Rabu, 10 November 2010

JAMAN INI

(Pindahan dari FB Wong Embi Yen)

Jaman ini
jaman serba ada
serba mudah dan cepat
segala leluasa tumbuh bebas
kekelaman lebih menggiurkan
yang hitam begitu mudah diputihkan
jaman yang lebih kompleks dan penuh excuse
masing2 kukuh pada kebenarannya
bahkan seakan bisa mmbuktikan

Niscaya ketika situasi memasuki titik nadirnya
wujudnya perbedaan tak lagi sebagai rahmat
berakumulasi merusak keseimbangan
kinilah barangkali saat2 menuai badai
semua menanggung konsekwensinya


Alarm bahaya itu sdh berulang berbunyi
hampir diseluas negri tak lagi berselisih hari
dan ketika sebagiannya sdh menjadi kenyataan
seperti diudak diaduk
kejadian dibawah semua musti lari keatas
kejadian diatas smua lari kebawah
dimana berada tak luput dari guyuran dan rendaman air
bahkan dikejar angin
tak jarang pula ktka sdg nyaman dibuai mimpi tiba2 tertimbun tanah.

Api kecil sbg teman
air sumber kehidupan
angin menebar kesejukan
tanah tempat tinggal nyaman.

Haruskah alarm itu melebihi desingan mesin pesawat supersonic, gelegak api itu diperluas, lahapan air itu diperpanjang garis pantainya diperjauh jangkauannya, sapuan angin diputar lebih kencang, tanah merekah kian lebar amblas tersedot ke-relung2 bumi saling berdesakan dan disana-sini menyembul lagi meggunung.

Wahai alam
apimu airmu anginmu tanahmu
sesungguhnya kita belahan jiwa
namun sbgmana kodrat ketentuanNya
engkaupun butuh keselarasan dan kebersamaan dari kami
ketika terlanjur tak kami penuhi
sekian dari kami yg engkau bakar dgn lavamu
sekian dari kami yg engkau telan dgn tsunamimu
sekian dari kami yg engkau putar dgn puting beliungmu
sekian dari kami yg engkau timbun dgn longsoranmu
itulah kenyataan yg terjadi
tak terselamatkan
dan bagimu bagi kami sbg tragedi
keniscayaan ironi.

Duhai alam
engkau pun tentu tak menghendaki semua ini terjadi
namun sbagaimana kpd bebrapa kaum kami yg terdahulu
engkau diperintahkan menggulung kami
(persis sama spt yg dipampangkan dimata kami didalam ayat-ayatNya yg tak pernah tersembunyi untuk kami berkaca kpdnya)
namun kami tetap lalai dan alpa jua.

Jika memang sudah sampai batas kepastianNya
ya apapun itu kami dan engkau pasrah saja
lakukan apa yg diperintahkanNya
sbgmana kami berikhtiar
namun tentu dgn harapan
kita seluruhnya dalam akhir yg baik.

Alarm itu...smoga tak skdar spt dengingan nyamuk yg membuat kami biasa tak peduli tp biarlah suara terompet superpekak yg tak hanya memecahkan gendang telinga tp langsung mematikan kami
Api itu smoga supernova yg dalam sekejap melahap jasad kami
Air itu smoga pada hirupan pertama menamatkan riwayat kami
Angin itu smoga angin semilir belaka yg membuai menerbangkan atau begitu saja menggeletakkan kami tanpa kesadaran lagi
shg tanah pijakan ini tak harus menunggu kami dipenuhi kepanikan spt "gabah diinteri" krna berguncang keras dan bumi lepas dari orbitnya lalu meledak bertabrakan dgn planet manapun lainnya.

Ya, suatu ketika
kapanpun itu
atau
dalam waktu dekat ini
tanpa pilihan
tanpa penundaan
pasti terjadi belaka
sebagaimana ayatNya.
Ya Alloh ya Robb
izinkan kesadaran ini menjadi prilaku kami
sebelum Engkau tutup buku catatan kami
Laa khaula walaa quwwata illaa Billaah...



Dalam sehari yg terpampang 3 tempat diguncang gempa
merapi masih bergejolak dan sekian yg lain menebar bahayanya
astoghfirullaah...
kenyataan ini musti menyampaikan pada titik kesadaran,
tak layak dicemaskan aplg malah masih berlagak yg entah apa!

 - Tenggarong, 10 Nopember 2010 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar