi budaya, pemenuhan naluri kemanusiaan yang bermakna kemuliaan, yang menghendaki tak tercerabut dari akarnya, yang melestarikan nilai-nilai keturunan, kekerabatan, persahabatan, lingkungan masa kecil masa remaja masa pendewasaan dan tumpah darahnya<br />
<br />
Ia perlu dijaga dari kebanggaan dan kepuasan berlebihan, agar tetap terukur dapat diterima dan dapat dibenarkan<br />
Ia musti selalu disadari untuk tak pernah diselewengkan oleh nafsu-nafsu yang tak menentu dan tak perlu apalagi yang justru merusak nilai kemuliannya<br />
Dan ia tak boleh dipaksa-paksakan disaat dalam berbagai keterbatasan.<br />
<br />
Ia tak terasa dan tak disengaja menjadi bagian tak terpisahkan dari momentum indah ‘Idhul Fitri di negri ini.<br />
<br />
Bagaimanapun ia memang indah.<br />
<br />
<div style="text-align: right;"> </div><div style="text-align: right;"><span style="font-style: italic;"></span><i>- 7 September 2010</i> -</div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><img class="img" src="http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs434.snc4/47714_151103714911150_100000345671204_330724_4116201_n.jpg" style="width: 393px;" /></div></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-66879455690838949692010-11-10T17:05:00.000-08:002010-11-10T17:05:33.111-08:00ROMADHONKU (Serial Romadhon 1431H)<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 05 September 2010 jam 16:49</i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div> <br />
<div style="text-align: center;"> <strong>ROMADHON DUHAI ROMADHONKU</strong></div><div style="text-align: center;"> (Akan Segera Meninggalkanku)</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Sebulan penuh Dia mengundang tamuNya</div><div style="text-align: center;">disuguh senyuman ramah pandangan kasih sayang</div><div style="text-align: center;">dan segenap kenikmatan yang paling diinginkan tetamu</div><div style="text-align: center;">tanpa batas yang dapat dibayangkan</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Tetamu yang dimuliakan</div><div style="text-align: center;">di bulan mulia</div><div style="text-align: center;">waktu-waktu terutama</div><div style="text-align: center;">hari-hari utama</div><div style="text-align: center;">malam-malam utama</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Bulan yang saat-saat kian dekat akhirnya</div><div style="text-align: center;">Rasulullah dan para sahabatnya melaut airmata kesedihan</div><div style="text-align: center;">peluang yang tiada lainnya lebih berharga</div><div style="text-align: center;">akan segera pergi</div><div style="text-align: center;">dan mungkin takkan berjumpa lagi</div><div style="text-align: center;">dengan bulan</div><div style="text-align: center;">yang permulaannya rahmat</div><div style="text-align: center;">pertengahannya ampunan</div><div style="text-align: center;">akhirnya pembebasan dari neraka</div><div style="text-align: center;">pencapaian manusia sempurna</div><div style="text-align: center;">surga didepan mata</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Bulan yang mana lagi yang didalamnya</div><div style="text-align: center;">sepercik amalpun berbalas pahala</div><div style="text-align: center;">bahkan nafas menjadi tasbih</div><div style="text-align: center;">tidur bernilai ibadah</div><div style="text-align: center;">segenap doa diijabah</div><div style="text-align: center;">segalanya berkah</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Ya Alloh duhai Dzat Yang Maha Penentu</div><div style="text-align: center;">jangan pisahkan hamba dengan romadhonMu</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Ya Robb duhai Dzat Yang Maha Pengasih</div><div style="text-align: center;">ridhoi kami yang hina papa tanpa setitikpun kekuatan</div><div style="text-align: center;">kecuali kekuatan yang sepenuhnya milikMu kehendakMu ini</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Duh Gusti Allooooooh…..</div><div style="text-align: center;">hamba tak pantas menerima undanganMu</div><div style="text-align: center;">hamba tak layak menghadiri majlisMu</div><div style="text-align: center;">hamba takut menjadi tamuMu</div><div style="text-align: center;">apatah yang patut hamba ungkapkan kepadaMu</div><div style="text-align: center;">karena tiada lagi yang mampu hamba katakan</div><div style="text-align: center;">segenap kata tercekat dikerongkongan</div><div style="text-align: center;">mata ini tak kuasa lagi melihat</div><div style="text-align: center;">kening ini pepat</div><div style="text-align: center;">dada ini sesak airmata</div><div style="text-align: center;">jiwa ini remuk redam</div><div style="text-align: center;">tertindih batu</div><div style="text-align: center;">penuh sesal</div><div style="text-align: center;">sesal</div><div style="text-align: center;">hanya sesaaaal</div><div style="text-align: center;">…………………………………….</div><div style="text-align: center;">tinggallah semata hamba bergantung pada</div><div style="text-align: center;">Engkau Yang Maha Tahu.</div><br />
<div style="text-align: right;"><i>- 5 September 2010 -</i></div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><img class="img" src="http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs609.snc4/58976_150327114988810_100000345671204_326788_2940182_n.jpg" /></div></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-52811629608456126322010-11-10T16:43:00.000-08:002010-11-10T16:43:05.033-08:00DIKIRA BENCANA ALAM TAK ADA HUBUNGAN DENGAN PRILAKU MANUSIA<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIIntentionalStory_Names" data-ft="{"type":"name"}"> </span><span style="font-size: large; font-weight: normal;"><span class="UIStory_Message" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Masih ada juga yang menganggap bahwa bencana seperti Tsunami Mentawai dan erupsi Merapi yang terjadi beruntun sekarang ini murni fenomena alam, siklus alam, pergerakan alam atau apalah sebutan lainnya, tidak ada hubungannya dengan manusia perilaku manusia.<br />
So, siapa yg membabat hutan tanpa menanam kembali, menambang tanpa mereklamasi, menyedot sonder takaran, angkasa penuh polusi, sehingga salah satu akibatnya lapisan ozonpun bolong<br />
Demi hidup, segala cara dihalalkan, sedikit peringa<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">tan tak mempan, malah kian membabi buta hingga keseimbanganpun goyah...</span></span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> </span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show">S</span></span><span data-jsid="text">etumpuk bukti sejarah kaum yg diazab, segunung fakta science tentang hukum sebab-akibat dari yang telah diperbuat tak cukup membuka mata hati dan fikiran untuk bersegera meyakini lalu bertobat dan berbuat nyata memperbaiki.<br />
Pertanyaan terlebih nyata lagi, kenapa <span class="text_exposed_hide">...</span><span class="text_exposed_show">kini gejolak alam itu seakan berpusar terus-menerus hanya disekeliling kita?</span></span></span></h3><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: small;"><span data-jsid="text">Satu mikro kosmik rusak, lalu bertemu dan berkumpul dengan mikro2 lainnya yang juga rusak, dan kerusakan kian meluas...hingga menjadi kekuatan perusak yang mulai mengganggu stabilitas makro kosmos...itu sudah terbukti dan "masih" sporadis satu demi satu.. n<span class="text_exposed_hide">a</span><span class="text_exposed_show">mun sinyal menuju masif sudah pula terpampang cukup jelas.<br />
<br />
Sebuah pertanyaan lagi, siapa yang kuasa menolong untuk menghentikan, untuk membatalkan atau sekedar untuk menunda?<br />
Jawabannya sesungguhnya sejak lama nyata ada diujung lidah, satu2nya!.<br />
<br />
Duhai apalah guna perenungan ini, sementara diri ini tiada daya.... dan alampun mungkin sudah terlanjur mendekati titik nadir kemuakannya.</span></span></span><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span data-jsid="text"><span class="text_exposed_show"> </span></span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="font-weight: normal;"><span class="UIStory_Message"><span class="text_exposed_show"> </span></span></h3>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-61710731480456922892010-11-10T11:45:00.000-08:002010-11-10T12:34:59.676-08:00HIDUP DAN KEHIDUPAN (Yang dapat diraih)<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 18 Juli 2010 jam 23:31</i></div></div><br />
<div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Membaca Al-Qur’an, ia bacaan terindah,</span></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Mengaji Al-Qur’an, meluruhkan emosi,</span></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Mengkaji Al-Qur’an, membuka cakrawala,</span></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Menekuni Al-Qur’an, menancapkan prinsip,</span></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Segalanya Al-Qur’an, menjadi bersih, menjadi bening, menjadi lurus, menjadi luruh, menjadi tenang, menjadi riang, menjadi bersahaja tetapi bukan “sederhana”, menjadi wibawa tanpa disengaja, menjadi dalam, menjadi luas-jauh-tinggi, menjadi tak bisa tidak dialah sang pilihan, menjadi manusia sebenarnya, dan itu semua menebar sendirinya kesegenap penjuru mengusap mengelus meresap dan mengisi penuh-penuh, mengajak tanpa memaksa, memberi tanpa meminta, menjadi samudra yang tak menenggelamkan, menjadi matahari yang tak membakar, menjadi cahaya yang tak menyilaukan, menjadi langit yang tak mengosongkan, menjadi rahmatan lil ‘alamin. Siapapun dia, keberadaannya akan menjadi pengelola, pemelihara, perawat, penjaga, pelindung dan pelestari kebaikan kebenaran dan keselamatan. Disanalah segenap sikap mulia ada, kebaikan, kesehajaan, keikhlasan, ketulusan, kesucian, kesungguhan, kepercayaan, keyakinan dan semua yang bermakna kebenaran.</span></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Nash-Nya manusia adalah makhluk yang paling sempurna.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;">Ingin rasanya mengurai walau serba sedikit pengertian kata dan istilah yang ada didalam <i>puisi bebas dan sederhana</i> <i>(puisi yg bukan puisi) </i>saya diatas. Maaf, dalam serba-keterbatasan sehingga menggunakan <i>bahasa awam</i>, namun begitu bagi yang sudi menambah bahkan mengoreksi, saya akan sangat tersanjung, <i>tidak dibaca pun tidak masalah</i> karena memang awam belaka, begini :</div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b style="color: blue;"><i>Membaca</i></b><span style="color: blue;">,</span> dapat dilakukan siapa saja <i>(tentunya bukan bagi yang buta huruf)</i>, dan berbatas menarik-tidaknya apa yang dibaca.</div><br />
<div style="text-align: justify;">-<span style="color: blue;"> </span><i><b style="color: blue;">Mengaji</b>,</i> secara tradisional adalah membaca dengan melibatkan unsur <i>rasa menghargai</i>, karena yang dibaca merupakan buku yang berharga <i>(aji)</i>, jangankan membaca, sikap saat membawanya pun ada aturannya.<br />
Klop dengan keindahan kata demi kata, susunan kata membentuk kalimat, susunan kalimat yang terangkai sedemikian tertata rapi, dan jika dilafazkan atau disuarakan lirih sekalipun akan <i>terdengar indah bahkan menggetarkan</i> walau tanpa harus tahu artinya, maka berdampak pada <i>kondisi batiniah</i>. </div><br />
<div style="text-align: justify;">- <i><b style="color: blue;">Mengkaji</b>,</i> bukan sekedar memenuhi hasrat ingin tahu dan tidak harus melibatkan batin, tetapi memang bermaksud mempelajari untuk mengetahui persis isinya, dan jika yang dikaji merupakan bacaan dalam bahasa lain maka <i>terlebih dulu harus menguasai bahasa itu</i>, baru bisa melakukan pendalaman <i>maksud dari bacaan itu,</i> kalimat demi kalimat, alinea demi alinea dst, hingga mendapatkan pengertian-pengertiannya dan kesimpulan-kesimpulan. Bisa sebatas itu. </div><br />
<div style="text-align: justify;">-<span style="color: blue;"> </span><b><i><span style="color: blue;">Menekuni</span>,</i></b> adalah <i>tahapan lebih jauh</i> yang merupakan <i>gabungan mengaji dan mengkaji</i>. Prasyarat, tata-cara, sikap batin dan perilakunya pun lebih khusus, dengan dilandasi oleh penguasaan “ilmu terjemah dan tafsir” juga harus siap dengan s<i>egunung referensi terkait dan dilandasi tekad yang sangat kuat</i>. Didalamnya ada kesungguhan, ketlatenan, keuletan, kesabaran, fokus dan tujuan yang jelas. Sehingga hasil akhirnya, <i>selain faham juga berdampak kepada sikap-sikap batinnya, menumbuhkan prinsip-prinsip hidup</i>.<br />
Catatan, pengertian faham yang dimaksud adalah mengetahui dan menguasai dengan sebaik-baiknya. Tetapi tentang penguasaan dalam hal ini sesungguhnyalah tidak ada batasannya. Seberapa jauh dan tinggi prestasi yang pernah diraih manusia tentang sepercik saja<i> ilmu Alloh?</i>. Ibarat air 7 samudra niscaya habis untuk menulisnya!. </div><br />
<div style="text-align: justify;">- <i style="color: blue;"><b>Segalanya</b>,</i> yang dimaksud seluruh tahapan yang sudah dicapai diatas selanjutnya terefleksi dalam segenap ruang dan waktu. Maka yang dilakukan <i>bukan lagi tahap-tahap “belajar” tetapi</i> senantiasa dalam sikap <i>menambah “pemahaman lebih jauh” dan terapan</i>, siapapun orangnya yang sudah pada tahapan ini pasti adalah :</div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">- <i><b style="color: blue;">Bersih</b><span style="color: blue;"> </span>:</i> Secara<i> lahiriah, </i>merupakan perwujudan orang yang selalu menerapkan ilmu bersuci <i>(thoharoh) </i>sehingga tubuhnya <i>bersih dari kotoran, tidak terkesan kusam dan kumuh</i>. Tampilan yang paling tampak adalah pada <i>wajahnya yang bersih dan seluruh pakaiannya sampai ke sepatu ataupun sendalnya</i>, sehingga walaupun bukan baru tetapi sangat pantas, tidak kusut kumal ataupun lusuh. Secara <i>batiniah,</i> <i>bersih dari rasa iri, dengki dan tamak</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Cerminan pribadi seperti ini mudah dilihat kesehariannya <i>tidak suka bicara yang tak berguna apalagi mengeluh, mengumpat, menggunjing termasuk mengobral aib orang dan aib kluarga sendiri, apalagi menghasut dan memfitnah.</i> Sebenarnyalah cerminannya juga pada cara membawakan suaranya tidak keras dan kasar <i>(karena keras dan kasar bukan pembawaan lahiriah tetapi hasil kebiasaan, bisa dari kecilnya, jadi dengan ketekunan pembiasaan pengendalian niscaya dapat dirubah).</i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Prinsip kehidupan tentang kebersihan pribadi seperti ini salah satunya pasti h<i>idup bukan untuk materi tetapi materi untuk menopang kehidupan</i>, mendapatkan rizki berupa materi dengan giat bekerja sehingga materi yang didapat berstatus dibolehkan agama dan caranya dibenarkan agama <i>(materinya halal cara memperolehnya dengan jalan yang benar/toyyib)</i>. Tidak mau setetes air sebutir nasi pun masuk kedalam tubuh seleuruh anggota keluarganya. Tidak mau memiliki secuil benda apapun wujudnya yang bukan dari hasil curahan keringatnya, atas nama Alloh. termasuk zakat, infak, sodaqoh dan sarana lain untuk ber sosial-kemasyaratan tidak dari pendapatan yang tidak jelas hukumnya. Pendek kata kehidupannya ditopang dengan materi yang <i>halal dan toyyib</i> semata. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pribadi seperti ini pasti sangat bertanggung jawab kepada keluarganya. Dan dampak yang tampak pada lingkungan keluarganya adalah <i>bersih rapi indah.</i> Pribadi ini <i>suci lahir batin</i>. Ia sangat memahami dan menerapkan ilmu thoharoh. Disinilah kiranya inti dari suci sehingga kesucian inilah yang dipastikan harus dilakukan sebelum sholat!. </div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b><i style="color: blue;">Bening </i>:</b> Secara lahiriah tampak pada raut wajahnya, <i>selain bersih juga bening</i>. Sorot matanya lembut menyejukkan, kalau toh tajam pun tidak menakutkan, bola matanya tidak banyak bergeser-geser cenderung lurus. Dahinya tidak banyak mengerenyit, alisnya tidak mengerut, <i>bibirnya selalu mengulas senyum.</i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Secara batiniah, yang paling terasakan adalah <i>ikhlas,</i> mudah menerima keadaan tersulit-terberat sekalipun yang menimpanya, tidak pernah mempersoalkan yang tidak dapat diperoleh walaupun dari haknya apalagi yang bukan rizkinya, <i>dalam melakukan tugas dan kewajibannya sangat amanah</i>. Tulus, artinya <i>tanpa pamrih</i>, segala tindakannya dilakukan <i>tanpa berharap balasan dan justru berharap hasil dari tindakannya itu bermanfaat bagi sesama</i>, itupun juga tanpa dia paksa-paksakan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pribadi seperti ini akan memperngaruhi suasana dilingkungan dimana dia berada <i>sejuk nyaman tentram</i>, seakan tak ada masalah. Ya kekuatan dari kebeningan memang sangat luar biasa, karena intinya pada <i>tulus dan ikhlas!</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Inilah sebenarnya yang biasa orang secara spontan berucap <i>“aih orang itu seperti tidak punya dosa ya?”</i> ungkapan itu sebenarnya sama sekali bukan diperuntukkan bagi orang yang bersalah ataupun orang culas, tetapi ungkapan bagi pribadi seperti ini, sehingga kata<i> “seperti” </i>disitu adalah masalah dosa sulit untuk diketahui oleh manusia maka manusia lain menyatakannya dengan perwakilan istilah yaitu “seperti”. Dan lihatlah wajah bayi sehat yang sedang tidur. <i>Damai</i>.</div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b><i style="color: blue;">Lurus </i>:</b> Artinya jelas <i>tidak bengkok</i>. Secara<i> lahiriah</i> setiap tindakannya pasti dengan maksud dan tujuan yang jelas dan terukur <i>(tidak bertindak melewati batas yang sudah dia rencanakan dan diperkirakan olehnya untuk dapat diwujudkan)</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pribadi seperti ini pasti menolak untuk bicara dan bertindak tanpa dasar perhitungan kemampuan, termasuk jika harus bicara dengan orang lain maka takkan mengobral janji yang takkan dapat dia penuhi. Setiap hal yang dia lakukan pasti punya<i> focus </i>yang jelas dan <i>tak mau untuk belak-belok bahkan sekedar mampir atau singgah sebentar</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Secara <i>batiniah</i>, jujur kuat dan tegas. Yang paling mudah untuk mengetahui sikap batin pribadi seperti ini cenderung pendiam <i>(pribadi yang serius)</i>, jika mengungkapkan sesuatu pasti <i>mudah diterima oleh orang lain, logis, tidak menimbulkan kesulitan, lugas, tegas-tandas dan jelas</i>. Sehingga menerbitkan rasa <i>percaya </i>orang lain kepadanya. Jika ia pandai bicara bukan berarti banyak bicara, tidak suka mendominasi pembicaraan dan ketika orang lain bicara ia diam menyaring pembicaraan orang. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Dampak yang ditebarkan pribadi seperti ini adalah rasa mantap dan rasa percaya kepadanya termasuk <i>rasa terlindungi oleh keberadaannya</i>. Kekuatan “lurus” ini sangat luar biasa, sehingga selalu dikaitkan dengan kebenaran yang diistilahkan dengan <i>“jalan yang lurus”.</i> Sehingga pribadi yang lurus akan <i>disegani oleh teman dan ditakuti oleh lawan</i>. Dalam keseharian pribadi seperti ini akan tampak menonjol dibanding lainnya dalam level apapun dia. </div><br />
<div style="text-align: justify;">- <i><b style="color: blue;">Luruh</b><span style="color: blue;"> </span>:</i> Sebuah sikap sekaligus <i>penampilan yang sangat Illahiah</i>, merunduk dalam penuhnya ilmu dan keyakinan, pencapaian keseimbangan ketinggian dan kedalaman antara isi otak dan batinnya. Ketika seseorang kian pandai kian tahu maka justru ia kian merasa ilmunya masih sangat sedikit, maka dia <i>merunduk kepada Alloh kepada alam kepada sesama</i>..ia ibaratkan dirinya sebagaimana <i>padi,</i> kian padat isinya kian merunduk. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sikap memahami - <i>ditengah hamparan kebesaran </i>- kekuasaan Alloh ia merasa kian kecil <i>penaka debunya debu</i>. Sikap <i>lahiriahnya</i> penuh <i>kesantunan</i> apalagi sikap batinnya. <i>(Aduhai, sungguh tak mudah mencari padanan kata untuk penguraian sikap ini.. karena sama sekali diri ini tak dapat membayangkannya, karena diri ini tak sedikitpun dapat menjangkaunya)</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Bagaimana sebuah keadaan yang <i>“selalu” khusyu"</i> dan tawadhuknya seseorang. <i>Bayangan saya kira-kira</i> bahwa ia sangat <i>dekat dengan Alloh</i>, ia selalu merasa dalam pengawasan Alloh, sementara ia tahu bahwa Alloh mengawasi bukan untuk memarahi atau mengukum tetapi ia sendiri yang merasa bersalah karena tak dapat berbuat apa-apa sesuai dengan kehendakNya, ia seakan selalu diterima untuk <i>berdialog denganNya</i> untuk mengadukan pencapaiannya yang senantiasa justru terasa kurang dan tak mampu meneruskan, dan apakah kira-kira dan salah satu doanya : <i>"Ya Alloh.., hamba yang lemah tanpa daya ini dan toh keberdayaan yang Engkau berikan setiap detiknya justru hamba sia-siakan, duh Gusti…, hamba yang hina-dina dan sama sekali tak mampu mewarnai sekedar sesaat kehidupan diri hamba sendiri yang telah Engkau percayakan, apalagi untuk berbuat sebagaimana nashMu sebagai pengelola bumi pemimpin dibumi, duh Robb…, hamba yang kosong dan tak mampu mengisi kekosongan ini, masihkah akan Engkau beri hamba kesempatan…??</i>" Dan tangis sedu sedannya…tiap saat!. </div><div style="text-align: justify;">Walau tetap dalam kendali diri untuk meneruskan perjuangannya untuk lebih memahami terus berupaya memahami, tidak hanya sebagaimana belajar…jiwanya melekat dalam rasa <i>ketidak-berdayaan dihadapan Alloh SWT</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sungguh pribadi seperti ini..paling terasa dekat dengan para sahabat-sahabat terdahulu bahkan terasa dekat dengan <i>Sang Pembawa Risalah Rasulullah Muhammad SAW</i>. Keimanannya bukan lagi harus naik turun dan ketaqwaannya tak perlu disangsikan dan kian tinggi hingga tataran <i>muhlisin muhsinin</i>….! Aduhai… tiada kata dapat mencerminkan pribadi ini. </div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b style="color: blue;"><i>Tenang</i></b><span style="color: blue;"> </span>: Pribadi yang tenang, sikap lahiriahnya tenang, kalem tak banyak gerakan yang tak perlu, <i>tak ada gerakan yang sia-sia</i>. Terutama tampak sekali saat ia sholat. Seluruh gerakan anggota badan dan seluruh badannya terolah- ragakan dengan pencapaian kemanfaatan yang tertinggi bagi kesehatannya dengan tingkatan pelaksanaan syareat yang sudah tak seperti kebanyakan orang. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Ketika memasuki fase awal sholat, perlahan ia mengarahkan badan menghadap kiblat dengan ketenangan yang meresap luar biasa, sehingga segenap urat syaraf dan segenap kemampuan <i>mengkonsentrasikan enerji-enerjinya</i> dihadapkan kepada Alloh sehingga <i>interaksi yang terjadi tidak lagi ragawi</i>, dengan sikapnya itu <i>(yang urusan ragawi telah terpenuhi kebutuhannya)</i> sudah pada tataran pencapaian <i>indrawi terdalam</i>, yang keseluruhannya justru dalam keadaan yang tampak <i>sangat tenang</i>. Lalu dimulailah gerakan yang luar biasa, padahal kebanyakan orang menganggap biasa-biasa saja, seakan tanpa makna karena sekedar keharusan ritual, padahal sesungguhnya bermakna sebuah <i>pemberanian puncak seorang insan menghadap kepada penciptaNya </i>(karena Alloh memang mengaturnya begitu). </div><div style="text-align: justify;"><br />
Dengan sikap berdiri tegap, mata mengarah kesatu titik, lalu mengangkat kedua tangan telapak menghadap kedepan, tabik kepadaNya..Aloohu Akbar!. <i>Maka sungguh telah berjumpalah ia dengan Sang Penggenggam dan Penentu keberadaan dirinya</i> <i>Sang Maha Rahman dan Rahim</i>. Itulah ketenangan cerminan keberanian puncak yang diizinkan olehNya. Bukan sekedar ketenangan menghadapi apapun yang berstatus ciptaan atau sekedar kejadian atau peristiwa duniawi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Kemudian masih tentang gerakan ketenangan dalam sholatnya, ia gerakkan kedua tangannya bersedekap takzim, lengan kirinya menempel agak menekan perbatasan dada dengan wilayah perut, yang didalamnya terdapat organ hati ditengahnya biasa disebut ulu hati dan disana pula terdapat jantung. Tangan yang penuh <i>enerji </i>itu didekatkan untuk mengirimkan enerji-enerji kepada organ-organ utama ragawi/jasad dirinya, dan seterusnya, hingga sampailah saat mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya lurus mengarah kiblat. Bermakna <i>kesaksian</i> puncak penghambaan dirinya lahir-batin..<i>Asyhadu anlaa ilaaha IllalloHu</i> dan kepada Sang Pembawa Risalah.. wa Asyhadu anna Muhammadan Rosululloh. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Disitulah ketenangan itu mencapai puncaknya seiring dengan <i>kekuatan seluruh enerji yang dimiliki</i>, dipadukan untuk diisi lebih banyak dan ditingkatkan dengan enerji yang disediakan Alloh didalam saat-saat penghadapan itu.. Maka ketika usai salam yang kedua, merupakan batas akhir pengerahan sekaligus pengecasan enerji, seakan sebuah <i>orkestrasi interaktif</i> yang tak terkatakan antara kekuatan sang ciptaan dengan Sang Penciptanya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Begitulah, ketenangan penuh kekuatan itu tercermin didalam keseluruhan perilaku dan tutur sapanya. Ada istilah yang teramat populer <i>“tenang-tenang menghanyutkan” </i>itulah istilah yang mendekati padanan sikapnya. Tenang sikap dan pembawaannya tetapi menghanyutkan, karena kekuatan dahsyatnya yang justru seakan tak tampak, karena begitulah arus dalam yang dipermukaannya tampak tenang.<br />
<br />
Pribadi seperti ini apalah kiranya masalah duniawi yang dapat menyulitkannya?. Seakan didalam dirinya terdapat <i>ujung benang tipis bening </i>yang sama sekali tak tampak, <i>panjang tegak keatas menembus langit berujung dipintu Arsy.</i>… </div><div style="text-align: justify;"><br />
WallaaHu a’lam. <i>(Semoga pemahaman ini tidak terlalu salah, dan jika salah sesungguhnyalah saya pribadilah yang salah dan saya yang dungu ini memberanikan diri untuk sedia menerima konsekwensi dariNya)</i>. Dan ketika tolehan salam kekanan-kiri itu dibatinnya menangis : <i>"Apalah kiranya yang dapat kuperbuat kupersembahkan kepada yang hidup disekelinglingku ini....?" </i>Namun hatinya teramat siap untuk melakukan amal kebaikan kepada sesama yang hidup di alam semesta ini. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sholat, baginya perwujudan koneksitas mutlak dirinya dengan Sang Pencipta dan setelah salam adalah perwujudan kewajiban kepada sesama untuk memberikan segala yang diberikan olehNya, seluruhnya, dengan kesadaran sepenuhnya dirinya tiada memliki apapun kecuali atas kehendakNya. <i>Vertikal untuk horizontal, horizontal untuk vertikal. </i></div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b><i><span style="color: blue;">Riang</span> </i>: </b>Pribadi sebagaimana uraian diatas <i>bagaimana tidak akan riang?</i> Namun, ukuran keriangannya tentu <i>bukan “sekedar” kegembiraan, kesenangan dan kebahagiaan pada umumnya</i>. Karena, betapa kegembiraan orang yang <i>memperoleh perhatian dariNya</i>, yang berarti <i>Alloh mempedulikannya</i>, dan apa yang melebihi kepedulianNya. Betapa <i>kesenangan orang yang diawasi olehNya</i>, yang berarti terhindar dari mara bahaya. Betapa bahagianya dapat <i>selalu dekat denganNya</i>, yang berarti semua yang didambakan orang telah dimilikinya.<br />
<br />
Gabungan ketiganya itulah yang dengan sendirinya <i>menjadikan dirinya periang</i>. Sikap riang yang tidak datang tiba-tiba, terbangun <i>seiring terpaterinya pemahaman demi pemahaman</i> yang ia tekuni. Penguasaan pengetahuan yang melahirkan <i>keyakinan, optimisme, sekaligus kepasrahan</i> kepada kehendakNya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Penampilan paling menonjol dari pribadi ini, tampak dari <i>sorot matanya, bening, lembut, teduh tapi saat tertentu teramat tajam.</i> Siapa yang memandangnya tidak akan merasa takut, curiga, tergoda ataupun pandangan aneh-aneh lainnya. Yang tampak adalah <i>pancaran kesejukan dan keriangan.</i> Bibirnya selalu menyungging senyum disegala keadaan. Andai saja terbaca barangkali gerakan-gerakan anggota tubuhnya juga menyiratkan keriangan itu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Dampak lain bagi keadaan sekelilingnya adalah <i>suasana menjadi riang yang nyaman, tidak ada ketegangan, ketakutan, kegamangan apalagi kesedihan.</i> <i>Ketenangannya melahirkan kebeningan, kebeningannya menjadikan kecerahan, kecerahannya mendatangkan keriangan.</i><br />
<br />
<br />
Jika ia bersenda-gurau maka biasanya akan ada beberapa <i>orang disekelilingnya terlambat tertawa</i>, karena <i>terlambat memahami isi gurauannya</i>, tak jarang ada yang sangat terlambat, baru setelah lama sendirian sambil memikir-mikirkannya tiba-tiba akan meledak tawanya persis orang gila. Itulah senda-gurau tingkatan pribadi seperti itu, <i>yang tak terkejar oleh kebanyakan orang atau orang kebanyakan</i>. Pribadi ini merupakan contoh tepat dari seseorang yang j<i>ika dekat sangat menyenangkan dan tak ingin jauh darinya, jika jauh selalu membangkitkan rasa rindu</i>.</div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b style="color: blue;"><i>Bersahaja tetapi bukan “sederhana”</i></b> : Untuk memahami istilah ini musti sedikit hati-hati, karena kebanyakan <i>salah-kaprah</i>. </div><div style="text-align: justify;">Mudahnya, pemahaman <b><i>“sederhana” </i></b>seperti contoh yang pernah sangat populer, yaitu “orang dianjurkan mengencangkan ikat pinggang”. </div><div style="text-align: justify;">Anjuran itu melahirkan 2 persepsi beda. Disatu sisi, bagi pihak orang-orang<i> “berada”,</i> disuruh mengencangkan ikat pinggang tentu mau-mau saja, sejalan dengan keinginan untuk menguruskan badan tanpa harus mengikuti program diet (<i>pikirnya kalau terjadi sesuatu bisa menuntut si penganjur)</i>, juga bagi sebagian lainnya sangat bermanfaat, karena sesuai dengan kondisi perutnya yang tambun, kalau tidak dikencangi ikat pinggangnya, niscaya <i>celananya akan mlorot</i> apalah jadinya.<br />
Disisi lain, bagi orang yang memang <i>“tak berada” </i>tentu cuek saja karena tak perlu mengencangkan ikat pinggang, biar dipakai longgarpun si ikat pinggang tidak bakalan kemana, otomatis <i>nyantol dipinggangnya</i>. Kalau toh kemudian mau menuruti anjuran mengencangkan ikat pinggang maka berarti sengaja bunuh diri. Bagaimana tidak, perut sudah lengket dipenyet ya <i>mletet </i>kan?. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Lihat lagi contoh singkatan RSS dan RSSS dan apa lagi?. Sehingga makna <i>sederhana disini menjadi bias,</i> cenderung satir dan salah arti. Untuk itulah <i>sederhana</i> saya maknai sebagai kondisi, sifat serta sikap : <i>Ketidak-punyaan, ketidak-berdayaan, keterbelakangan, kekumuhan, kejumudan, keterlambatan, ketidak-pedulian, ketidak-canggihan </i>dan seterusnya yang sejenis<i>.</i> <i> </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
<i><b>Bersahaja</b> </i>sama sekali berbeda dengan itu semua. Beberapa contohnya merupakan pertanyaan ekstrim : <i>Adakah orang yang setiap hari barganti pakaian yang keseluruhannya baru</i>, ibaratnya semua <i>baru dikeluarkan dari doos </i>atau plastik pembungkusnya? <i>Adakah orang yang setiap hari makan pagi siang malam direstoran mewah, yang berganti-ganti restoran? Adakah orang yang setiap hari tercukupi kebutuhannya apapun itu dengan semuanya fasilitas mewah bahkan super lux?</i>. Dan seterusnya pertanyaan yang sejenis. Bukan begitu, <i>bersahaja jauh dari pemahaman ekstrim itu, atau yang kurang ekstrim, bahkan dibawah yang kurang ekstrimpun tidak</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Kesahajaan itu <i>tidak mengada-adakan</i>, kalau agak ada pun <i>tidak akan ditonjol-tonjolkan dan keberadaannya tidak salah pemanfaatan</i>. Ia juga <i>bukan karena tidak bisa mengadakan tetapi karena tidak memerlukan</i>. Ia merasa telah tercukupi dan sangat nyaman <i>(dengan pemahaman didirinya bahwa masih teramat banyak orang yang dalam kondisi dibawahnya, maka termasuk itulah ia menjadi sangat santun kepada siapapun. Dan itulah pula perasaan seakan tak dapat banyak berbuat nyata untuk lingkungannya)</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Kehidupan apa adanya itu tak mendatangkan masalah baginya dan keluarganya. <i>Sahaja adalah hidup dengan kehidupan apa adanya</i>, tidak terbersit untuk menganggap materi adalah tujuan dan segala-galanya, intinya biasa-biasa saja, seperti orang kebanyakan. Tetapi <i>penampilannya senantiasa rapi, bersih, necis dan pantas.</i> Dan ia <i>tidak mau tampil beda</i>. Samasekali tidak mengenakan yang begini yang begitu agar dianggap apapun yang tertentu.<br />
<br />
Ia pribadi yang <i>menghindari anggapan aneh-aneh</i> dari masyarakat disekelilingnya karena yang ia inginkan justru dapat <i>hablur </i>dengan masyarakat luas. Dan itu tercermin dalam seluruh penampilan dirinya, sehingga orang lain juga tidak memasalahkannya. </div><div style="text-align: justify;">Baginya kebutuhan hidup untuk keluarga dan dirinya telah tercukupi dengan <i>rizki apa adanya dari hasil kerja-giatnya</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Kendali dirinya terhadap keduniaan <i>sangat tinggi dan terukur</i>, selalu <i>dibarengi dengan rasa syukur</i>. Tutur sapanyapun bersahaja sehingga apa yang ia katakan <i>mudah dimengerti, tanpa menggunaka bahasa-bahasa yang sulit dimengerti.</i> Ia adalah contoh paling sempurna untuk istilah <i>inner beauty</i>, orang yang <i>berpenampilan sempurna adalah yang terpancar dari dalam dirinya</i>, bukan dari yang dikenakannya. Pengaruh yang paling terasakan dari kehadirannya adalah tidak menimbulkan kesenjangan. Justru kesahajaannya itu menebarkan kenyamanan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Dapat dibayangkan betapa orang setingkatnya, jika tampak <i>“keluar-biasaan kedalamannya” </i>pasti semua orang akan menjadi sangat sungkan, sehingga akan kehilangan kebebasan berkomunikasi. Begitulah indahnya skenario Alloh, <i>orang yang berilmu</i> itu justru memiliki dan menerapkan sikap <i>“bersahaja”,</i> sehingga memudahkannya untuk “menularkan” pengetahuan kepada lingkungannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Lihatlah beberapa saja kisah ekstrim dari <i>Sang Panutan </i>dan beberapa sahabatnya. Rasulullah Muhammad SAW <i>tidur beralas pelepah daun kurma berbantal lengannya</i>. Beliau menahan lapar dengan cara memasukkan sebongkah batu dimasukkan kedalam bajunya pas diperut diikat dengan ikat pinggangnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Siti Khadijah, istri terkasihnya pernah mengadukan kekhawatirannya kepada sang suami yaitu Rasulullah SAW, tentang menipisnya stok harta-bendanya <i>(yang seluruhnya dipergunakan untuk kepentingan dakwah).</i> Maka Rasulullah menjawab dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sambil menunjuk sebuah gunung tepat didepannya <i>“Kalau dinda mau bongkarlah gunung itu, maka kekhawatiranmu akan menjadi tak beralasan”</i>. Gunung itu gunung emas <i>(konon sampai sekarang gunung itu belum ditambang oleh pemiliknya / Saudi Arabia, karena mereka sama sekali tidak kekurangan harta)</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Juga sekelumit kisah Khalifah Pertama <i>(seorang pucuk pimpinan pengganti Rasulullah SAW)</i> sampai kehabisan harta-benda untuk operasionalnya berdakwah. Panglima Angkatan Bersenjata, Thoriq <i>(sahabat kesayangan Rasulullah SAW) </i>yang telah banyak menaklukkan Negara-negara atau kaum-kaum yang memusuhi dan menyerang Islam, ketika akan wafat hanya bisa mewariskan 2 benda yaitu <i>pedang dan perisainya</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Lihat pula kisah Khalifah Kedua, disuatu malam ada seseorang menghadapnya untuk urusan pribadi disaat beliau masih lembur dikantornya, lalu ditemui tetapi beliau <i>mematikan lampu ruang kerjanya,</i> alasan beliau <i>urusan pribadi tidak boleh menggunakan fasilitas Negara (walau hanya sekedar minyak sebuah lampu).</i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Mereka, <i>puncak-puncak manusia</i>, manusia pilihan dengan sahabat-sahabat utamanya, seperti itu. Itulah semua wujud dari yang disebut kesahajaan, sahaja tetapi bukan sederhana? <i>Pribadi yang sama sekali lepas-jauh dari sifat sombong dan ketamakan !. </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- <b style="color: blue;"><i>Wibawa tanpa disengaja</i> </b>: Seperti pengertian <i>wibawa </i>pada umumnya, adalah <i>aura pembawaan yang memancar dari dalam diri seseorang.</i> Sehingga orang-orang disekililingnya merasa hormat dan tertarik kepadanya. Biasa disebut juga sebagai<i> karisma. </i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Begitulah wibawa yang dimaksudkan bagi pribadi ini, pembawaan dirinya <i>karismatik, menarik hati dan penuh kehormatan </i>dari siapapun yang menjumpainya, yang memandangnya. <i>Pembawaan itu bukan bawaan lahir tetapi tumbuh subur seiring dengan peningkatan bobot pribadinya</i>. Seiring pula dengan <i>kian merundukya, santun, tenang, bening dan bersahaja. </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
<i>Kebesaran dirinya sama sekali tidak menjadikannya sombong dan tamak</i>. Semua itulah yang berdampak otomatis didirinya menjadi <i>berwibawa, tanpa disengaja</i>. Bukankah sedemikian banyak contoh manusia yang berupaya keras <i>mencitrakan dirinya</i> untuk sekedar memiliki wibawa, tetapi justru menjadi<i> wagu</i> karena “bobot” dirinya yang memang tidak mendukung, dipoles seperti apapun dengan cara bagaimanapun akan sia-sia belaka. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Bukankah karisma memang tidak dapat dibuat-buat ataupun diada-adakan, karena karisma adalah kesan banyak orang terhadap saseorang <i>(yang mempunyai karisma itu).</i> Seseorang yang buruk sikap dan perilaku apalagi <i>tong kosong berbunyi nyaring,</i> tentu jauh harapan punya wibawa. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Contoh ekstrim kewibawaan. Suatu ketika, disela pertempuran hebat, Rasulullah SAW istirahat sendirian agak jauh dari kubunya, tidur bersandar pohon kurma. Seorang tentara musuh kebetulan melihat itu, maka dengan mengendap mendekati beliau, setelah didepannya dia berdiri dan mengacungkan pedangnya siap untuk menebas, dalam posisi itu dia melihat wajah Rasulullah, seketika luruhlah <i>nafsu membunuhnya. </i>Terduduk menunggu Rasulullah SAW bangun. Ketika beliau bangun dan tahu ada tentara musuh didepannya, beliau tidak kaget malah menyapa dengan lembut maka orang itu menyatakan niatnya menjadi pengikut Rasulullah dan masuk Islam saat itu juga, dituntun oleh Rasulullah SAW. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Masih tentang kewibawaan Rasulullah SAW, setiap orang, siapapun dia, ketika tertatap mata Rasulullah pasti akan merunduk tak tahan menerima perbawanya <i>(walaupun kemudian mencuri-curi pandang untuk melihat keindahan wajah Rosulullah SAW yang sedemikian bersih, bening, lembut, tenang dan rona keriangan, sungguh menawan hati)</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Satu lagi saja, pada saat perang lainnya. Karena merasa teramat sulit menaklukkan tentara Islam maka mereka berniat licik untuk membunuh Panglima Perangnya yang saat itu Ali Bin Abu Tholib Rodziallohu Anh.<i> (nantinya jadi khalifah keempat).</i> Merekapun <i>meeting</i> mencari titik kelemahan Ali, namun begitu tetap saja tidak ada yang berani berhadapan langsung dengan Ali, maka keputusannya membentuk satu <i>tim penyerang</i>, berbekal strategi yaitu <i>“bahwa satu-satunya kemungkinan Ali dapat dibunuh adalah pada saat sholat dan ditebas dari belakang, asumsinya, Ali tidak akan peduli apapun yang akan terjadi pada dirinya ketika sedang menghadap Alloh”</i> Mereka, Sang Panutan dan Penerusnya, seperti itu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pribadi seperti ini dengan satu tatapan mata pada pandangan pertama yang sebelumnya tidak kenal sekalipun, akan tampaklah<i> kemuliaan akhlaknya</i>. Didalam dirinya terdapat inti kebesarannya yaitu<i> keseimbangan antara kedalaman batin, keluasan jiwa dan wawasannya. </i>Tindakannyapun akan mencerminkan <i>satunya kata dengan perbuatan. </i></div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b><i><span style="color: blue;">Dalam</span> </i></b>: Seperti yang dimaksud sebuah kalimat “cintamu akan selalu kusimpan <i>dalam hati</i>” atau <i>“</i>dimana sih steples itu ditaruh? - lho tadi kan sudah dibilangin ada <i>didalam laci mejamu</i>”, ada juga “aku berenang dipinggir saja ah karena semakin kesana semakin <i>dalam</i>” biasa pula “kenapa ya airnya belum bening juga padahal <i>kedalaman sumur </i>pompa ini sudah 4 batang pipa lho” atau umum pula “maaf pak <i>dalam masalah</i> ini rasanya ko masih memerlukan pendalaman lebih jauh, untuk itu saya mohon agar tidak diputuskan sekarang” dst. Kata <i>“dalam”</i> yang ada pada semua kalimat tersebut merupakan <i>keterangan keadaan untuk menerangkan letak ataupun ukuran keberadaan sesuatu</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sedangkan "Dalam" yang saya maksud bagi pribadi ini adalah <i>keadaan batiniahnya</i> yang penuh dengan mutiara-mutiara <i>(bukan sekedar emas yang juga berharga)</i>. Mutiara-mutiara itulah wujud kekayaan yang sebenarnya dari pribadinya. <i>Mutiara-mutiara hikmah</i> yang telah difahaminya, <i>mutiara makna dan tujuan</i> penciptaan alam semesta seisinya, ilmu pengetahuan hidup dan kehidupan, <i>mutiara prinsip-prinsip kebenaran</i> yang menjadi sikap batin dan yang tercermin dalam segenap perilaku lahiriahnya, <i>mutiara kepasrahan</i> kepada kehendakNya yang harus diperjuangkan olehnya sebagai pengemban <i>samudra amanah tugas-tugas khilafah</i>, dst..yang jangankan kuketahui tak terbayangkan pun tidak. Inilah yang dimaksud dengan <i>ke-dalam-an jiwa</i>!. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Maka pribadi yang seperti ini sesungguhnyalah sulit untuk diterjemahkan, apalagi oleh <i>awam seperti saya ini</i>. Dan itulah <i>hakekat </i>pribadinya, karena bukankah <i>derajat seseorang menjadi lebih tinggi kian tinggi adalah yang beriman dan keimanan itu kian meningkat seiring dengan peningkatan pemahaman dan amaliahnya?</i> Bahkan Alloh SWT membuka kesempatan bagi sesiapapun manusia disepanjang masa untuk dapat berada di barisan terdepan dibelakang Rasulullah SAW, yang disebelah kanannya berdiri berkibar panji Rasulullah SAW, nantinya. Kesempatan itu ada pada sedalam apa kedalaman jiwa seseorang dalam penghambaan kepadaNya!.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Ada sebuah kias sederhana dari kisah seorang yang berkedalaman jiwa lumayan, yaitu seorang bersahaja namun jiwanya dalam, ditemui oleh seorang pemuda yang keingin-tahuannya besar terhadapnya. Pemuda itu ingin ditunjukkan <i>secara lahiriah,</i> maka disuruhlah pemuda itu kepasar menawarkan cincin butut siorang itu kepasar, kepenjual sayuran, penjual daging, penjual gandum, penjaja kelontong dst…cincin itu dihargai maksimal <i>hanya sekeping perak</i>. </div><div style="text-align: justify;">Lalu disuruhnya pemuda itu menawarkan kebeberapa toko emas…ternyata oleh masing-masing pemilik toko <i>(yang ahli emas)</i>, cincin butut orang itu dihargai minimal <i>seribu keeping emas.</i> Begitulah<i> perumpaan lahiriah saja nilai kedalaman jiwa</i>. Sehingga ukuran kedalaman jiwa <i>tak dapat hanya ditakar dengan nilai material duniawi</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Itulah pula kenapa Alloh memberikan <i>standarisasi derajat manusia dihadapanNya yang ukurannya pada derajat ketaqwaan</i>..semakin tinggi ketaqwaan seseorang akan semakin tinggi pula derajatnya. Sebab t<i>aqwa bukan porsinya orang bodoh,</i> walaupun derajat terendahpun tetap sangat berharga yaitu seseorang yang mati dalam keadaan beriman tetap beruntung. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Panjang ceritanya jika membahas kedalaman jiwa, tapi beberapa saja saya cuplik kisah luar biasa yang rasanya sungguh teramat sulit diterima akal sehat, yaitu pada masa awal dakwah Islam, ketika Rasulullah SAW melewati kota Thoif <i>(sebelah utara Makkah) </i>yang penduduknya belum dapat menerima kehadiran Islam, beliau berjalan pelan ditengah kota tersebut lalu penduduk kota tersebut meludahi dan melemparinya dengan apapun termasuk batuan sehingga beliau terjatuh dan merangkak-mberangkang keluar dari kota itu dengan bersimbah darah. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Oh ya satu lagi ketika beliau diiring Abu Bakar Assyiddiq Ra <i>(nantinya Khalifah Pertama)</i>, memilih bersembunyi didalam goa ketika diburu oleh tentara Quraish. Bahkan kisah ini diabadikan dengan sebuah surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Ankabut <i>(sarang laba-laba). </i>Apa maksud dan tujuan beliau dari kondisi yang dialami beliau itu? seorang manusia sekelas beliau? Manusia pilihanNya? Betapa semudah membalikkan tangan jika beliau berkehendak menentukan kondisi beliau sendiri? Bahkan tentang usia beliau!. Ukuran saya, maka saya akan minta saja kepada Alloh untuk membalikkan keadaan. Para Malaikat pun yang tahu maksud Rasulullah kemudian hanya tersenyum. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Bagaimana pula dengan seorang Nabi Ayub AS yang bersedia menerima ujianNya untuk menanggung sakit yang menjijikkan <i>(sakit kulit yang luar biasa)</i> sehingga semua orang menghindar termasuk istrinyapun akhirnya menceraikannya. Seorang Rasulullah Ibrahim AS nan agung, bersedia dibakar hidup-hidup yang realitas pada beliau, api bukannya terasa panas tetapi justru dingin hingga menggigilkan beliau, dst. Ribuan bahkan <i>jutaan kisah agung tentang kedalaman jiwa.</i> </div><div style="text-align: justify;">Semoga tak seorangpun keliru memahami maksud uraian saya yang teramat awam ini, sebab saya menyadari tentang <i>kedalaman jiwa</i> ini sebenarnyalah teramat luas makna agungnya. </div><br />
<div style="text-align: justify;">-<i> <b style="color: blue;">Luas-jauh-tinggi</b></i><b style="color: blue;"> </b>: Luas-jauh-tinggi, sengaja saya satukan untuk memudahkan penggambaran capaian seseorang yang telah<i> menguasai sedemikian luas, sedemikian jauh, sedemikian tinggi</i> ilmu pengatahuan yang terhampar maupun yang tersembunyi dari hamparan ayat-ayat Alloh SWT. Sehingga tak harus satu persatu menggambarkan keluasan ilmu pengetahuan yang multi disiplin sementara banyak orang yang seakan menguasai banyak ilmu tetapi kesemuanya terbatas pada kulit-kulitnya belaka (<i>itupun banyak disalah artikan sehingga banyak orang yang dianggap top dan dipuja-puja banyak orang, yang saat ini menjadi dimudahkan dengan julukan selebritis, lihat saja contohnya sampai-sampai Da’ipun selebritis padahal bisanya terbatas jualan Tangis dalam Dzikirnya, jualan suara dengan nyanyian ruhaninya, jualan Magic dengan jamu Herbalnya, jualan Bacaan ayat-ayat, bahkan yang lebih gila lagi jualan Air dengan sentuhan Jarinya masih anak-anak lagi nah kalau yang satu ini yang kurang ajar benar-benar orang-orang dewasa disekelilingnya. Yang mengobatkan agak tidak bersalah karena mereka memang orang-orang yang tidak punya pegangan dan saking bingungnya!). </i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Juga makna <i>jauh</i>, kalau hanya menyebut jauh untuk penguasaan ilmu pengetahuan khawatir bisa salah tafsir pula. Bisa debatebel..maksud saya<i> jauh </i>dengan setiap langkahnya merupakan <i>prestasi pencapaian</i> sehingga ketika langkah itu <i>sudah banyak </i>sehingga disebut <i>sudah jauh capaiannya</i>, malah diterjemahkan sebagai <i>jauh </i>meninggalkan langkah pertama dengan cara melompat. </div><div style="text-align: justify;">Bukan begitu, <i>jauh ini adalah langkah yang telah dilakukannya sudah teramat banyak langkah yang disetiap langkahnya memerlukan perjuangan luar biasa lengkap dengan segala rintangan yang musti ditaklukkannya. </i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Tinggipun juga demikian, bukan <i>tinggi yang bermakna lupa pada bumi pijakannya.</i> Ia tetap membumi, manapaki bumi <i>tetapi derajat keilmuannya kian tinggi.</i> Itulah belaka maksudnya, maka kemudian lebih nyaman khususnya bagi saya untuk menggabungkannya saja. </div><div style="text-align: justify;">Pribadi seperti ini jika berada diranah pengakuan pemerintah dibidang akademik sudah level professor atau entah apa sebutannya jika sudah diatasnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Contoh mudah dibidang tertentu, apa sebutan yang musti disematkan terhadap ketinggian <i>ilmu lukis Affandi, atau Kusbini sebagai ahli musik, atau Gesang sebagai mbahnya kroncong? </i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pribadi ini multi-disiplin ilmu akademik. Yang akan dapat mengukurnya hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan <i>arif-bijaksana</i>, sebagaimana penilaian terhadap<i> kedalaman jiwa</i>, seperti contoh bagaimana orang dapat mangakui perjalanan singkat yang teramat luar-biasa perjalanan Rasulullah SAW ketika <i>mi’roj,</i> naik turun dari lapis langit pertama menembus langit ketujuh dan bolak-balik, tak perlu itu dijaman onta dulu menempuh Makkah-Aqso bolak-balik? Lengkap dengan perolehannya..maka orang awampun menerjemahkan naik buraq..begitulah kehendak Alloh SWT, ya sebatas meyakini tanpa peduli bagaimana bisa terjadi dan dengan cara seperti apa?. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Bagaimana pula Rasulullah Musa AS pun kesulitan mencerna maksud Nabi Khidhir As dengan membunuh anak-anak, membakar rumah anak yatim-piatu dan menenggelamkan kapal. Jangan katakan itu sekedar kemampuan membaca apalagi meramalkan masa yang belum terjadi, sama sekali bukan begitu adanya. </div><div style="text-align: justify;">Maka <i>keluasan-kejauhan-ketinggian capaian ilmu pengetahuan pribadi seperti ini</i>, sekali lagi yang dapat saya sampaikan sebatas mengandalkan jika seseorang telah <i>mencapai tingkatan kearif-bijaksanaan</i> tertentu. </div><br />
<div style="text-align: justify;">-<i> <b style="color: blue;">Tak bisa tidak dialah sang pilihan</b></i><b> </b>: Pribadi yang sarat dengan sifat dan sikap seperti yang terurai diatas siapa yang tidak memilihnya? Pribadi yang<i> multi kehebatan</i> yang sangat ideal untuk dipilih sebagai pemimpin. Seseorang yang dari sikap lahiriahnya saja sudah sangat tampak ke-<i>ideal-</i>annya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Pendek kata jika dia laki-laki maka saya akan sangat bersyukur dan sangat bahagia jika ia bersedia memperistri anak perempuan saya dan anak saya insyaAlloh mencintainya. Bahkan saya akan memberikan usulan dengan penjelasan panjang lebar kepada anak saya tentang dirinya itu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Jika ada orang yang seperti itu maka saya akan ikhlas memberikan <i>hak suara </i>saya kepadanya, itupun jika ia mau menjadi pimpinan formal. Celakanya kebanyakan pribadi seperti ini biasanya justru tidak bersedia apalagi <i>jumlahnya sangat-sangat terbatas.</i> Karena bukankah seorang<i> “pemimpin” yang benar tidak mau menonjol-nonjolkan kemampuannya apalagi menampakkan ambisi.</i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Dan ketika seseorang dan “tim suksesnya” harus sedemikian rupa mengerahkan segala daya untuk mencitrakan dirinya dan segenap kekayaannya, bahkan tega memanipulasi sesuatu untuk dijadikan sumber pembiayaan pencapaian ambisinya dan bergunung kisah nista bagaimana orang <i>mengkhalalkan segala cara untuk sekedar jabatan</i> pemimpin. Maka yang demikian itu semua sama sekali bukan porsi pribadi seperti ini..bahkan kian menjadikan pribadinya menjauhi kemungkinan ia bersedia diikutkan sebagai calon. Maka sebagai <i>rakyat musti cerdas</i> menentukan pilihan sekaligus memutuskan <i>mekanisme dan sistim </i>pemilihan pemimpin. </div><div style="text-align: justify;"><br />
<i>Selama masih salah maka tidak bisa diharap mendapat pemimpin yang benar</i>. Padahal khaqqul yaqin dipermukaan bumi juga persada nusantara ini <i>ada</i>. Tetapi <i>jangan sekali-kali dibawa-bawa keranah pemahaman tentang satriya piningit itu</i>, khawatir menjadikan lebih salah kaprah. </div><div style="text-align: justify;"><br />
<i>Pemimpin bukan muncul karena dimunculkan apalagi memuncul-munculkan dirinya sendiri, </i>tetapi ada dari kebesarannya sendiri yang memang sudah berstatus ideal dan itu tampak mengesan dimata orang banyak melalui proses panjang <i>(artinya tidak mungkin muncul tiba-tiba, bahasa “Wedangan Carikannya” dapat dicermati track recordnya). </i></div><br />
<div style="text-align: justify;">- <b><i><span style="color: blue;">Manusia sebenarnya</span> :</i></b> Manusia sebenarnya adalah sebagaimana firmanNya sebagus-bagus ciptaan atau ciptaan yang paling sempurna. Sehingga segenap makhluk, bahkan gunung-gunung (<i>yang keberadaanya bagi bumi sebagai penyeimbang orbit) </i>bahkan para Malaikat dan seterusnya bersedia merunduk kepadanya <i>(keculai Iblis). </i> </div><div style="text-align: justify;"><br />
Selain manusia sebagai wujud <i>raganya yang super rumit dan komplit dari kaca mata anatomi</i>, <i>juga fitrahnya yang merupakan gabungan ruh suci dan kelengkapan potensi kejiwaan dan kemampuannya</i>. Pemahaman terhadap hal ini mohon untuk melihat pada referensi-referansi terkait tentang anatomi, ruh dan potensi-potensi dasar manusia. Namun yang ingin saya sampaikan dalam hal ini sebatas tingkatan tertinggi yang dapat dicapai manusia yaitu <i>jika dirinya </i>mampu mencapai semua hal yang terurai diatas. Dalam bahasa awam saya meliputi <i>bersih, bening, lurus, luruh, tenang, riang, bersahaja tetapi bukan “sederhana”, wibawa tanpa disengaja, dalam dan luas-jauh-tinggi</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Dan itu semua ia capai dan miliki melalui <i>proses yang sangat berat dan panjang</i>..sehingga tidak hanya tidak mungkin seorang anak muda telah memilikinya walaupun tanda-tanda kearah itu sudah mulai tampak, juga tak mungkin bagi orang yang menonjolkan diri dalam segala bentuknya termasuk menciptakan kesan, juga bukan jenis manusia <i>mewah</i>, juga bukan orang yang menampilkan ketidak cocokan apapun dengan sekedar sindiran sekalipun.<br />
Karena type pribadi seperti ini pasti lebih cenderung sebagai <i>suri tauladan</i> daripada bicara, tetapi bukan berarti tak bisa bicara karena bicaranya tak boleh <i>(oleh kendali dirinya)</i> sia-sia, bahkan pasti malah ia akan tak henti-hentinya bicara dan berbuat jika ada sesuatu yang tidak semestinya terjadi sebagai upayanya memeperbaiki sesuatu itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pribadi seperti ini menegakkan bukan sebatas <i>amar ma’ruf tetapi juga nahi munkar,</i> dengan pembawaan <i>“sepi ing amrih rame ing gawe”. </i>Dan ia sangat perhatian pada hal-hal kecil yang biasa dianggap remeh <i>(tak dipentingkan dan tak dipedulikan)</i> oleh awam tetapi sebenarnya merupakan inti masalah, apalagi hal-hal sedang dan pasti hal-hal yang berskala besar, karena memang porsinya di tingkatan tinggi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemahamannya sangat luas dan mendasar. <i>Ia berada pada puncak-puncak multi-disiplin, multi-akademik, multi-dimensi positif.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepadanyalah bisa <i>diadukan </i>segala permasalahan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian. Dialah contoh paling tepat bagi istilah cendekiawan, pemimpin sejati sekaligus alim ‘ulama <i>(orang yang berakhlaq mulia dan berilmu tinggi serta menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga menjadi suri-tauladan dan panutan. Itulah pengertian alim ‘ulama sebenarnya, dan sama sakali bukan alim ulama-alim ulamaan yang disegenap jaman selalu mendominasi, apalagi dijaman edan ini)</i>. Pribadi ini rahmat bagi alam semesta. Tentang rahmatan lil ‘alamin ini silakan melihat referensi terkait. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Dan itu semua, menebar sendirinya kesegenap penjuru mengusap, mengelus, meresap dan mengisi penuh-penuh, mengajak tanpa memaksa, memberi tanpa meminta, menjadi samudra yang tak menenggelamkan, menjadi matahari yang tak membakar, menjadi cahaya yang tak menyilaukan, menjadi langit yang tak mengosongkan, menjadi rahmatan lil ‘alamin.</b></div><br />
<div style="text-align: right;"><i>Tenggarong, 1 Juli 2010</i></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-65917574538401615112010-11-10T09:54:00.000-08:002010-12-21T09:34:02.858-08:00CELOTEH DI WARUNG KOPI<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 18 Juli 2010 jam 23:38</i></div></div><div style="text-align: right;"><i>(Mung Dapur Panguda-Rasa Warung Kopi).</i></div><br />
<b>Celoteh di warung kopi</b> : <br />
<br />
“Lhah yang dianggap pemimpin sekarang ini lho, sepertinya ko hanya orang yang bisa dikenal dipusat sana ya, entah lewat tv, koran, majalah, dst yang kayaknya tanpa proses pencapaian yang istimewa, berat dan panjang. Tanpa peduli basis akademik ataupun kebaikan kepribadiannya ya?. (<i>yang dimaksud basis akademik mungkin tidak saja cerdas dan faham ilmu pengetahuan pada bidangnya, tetapi juga pengalaman terapannya. Dan kebaikan kepribadian mungkin pada sifat dan sikapnya, adil dan amanah dalam bertindak, mengedepankan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi, peduli dan cepat-tanggap, teguh dalam memegang prinsip kebenaran serta kuat dalam pengendalian diri, juga penuh rasa malu dan mawas diri, belum lagi wibawa, santun dan bersahaja)</i>. Artinya telah memenuhi kriteria sifat dan sikap keteladanan, kecendekiawanan dan aklak mulianya.<br />
Kayaknya pemimpin sekarang ini cenderung seadanya, liberal-pragmatis bahkan tidak keruan juntrungannya, tak sedikit juga yang sekedar karena harta dan kedekatan-kedekatannya dengan kantong-kantong kekuasaan”.<br />
<br />
Si Ndower <i>(memang mulutnya ndower dan lidahnya paling njlimet diantara sekian orang yang nongkrong diwarung itu)</i> dengan lagak seperti pengamat, angkat bicara maunya si membahas mukadimah celotheh diatas :<br />
“Ya lihat saja, kalau berangkat dari lingkungan akademisi maka kebanyakan dari “keberhasilannya” menjadi pengamat yang pandai bicara dan yang cenderung “penyerang kebijakan, penjelek-jelek orang” <i>(bukan bermakna vocal dan kritis yang semestinya lho).</i> Jauh dari kearifan dan mawas diri dan bukan yang tekun yang santun dan yang semakin merunduk. Juga tak peduli track record dirinya sendiri yang <i>(dengan mata telanjang dapat dilihat)</i> miskin pengalaman, belum teruji serta belum difahami <i>mentality and morality-nya</i>. Celakanya orang banyak juga ga mempedulikan itu, biasanya karena terpana pada kejagoannya bicara saja. Dilain pihak, yaitu yang diserang, kalau tak bisa atau <i>lagi males </i>menandinginya, maka justru banyak memanfaatkan mereka dengan <i>memberinya jabatan</i> atau paling tidak mensponsorinya dengan tetap menggunakan <i>“netralitas baju pengamat”. </i><br />
<br />
Selanjutnya, seperti banyak kita lihat dengan mata kepala sendiri dilingkungan kita juga, jika berangkat dari partai politik maka <i>(tau sendirilah) </i>cara mereka memperoleh kebesaran namanya. Alangkah banyak mereka yang sebenarnya tidak faham ketata-negaraan, tak faham letak, luas dan isi negaranya <i>(bahkan daerah lingkungannya sekalipun)</i>, tak tahu bagaimana memanggul amanah rakyat, <i>'ra ngeh</i> apa yang dibutuhkan rakyat, malah-malah ga ngerti dhong-dhing apa itu cita-cita adil dan makmur bagi negara dan bangsanya, jangan-jangan Pancasila pun ga hapal apalagi suruh buka-buka UUD ’45, dst. <br />
<br />
Lain pula kalau berangkatnya dari karier, sepertinya sudah ga bener dari awalnya <i>(lha wong mlebune nganggo nyogok/jadinya pegawe pakai nyuap) </i>atau setidak-tidaknya setelah dirasa ko kariernya bisa naik terus. Maka kecenderungan fokusnya, orientasinya tak lebih adalah jabatan lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, dengan didasari ego dan sikap batin “merasa telah mampu dan layak”. Jadi bukan jabatan adalah amanah, adalah tanggung jawab berat apalagi kerja semakin keras <i>(sebagai pelayan rakyat)</i> dengan pamrih cita-cita luhur untuk rakyat, adanya pemenuhan ambisi karier dan bukan rasa khawatir tidak mampu memanggulnya. <br />
Bukan hanya itu, ada lagi yang lebih parah yaitu jika berasal dari warisan <i>(tanpa bekal pribadi) </i>atau yang ketiban sampur dadakan <i>(ujug-ujug mak bedunduk mak jedhul mak bedhengus)</i>, yang model beginian tentu karbitan belaka, akibatnya apanyapun tentu lebih parah. Pendek kata, sungguh semuanya seakan jauh dari istilah pemimpin ideal.” <br />
Begitu bahasan dari si Ndower. Saking menggebu-gebunya, rokok yang dikempitan jarinya habis dan baranya menyengat sampai harus mengibas-ibaskan tangannya kepanasan trus jarinya dicucup. <br />
<br />
Kang Panjul yang merasa kasihan menyodorkan gelas kopinya : “ sik ngombe sik tho Wer”. Si Ndower lalu nyruput sedikit tapi karena tergesa-gesa keburu mau neruskan ocehannya malah tersedak batuk-batuk, wajahnya merah padam, agaknya kopi panas itu salah masuk keparu-parunya. <br />
<br />
Rupanya dia cukup demokratis <i>(mungkin karena khawatir pada bosan)</i> jadi dia bertanya : “Diteruskan ga ni?”. Spontan pertanyaan itu ditanggapi aneka ragam oleh para penongkrong disitu. “Ra tak gugu” : sahut si Jawir, lain lagi si Bodong sambil ngantuk-antuk : ”Bab apa tha kuwik?” (<i>agaknya sejak mukadimah sampai Ndower tersedak tadi memang ga memperhatikan). </i><br />
Lain pula pendapat Kardi Jenggot : “Ngoceh ya ngoceh tapi ga usah nyenggol sana-sini”. si Ndower tanggap :”Lho aku kan cuma bicara secara umum ta?” Kardi menyela lagi :”Justru secara umum itu kan berarti banyak yang kena ta?” “Lha wong nyatanya gitu. Ini kan fakta yang dapat dibaca didengar dan dirasakan!” timpal Ndower ga mau ‘ngalah. <br />
<br />
Tiba-tiba pakMan si tukang wedang menyela :“Sampean teruske mawon mas, kersane sami jenak lenggah” <i>(rupanya dia khawatir kalau warungnya sepi).</i> Mendapat dukungan pak Man itu semangat Ndower kembali tergugah, sambil menyalakan rokoknya dia mulai ngoceh lagi dan rupanya dia ga lupa kalimat akhirnya tadi sehingga langsung meneruskan dengan runut : <br />
<br />
“Maka sekurang-kurangnya yang terjadi kemudian : <br />
1. <i>Kebingungan</i>. Ya, itulah penampilan yang paling tampak akibat dari tak tahu makna dan arah amanah yang dipanggulnya. Jika sekedar <i>demam panggung </i>pada awalnya si ga seberapa. Bingung apa yang mesti dikerjakan ketika tiba-tiba didepannya terhampar gunung-gunung masalah kenegaraan, kebangsaan dan perikehidupan rakyat. <i>Bingung</i> bagaimana harus bersikap terhadap jajarannya dan apalagi melayani masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya. He he..ada padanan tepat dalam istilah jawa <i>“kaya kethek ditulup”. </i><br />
<br />
2. Pada saat harus berpendapat sampai dengan membuat keputusan, justru berakibat <i>membingungkan rakyat</i>,<i> bahkan menyengsarakan</i>. Lucunya, mereka ini kebanyakan tidak sadar malah mengira keputusannya sangat tepat bahkan seakan satu-satunya, malah-malah <i>merasa</i> <i>heroik</i>. Ini juga ada padanan istilahnya seperti <i>“kambing congek”</i><br />
<br />
3. Menimbulkan <i>masalah baru</i>, akibat tidak memahami hukum <i>sebab-akibat</i>, sehingga jangankan menyelesaikan masalah atau paling kurang membatasi dan mengurangi bobot masalah, sebagai akibat dari kesalahan kebijakan yang diputuskan dan diberlakukannya.<br />
<br />
4. Melengkapi <i>mata-rantai kerusakan</i>, bukannya menghentikan atau merubah apalagi tegak-teguh menentang arus kebijakan yang salah, tetapi malah menggaris-bawahinya dengan segenap kemampuannya meyakinkan semua fihak bahwa kebijakan itu sudah dipertimbangkan secara njilmet dan sangat tepat. <br />
<br />
5. Sikap dan tutur-sapanya <i>wagu</i>. tersebab <i>kedunguan</i> <i>dan sikap tak peduliannya</i>, persis istilah <i>“bodho longa-longo kaya kebo”</i>, malu-maluin, istilah umum jawa <i>“ngisin-isini atau nglelingsemi”</i>.<br />
<br />
6.<i> Borjuis baru</i>, suka kemewahan dan penaka raja yang harus dilayani. Ah bab ini ga perlu diterjemahkan lebih jauhlah yaw!. Dan celakanya yang seperti ini malah masih juga di<i> subya-subya</i>, bahkan lihatlah mereka yang jelas-jelas telah divonis bersalahpun karena n<i>ggarong, maling, korupsi, kolusi, mesum ds</i>t, masih dengan tanpa pekewuh mengumbar <i>senyum gagah dan masih juga berkilah huaneh-aneh.</i>” : begitu kupasan si Ndower dan berhenti disitu sambil terengah-engah karena kelamaan ngoceh. Tapi ga lama disambungnya lagi :<br />
<br />
“<i>Sampel-sampel simpel </i>tampilan seperti diatas hampir setiap saat tampak di layar TV dan Koran. Untuk mengetahuinya, cukup dengan sedikit saja meningkatkan perhatian. Nanti batin ini tentu akan menyuarakan <i>“yang semestinya”</i> atau hati berdesir dan spontan berucap : <i>“ko begitu ya?”</i>..dan buntut yang berkembang kemudian <i>“waduh naik lagi-naik lagi, ribut lagi-ribut lagi, bakalan tambah ruwet ni, lagi-lagi begitu, begitu-begitu lagi”</i>. <br />
<br />
Katanya kemudian : “Mari lihat, beberapa saja contoh yang tak besar-besar banget saja, dan yang saat ini lagi <i>in,</i> bagaimana hingar bingarnya kenaikan TDL listrik. Bagaimana para pejabat berdebat, berdalih, para pengamat berbusa-busa, pun para pengusaha yang merasa paling menderita terkena dampaknya, padahal pleaselah..benarkah?. Termasuk argumen para pejabat itu, lagi-lagi mengulas pembandingan dengan harga-harga dinegara-negara lain. Sementara dampak berantainya tetap saja langsung menusuk jantung rakyat! <i>(Lha wong pendapatannya ga naik)</i>. Pertanyaannya kemudian, <i>untuk apa?</i> <i>benarkah itu jalan satu-satunya?</i>. Mereka, sang jajaran penentu dan semua yang ribut-ribut itu merasakankah? Siapa obyeknya, benarkah rakyat sebagai subyek? lugasnya, siapa yang akan menanggung beban beratnya?, akibat berantai atau efek domino atau apalah lagi istilah lainnya? Lugasnya lagi, apa yang terjadi pada harga-harga kebutuhan rakyat?”. <br />
<br />
“Contoh lain, pengurangan sebesar-besarnya minyak-tanah yang kemudian diganti dengan gas dilengkapi tabung-tabungnya, apa akibatnya?.<br />
Tak perlu lagi bicara kenaikan BBM. Orang jawa bilang<i> “luput cinatur merga entek amek kurang golek” </i>: habislah ocehan si Ndower, saking semangatnya sampai benar-benar kelelahan rupanya..kepalanya pun menunduk, mata terpejam kliyeng-kliyeng mabuk kopi.<br />
<br />
Suasanapun rada <i>tintrim, </i>tiba-tiba dengan sangat kalem terdengarlah mbah Pana berkata <i>(rupanya semua lupa bahwa disitu ada mbah Pana si tukang sapu gedung belakang warung wedang kopi itu. Seorang pyayi sepuh yang konon sudah 22 tahun numpang kerja di gedung itu, dari dulu sampai sekarang ya tetep saja sebagai tukang sapu, paling-paling dapat tambahan dari mobil-mobil atau sepeda motor yang parkir disitu, itupun tak pernah minta, pantang!)</i>. <br />
<br />
Kata mbah Pana : “Lhoh le, kata kuncinya kan apapun kebijakan yang diputuskan dan diberlakukan harus sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat ta?, bukan justru selalu menjadi beban-beban baru <i>yang kian mencekik dan mempurukkan!</i>”. Dengan sedikit bergurau coba saja tanyakan <i>“apa yang telah diperbuat untuk meningkatkan pendapatan rakyat, atau meningkatkan daya beli rakyat?”</i>. Sungguh ga perlu lagi bertanya berapa, apa dan dimana peningkatan penciptaan <i>lahan kerja</i> ataupun <i>penyerapan tenaga kerja</i> atau <i>keberhasilan menekan angka pengangguran dan kemiskinan</i>. Karena jawabannya akan lebih memusingkan dan membingungkan mereka, belum lagi malunya. Dibatin mereka sebenarnya ada pengakuan bahwa sebenarnyalah penyangga perekonomian negri ini selain sumber daya alamnya yang dibayangkan <i>(tapi dengan ketidak-peduliannya) </i>takkan ada habisnya dan <i>negri ini masih tegak karena kemampuan rakyat itu sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri (dan dengan interaksi kompleksnya maka masih bisa membuahkan kemajuan-kemajuan dilingkungannya masing-masing). </i><br />
<br />
Maka jangan salahkan jika <i>angka kriminalitas, bahkan terorisme, angka sakit jiwa, angka bunuh diri, angka jual diri, angka amuk dan anarkhisme, angka nyawa tak berharga, dst,</i> meningkat dari waktu ke waktu tak tertahan!. Jangan salahkan pula dan siapapun orangnya mempunyai anggapan j<i>aman ini jaman edan</i>, bahkan sudah tak asing di pendengaran yang menyebut <i>jaman kalabendu (jaman adzab)</i>, tetapi sungguh demi Alloh jangan sampai <i>jaman laknat (jaman yang dilaknat Alloh)</i>. Duh Gustiii…duh Robb, ampunilah kami yang dungu berkepanjangan ini….” Begitulah penuturan mbah Pana yang membuat orang-orang disitu rada tertegun mendengar seseorang yang benar-benar tak dikira dapat <i>menerawang jauh</i> urusan yang jauh dari kehidupan sehari-harinya. Benar kata pepatah jawa <i>“jalma tan kena kinira”</i>. disaat orang-orang pada diam itu rupanya mbah Pana masih ingin meneruskan penuturannya : <br />
<br />
“Satu hal yang harus mendasari untuk mengetahuinya adalah dengan meniadakan rasa ketertarikan <i>(keterpanaan)</i> barang sebentar saja kepada yang dilihat, termasuk simpati pada perjalanan hidup mereka yang<i> “seakan-akan”</i> penuh derita dan kepedihan, sehingga mereka dianggap sangat tepat menduduki posisi-posisinya itu dst. Kemudian mencoba <i>netral</i> <i>dan wening</i> dalam memahami persoalan yang semestinya harus diselesaikan, kebijakan yang semestinya diberlakukan untuk <i>segenap bangsa</i>, termasuk sedikit saja <i>mawas </i>dan <i>peduli </i>terhadap kemungkinan akibat yang ditimbulkannya”.<br />
<br />
Mendengar penuturan itu semua orang termasuk Ndower jadi tambah perhatian sambil pasti membatin :”ini orang bicaranya ko seperti yang setiap saat nonton tv ta? Jaan <i>nyolong pethek </i>tenan ki. Rasanya ga mungkin kalau dia cuma sekedar tukang sapu. Wah ini menarik untuk nanti diwawancarai ni”. <br />
<br />
Ee.. masih terdengar lagi mbah Pana melanjutkan : “Dan yang perlu mendapatkan perhatian lebih ketika menilai adalah bahwa setiap <i>kebijakan pemimpin</i> yang kemudian diberlakukan akan berakibat <i>positif atau negatif.</i> Jika kebijakan itu besar maka dampaknya <i>tidak saja besar tetapi juga berantai</i>. Jika kebijakan kecil saja tetapi jika kebijakan itu salah kemudian <i>berakumulasi</i> dengan kebijakan-kebijakan kecil lainnya yang sama-sama salah, maka dampaknya juga menjadi besar dan berantai juga, <i>itu berarti banyak masalah!”</i> <br />
<br />
Wah uedan tenan ane tukang sapu ini ko bisa ngomong seperti itu. (<i>padahal bukankah namanya ilmu atau wawasan seseorang tak dapat diukur hanya dengan penampilan ataupun kegiatannya sehari-hari? Maka luputlah jika menyangka “wong cilik” ilmunya juga cilik atau sedikit!. </i>Suasana jadi rada aneh, dan karena mbah Pana juga diam saja maka suasana juga terbawa ke-diam-annya. <br />
<br />
Namun syukurlah kemudian ada orang membuyarkan keheningan itu, rupanya suara pakMan sipemilik warung : “Mas, <i>konon</i> dahulu kala, ada sebuah <i>kisah kecil</i> yaitu dijaman berkuasanya <i>khalifah Harun Al-Rasyid. </i>Namanya khalifah dijaman itu kan sudah berubah bentuk menjadi seperti raja-diraja, teramat jauh jika dibanding dengan perikehidupan <i>khalifah Empat</i> setelah njeng Nabi. Ketika itu dia <i>(Harun Al-Rasyid)</i> sedang berdarma wisata <i>(piknik gitu loh)</i> yang diiring sanak keluarga, para ajudan dan tentu beberapa pejabat kunci negara. Nah, ketika sang raja itu sarapan maka segalanya serba tersedia. tetapi kebetulan ada salah satu lauk yang kurang garam, spontan dia nyelethuk ringan <i>: “hhh..kurang asin”</i>.<br />
Mendengar itu salah satu <i>ajudan</i> menyampaikan kepada salah satu <i>pejabat kunci</i>. Maka celethukan itu diolah dianalisa diotaknya <i>: “berarti kurang garam”</i>, maka dengan kekuasaannya diperintahkan-nyalah kepada salah satu staf bahwa <i>raja kekurangan garam</i>, staf ini langsung berkasak-kusuk <i>: “kita kekurangan garam, negeri ini sangat membutuhkan banyak pasokan garam”</i>. Cepat bagai kilat kasak-kusuk itu berubah menjadi <i>head line</i> dikoran-koran dan mengusik <i>“rasa peduli, rasa bela negara”</i> segenap jajaran pejabat negara yang terkait. Singkat kata, maka dibuatlah KepRa <i>(Keputusan Raja) </i>untuk <i>impor garam</i>. Pejabat Negara terkaitlah yang tentu paling bersemangat mengemban<i> “amanah” </i>itu, dan pejabat-pejabat tinggi yang lainnya meng-amini dengan seamin-aminnya <i>(karena takut kepada sang raja).</i><br />
<br />
Maka terjadilah polemik dahsyat dikalangan mana saja termasuk tentu <i>para pengamat</i> sampai mulutnya berbusa-busa, lengkap dengan <i>segebung literatur ilmiah </i>dan pasti mengerahkan ilmu diskusinya <i>(padahal dibatinnya, wah ini kesempatan mendongkrak nama)</i>. Apalagi diwarung-warung <i>sahi (warung teh tetapi disini lebih dikenal dengan istilah warung kopi seperti punya saya ini)</i>. Sementara rakyat keseluruhannya? Bingung dan sedih. Bagaimana tidak, mereka tahu persis negaranya sangat <i>berlimpah garam </i>yang terus diproduksi dari air lautnya yang berlimpah, bahkan dari gunung-gunung mereka yang mengandung garam…ee <i>bukannya ekspor tapi malah diputuskan untuk harus impor</i>. Dan akibat paling lucunya lagi, garam dipasaran untuk konsumsi rakyat negara itu harganya melangit. Begitulah, hanya karena sebuah <i>celethukan sang raja</i> maka berakibat semua bingung dan buntutnya <i>“membebani rakyat”</i> yang kemudian kian sengsara!. Sebuah cerminan kedunguan <i>(dungu belum tentu tidak pandai lho namun pinter yang keblinger itu juga dungu)</i>, kebingungan, kecerobohan, ketidak-pedulian, kepenjilatan, ambisi dan ego pemimpin <i>(agak memudahkan penggunaan istilah ini, padahal sesorang disebut pemimpin tentu harus memenuhi kriteria sebaliknya dari semua yang disebut didepan itu)”</i>. sampai disitu pak Man diam dan tersenyum lega seakan telah lepas dari <i>beban berat berton-ton</i> dipundaknya yang selama ini hanya sebagai pendengar setia ribuan bahkan jutaan <i>ocehan orang-orang yang nongkrong </i>ataupun sekedar mampir <i>wedangan.</i> <br />
<br />
Mendengar pak Man bisa bercertita seperti itu, si Ndower dan teman-temannya ga bisa lagi berkutik, termasuk si Bodong yang rupanya rupanya tiba-tiba hilang kantuknya….batin mereka “Uedaaaan tadi mbah Pana sekarang tambah pak Maaaaan? Si Tukang sapu dan tukang wedaaaaang? Jaaaan tenan jalma tan kena kinira. Uedan !!!.<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><i>- Tenggarong, 11 Juli 2010 -</i></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-90910515400479486902010-11-10T08:57:00.000-08:002010-11-10T08:57:45.504-08:00JANGAN PERNAH MENYERAH NAK<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg">oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 21 Juli 2010 jam 12:44</div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div> <br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: large;">Nak, syukurlah disini masih tersedia sedikit beras dan minyak<br />
diluar sana anak-anak sepertimu tergolek merintih kesakitan<br />
karna lapar dan ada yang karna hampir sekujur badan terbakar<br />
ironisnya justru banyak orang yang memanfaatkan keadaan itu.<br />
<br />
Nak, syukurlah untukmu disini masih tersedia buku dan pena<br />
diluar sana anak seusiamu banyak yang menangis tanpa henti<br />
karna tak ada biaya sekolah malah ada yang harus gantung diri<br />
dan jangan tanyakan dana berlimpah yang konon untuk mereka.<br />
<br />
Nak, syukurlah disini masih hangat nyaman dan tenteram<br />
diluar sana banyak rencana jahat dibuat tipu daya diformat<br />
berebut kemenangan atas nama kebenaran masing masing<br />
hingga tak lagi peduli ketika menggilas kebenaran itu sendiri.<br />
<br />
Duhai anakku sayang …:<br />
<br />
Agamamu mengajarkan untuk peduli dan berbagi<br />
jikalau perlu hingga tak berfikir untuk diri sendiri<br />
dilandasi keyakinan ketulus-ikhlasan dalam hati<br />
dan tidak berharap sanjungan ataupun pengganti<br />
<br />
Alloh menyuruhmu terus mencari ilmu<br />
lalu stiap yang kamu dapat musti dibagi<br />
agar semua pandai dan siap mengembani<br />
amanah luhur sebagai khalifah dibumi ini.<br />
<br />
Duhai anakku malang…:<br />
<br />
Walau mustinya belum saatnya kamu tahu apalagi mengalami<br />
gelap dan kejamnya dunia sekelilingmu tapi baik kamu sadari<br />
banyak sesamamu yang tak beruntung dan tak berharapan lagi<br />
jadikan pemantik semangat meraih cita-cita yang kamu ingini<br />
<br />
Ayo, lakukan dan maju terus<br />
tak usah menoleh kebelakang<br />
tak usah pedulikan rasa takut mencengkeram<br />
terjanglah apapun siapapun yang menghalang.<br />
<br />
Selama masih ada kesempatan<br />
walau lilinpun tinggal sebatang<br />
walau pandangan tinggal bayang-bayang<br />
walau kata tinggal sehuruf mampu disuarakan<br />
walau keringat dan darah tinggal setetes<br />
walau nafas tinggal setarikan<br />
walau Izrail sudah siap dihadapan<br />
taklah akan kami biarkan kamu sendirian<br />
Alloh dan jiwa kami ada didalam dirimu, anakku.</span> <br />
<br />
<i>Tenggarong, 21 Juli 2010<br />
(Refleksi untuk Indonesia 65 th)</i><div class="photo photo_right"><div class="photo_img"><img class="img" src="http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs198.snc4/38214_139054276116094_100000345671204_268159_6261721_a.jpg" /></div></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-59639601812914372902010-11-10T08:54:00.000-08:002010-11-10T08:54:42.194-08:00PERJALANAN TRAGEDI<div><h2 class="uiHeaderTitle"></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><span style="font-style: italic;"></span><i>oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 21 Juli 2010 jam 3:01</i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Anak-anakku </span></span></div><div><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">siapapun namamu</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> dimanapun</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> tetap teruslah berlari</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> jangan sampai terkejar</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> dosa-dosa orang-orang tua ini</span><br style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /></span> <div style="text-align: right;"> <i>- Tenggarong, 6 Juli 2010 -</i></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3319946551744597354.post-31342917330251503062010-11-10T08:49:00.000-08:002010-11-10T08:49:33.849-08:00KETIKA DEMOKRASI SUDAH MENJADI PILIHAN<div style="text-align: right;"><h2 class="uiHeaderTitle"> <span style="font-size: small;"><i>(Renungan HUT RI Ke 65)</i></span></h2></div><div class="clearfix" style="text-align: right;"><div class="mbs mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg"><i>- Oleh <a href="http://www.facebook.com/weyen1">Wong Embi Yen</a> pada 05 Agustus 2010 jam 1:49</i></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix"><div> </div><div>Demokrasi :<br />
Adalah ketika orang tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain<br />
Adalah ketika orang tidak mengganggu dan meresahkan orang lain<br />
Adalah ketika orang tidak menyebabkan orang lain menderita dan dirugikan<br />
Adalah ketika orang tidak membuat dirinya memalukan karena melanggar susila<br />
Adalah ketika orang tidak melupakan dan mengabaikan batas-batas. <br />
Adalah ketika orang tidak bersikap melecehkan orang lain<br />
Adalah ketika orang tidak melupakan hak orang lain<br />
Adalah ketika orang tidak mengukur orang lain sama dengan dirinya sehingga orang lainlah yang harus menyesuaikan dengan ukuran dirinya<br />
Adalah ketika orang tidak mengumbar selera dan kemauan pribadinya dengan tanpa mengindahkan, menghormati dan menghargai orang lain<br />
Adalah ketika orang tidak melupakan martabat kemanusiaannya sebagai bagian dari masyarakat luas yang harus dijunjung tinggi martabatnya sebagai wujud kebersamaan dalam bermasyarakat.<br />
Adalah ketika orang tidak melupakan dirinya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab hidup bersama dengan individu lainnya<br />
Adalah ketika orang tidak menjadikan dirinya mengkhalalkan segala cara sehingga melanggar nilai-nilai, norma-norma apalagi hukum yang berlaku.<br />
<br />
Intinya demokrasi adalah ketika orang memahami dirinya tidak sendirian didunia ini dan ia sangat memahami hidup itu ada aturannya, termasuk untuk melindungi dirinya sendiri.<br />
<br />
Jika segala "tidak" itu tidak ditaatinya maka ia bukan demokrasi<br />
Dan jika orang merasa bebas berekspresi sekehendak dirinya, "dalam relaitas tidak sendirian", padahal ia tahu aturan bahkan yang tidak tahu aturan sekalipun, maka orang itu tidak demokratis.<br />
<br />
Tenggarong, 5 Agustus 2010<br />
<div class="photo photo_left"><div class="photo_img"><img class="img" src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs230.snc4/38845_142530859101769_100000345671204_284883_6145420_a.jpg" /></div></div></div></div>Wong Embi Yenhttp://www.blogger.com/profile/17829853370751823112noreply@blogger.com0