Rabu, 10 November 2010

MUDIK MUDIK MUDIIIIK (Serial Romadhon 1431 H)

oleh Wong Embi Yen pada 07 September 2010 jam 23:41

MUDIK
(Kesediaan Kesempatan Kegembiraan dan Pengharapan)

Kesedian untuk menempuh jarak yang tak dekat dengan segala resiko dan konsekwensinya
lelah yang tak segera terobati dan musti dipaksakan, ngantuk yang tertahan, lusuh yang tak terpedulikan, pemandangan indah sepanjang jalan yang tak merasuk kehati, polusi yang dibiarkan memenuhi paru-paru, ancaman bahaya yang sengaja direlakan mengiringnya, dan masih segebung kesediaan lainnya juga bahkan tak sedikit yang mengorbankan puasanya dengan menggunakan hak musafirnya.

Kesempatan tepat mengisi liburan untuk silaturakhim, sungkem kepada sesepuh pini sepuh dan mereka yang dituakan, menyambung balung apisah, mempererat tali persaudaraan, mengenang kebersamaan silam, bahkan ada yang untuk memperbaiki keretakan hubungan, mengunjungi tempat-tempat sejuta kenangan bahkan ziarah ke makam pribadi-pribadi yang tercinta yang dikasihi yang disayangi yang dekat-lekat dan yang dihormati, berbagi rizki berbagi rasa berbagi hikmah dan pemahaman, dengan kesyahduan tatapan mata, ulasan manis senyuman dan kelembutan sentuhan-sentuhan.

Kegembiraan yang tampak terungkapkan maupun tak terkatakan oleh tersambungnya kebersamaan, berjumpa dengan mereka yang ada dihati dan ingatan, memandang menyentuh dan merasakan segala yang menjadi kenangan masa silam, merengkuh kembali segenap nuansa kesejarahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, bahkan seakan kembali menjadi siapa dirinya yang dulu.

Pengharapan bagi dirinya yang datang dan bagi mereka yang didatangi, kebaikan dan keabadian rasa kebersamaan, ketulusan keikhlasan kemurnian dan kesejukan batiniah semua yang melekat sebagai bagian dirinya

Ia perilaku yang menjadi budaya, pemenuhan naluri kemanusiaan yang bermakna kemuliaan, yang menghendaki tak tercerabut dari akarnya, yang melestarikan nilai-nilai keturunan, kekerabatan, persahabatan, lingkungan masa kecil masa remaja masa pendewasaan dan tumpah darahnya

Ia perlu dijaga dari kebanggaan dan kepuasan berlebihan, agar tetap terukur dapat diterima dan dapat dibenarkan
Ia musti selalu disadari untuk tak pernah diselewengkan oleh nafsu-nafsu yang tak menentu dan tak perlu apalagi yang justru merusak nilai kemuliannya
Dan ia tak boleh dipaksa-paksakan disaat dalam berbagai keterbatasan.

Ia tak terasa dan tak disengaja menjadi bagian tak terpisahkan dari momentum indah ‘Idhul Fitri di negri ini.

Bagaimanapun ia memang indah.

                                                                                                                                                               
- 7 September 2010 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar