Rabu, 22 Desember 2010

TIM NAS SEPAK BOLA MENGUKIR PRESTASI


Negeri dan bangsa ini sudah sedemikian haus prestasi, khususnya Sepak Bola.

Tak dipungkiri popularitas cabang olahraga satu ini sejak lama menduduki rangking tertinggi, nyaris tak pernah tergeser oleh cabang lainnya. Dulu memang sempat tergeser oleh Badminton dimasa kejayaan Rudi Hartono Cs yang mempersembahkan segudang prestasi, mengharumkan nama Indonesia dilevel Internasional. Juga pernah kualami dan masih terbayang jelas betapa masayarakat terbuai oleh kehebatan sang seniman Tinju Muhammad Ali, sehingga pernah pelajaran sekolah ditunda sebentar "hanya" untuk memberi kesempatan seluruh siswa dan guru ramai-ramai berkumpul di Aula Sekolah menyaksikan pertandingan Tinju itu lewat layar kaca 17 in.

Sepakbola, sulit menemukan orang yang tidak menyukainya, kalau toh ada ibu-ibu atau bapak-bapak tidak suka bukan berarti anaknya yang masih balita tak dibelikan bola sebagai sarana bermain ditaman-taman, dihalaman rumah bahkan tak jarang didalam rumah sehingga berantakanlah segala perabotan, termasuk pernah kaca jendela rumahku pecah berhamburan gara-gara bola yang ditendang anak kecilku. Apalagi bagi yang memang hobi, sehingga belum lama berselang, sekeluargaan bergabung dengan ratusan orang heboh habis sampai subuh di sebuah café Jouragan Kopi Samarinda untuk “nobar” pertandingan final Piala Dunia. Cukup dengan sebuah bola maka siapapun bisa memainkan dengan riang gembira, dimanapun didelapan penjuru arah diseluas nusantara ini, memang!.

Sepakbola Indonesia, didalam negeri berbagai kompetisi tidak pernah lengkang memenuhi waktu, dari kompetisi tingkat RT sampai Nasional, dari SD sampai Perguruan Tinggi, dari proyek-proyek kecil hingga perusahaan-perusahaan raksasa, dikampung-kampung pelosok desa hingga metropolitan, dimanapun, dalam banyak kesempatan, dalam berbagai bentuk hingga pernah kuikuti pertandingan sepakbola 17 Agustusan se-RT, walaupun harus dengan memakai pakaian longdress milik istri tersayang (akhirnya ya sobek juga si).

Tetapi jika sudah bicara prestasi sepakbola Indonesia diajang Regional apalagi Internasional, siapapun anak bangsa ini mengelus dada. Sebuah kenyataan yang memprihatinkan. Lebih tepatnya dikatakan saja sebagai kehausan yang memang seakan sudah mendekati titik nadir untuk sebentar lagi saja frustrasi total alias depresi jika tak mau dibilang putus asa. Sehingga tak heran kompetisi di ajang Asia Tenggara tahun ini membuncahkan harapan yang kini seakan sudah menjurus euphoria. Kegembiraan yang sedemikian heboh ditengah suasana kesedihan dan keprihatinan bangsa yang sudah bertahun-tahun diterpa bancana alam berurutan sambung-menyambung dan sekian persoalan besar bangsa!.

Eforia prestasi sepakbola dan suasana keprihatinan “gunung” persoalan bangsa dan negara. Bolehlah kita semua berharap sekaligus berbangga dengan prestasi itu namun sungguh tak layak larut kedalam eforia. Apalagi eforia itu menjangkiti petinggi-petinggi negeri yang dipundaknya terpanggul kewajiban teramat dahsyat “gunung” persoalan bangsa dan negara. Ini sekali lagi menuntut kearifan jika tak mau dianggap aneh-aneh oleh orang yang berfikir jernih tentang situasi-kondisi riil bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia, saat ini.

Ayolah saudara-saudaraku, persoalan bangsa ini tak kan cukup waktu kalian punyai untuk menyelesaikannya, memperbaikinya, mengarahkan kejalur yang benar tepat kearah wujud adil dan makmur, cita-cita kita semua!.
Selamat, dan kita semua bergembira oleh prestasi itu namun pleaseee…ah….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar