Senin, 01 November 2010

SATU LAGI YANG MUSTI DISADARKAN DI DIRI INI

 (Pindahan dari FB Wong Embi Yen)

Tidak sedikit orang (petinggi, pengamat dan para ahli) bilang dibarengi sikap yakin seakan sangat faham ttg tabiat Merapi yg malah dibilang khas, yg hanya akan ber-erupsi efusif (keluarnya lava pijar diikuti luncuran awan panas/wedus gembel)..tp apa yg terjadi kemarin dan hari ini??? Merapi benar2 meletus meledak (erupsi eksplosif). Astaghfirullaaah sadaaar sadar!.


Berapa prosen siii hidup ini dalam kendali diri manusia?? sbrapa pandainya pun skedar percikan ilmu smesta dan bgitu brhadapan dgn maslah pergerakan alam tak prnah brgeming jauh dr ketdk-berdayaan otentik!.

Ikhtiar terus-menerus utk meningkatkan kemampuan mutlak dilakukan utk kemaslahatan optimal yg dpt diraih ttp sikp pongah yg membarenginya musti ditindas se-kuat2nya.

Saat ini kesadaran utk bekerja lbh keras dilandasi sikap santun dan kebersamaan musti dikedepankan, bukan sikap2 lain, demi keselamatan semua fihak!.

Bukan lagi sekedar sesama manusia yg sudah teramat muak melihat tingkah kepongahan dan ketamakan manusia sendiri tp alampun sudah teramat nyata sering menunjukkan kejengkelannya, smoga blum kemarahanNya!.

Katakan sejujurnya apa yg dpt dilakukan jika 18 gunung di negeri ini berontak bersamaan aplg jk dibarengi gerakan lempeng buminya?? bukti konkritnya sudah terjadi...Wasior lalu cepat disusul bersamaan Mentawai dgn Merapi.

Siapa mash mau menyangkal bhwa sejatinya ini azab demi azab? yg belum lagi azab yg besar. Dan jika prilaku manusia masi terus lalai mk tak mustahil yg akan ditimpakan bkn skdar azab tetapi laknatNya!, na'udzubillaahi mindzalik.

Duh Alloooh...maafkan kami ini...

Anak2ku yg msih remaja dan kanak2, tidak ada jeleknya jk kalianpun sdh harus tahu ttg ini, jsrtru sgra tanyakan kpd orang tuamu kakakmu atau gurumu utk memahaminya. Karena naak..saudara2mu sebangsa seusiamu bhkan lebih kecil drpdmu banyak yg jadi korban...

Satu saja indikator yg mungkin juga banyak fihak menyepelekannya...
betapa jika dibuat DATA NAMA2 kota atau daerah yg dilanda oleh bencana riilnya atau masih sebatas terkena dampak kecilnya..
Skr ini bertambah...Sleman, Magelang, Yogya, Bantul, Klaten, Boyolali, Solo, Sukoharjo dst....wlu hanya dampak abunya tetapi sudah berarti terkena dampak bencana...ini smua memperpanjang daftar nama sebelumnya yg sdh demikian panjang bukan?
Bandingkan andai daftar itu adl daftar nama kota atau daerah yg meraih kemakmuran....


Jika diri ini mau jujur, seakan sudah menjadi sesuatu yg lumrah belaka ketika melihat sebuah musibah yg menimpa orang lain, sekalipun itu terjadi didepan mata, spt ketika dalam perjalanan tiba2 melewati peristiwa kecelakaan orang lain, maka sikap diri ini masih lumayan jika berhenti dan mencoba menolong atau membantu apa yg bisa dilakukan. Tetapi tak sedikit diri ini mengacuhkannya begitu saja dan bahkan dihati terbetik sebuah kata syukurlah bukan aku yg mengalami. Atau pemandangan peristiwa2 musibah yg ditayangkan di tv atau terpampang dikoran, begitu pula sikap diri ini, seakan tak tersentuh dan jauh, seakan meng-ah-kan begitu saja tak lebih sebagai keragaman hidup dan kehidupan didunia belaka. Juga ketika bencana demi bencana yg menimpa sesama bangsa, jangankan yg menimpa bangsa lain, sikap diri ini sebatas "iba-mengasihani" dan ketika ada anak2 pelajar atau mahasiswa menghambat perjalanan dgn menyodorkan kardus atau kotak bantuan bencana maka tangan mengambil uang sekedar sekenanya bahkan tak jarang yg terjangkau seribu rupiah tetapi pikiran berkata ah yg penting sudah menyumbang dan hati mengiyakan........

Andai saja kesadaran diri ini masih menganggap yg tertimpa musibah atau besarnya bencana massal itu tak lain saudara sendiri apalagi jika masih terasa jalinan persaudaraan itu sebagaimana belahan jiwa, dan hal itu masih dijiwai oleh sebagian besar manusia, maka kiranya musibah atau bencana2 itu tak akan dirasa sebagai ironi. Musibah dan bencana akan menjadi peristiwa pengingatan yg mendalam terhadap kehendak dan kuasaNya yg musti dihargai untuk lebih mendekat kepadaNya sehingga penghargaan terhadap prikemausiaan juga prikealaman semesta ini mendapat tempat yg tetap istimewa dan dimuliakan. Tragedi2 kemanusiaan dan penghancuran laten terhadap daratan lautan dan atmosfir planet bumi ini akan menjadi peristiwa yg sangat dihindari. 


Andai saja saat ini masa ini jaman ini disebut saat kritis masa suram dan jaman akhir, maka setidaknya manusia sebagai makhluk yg berakal pemilik potensi kasih sayang, yg nyata dipundaknya teremban amanah kekhilafahan, setidaknya akan mengakhiri riwayatnya dengan kemuliaan, bersama-sama.

Aduhai..... 
 
Tetapi baiklah, apapun keadaan yg berlangsung dan kemungkinan didepannya, mari kuatkan mental dan iman dijiwa ini, tak perlu cemas dan mari justru kian tenang namun meningkatkan kewaspadaan bersama dengan mengasah kembali potensi kasih sayang yg mungkin telah sekian lama menanggung dahaga rindu menanti usapan elusan belaian ketulusan makna belahan jiwa sesama saudara, sebangsa, semanusia dan sesama makhluk seisi semesta dan wadahnya, alam fana ini juga, yg sama2 diri ini fahami dan yakini sebagai ciptaanNya semata, sama.
Alloh SWT Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Lembut Maha Hidup Maha Bijaksana....dan Maha Sabar.

                                                                                               
                                                                                                             - Tenggarong, 1 Nopemver 2010 -

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar